Novel ini bercerita tentang kehidupan seorang perempuan setelah berpisah dari orang yang dicintainya. Namun, takdir berkata lain karena ada kisah lain yang muncul setelah mereka berpisah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Matri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 11
"Eh Senja, lo ikut kegiatan kan minggu depan? Nih gue mau list" Tanya Rico selaku Ketua Kelas mereka.
"Sa.. Saya mungkin tidak ikut"
"Emang boleh ya ngga ikut? Bukannya ini wajib. Eh Senja, emang lo kira lo siapa? Kita-kita yang masuk sekolah ini bayar gede aja mau-mau aja tuh ikut. Kenapa lo yang masuk gratis malah enak-enakan. Sok penting banget ya" Celetuk salah seorang murid.
"Iya nih. Senja dia merasa sebagai orang penting. Kalo lo itu Hazel ya mungkin aja. Nah lo kan bukan apa-apa dan bukan siapa-siapajuga. Sadar diri woi" Sambung salah seorang murid lain yang ditanggapi tawa mengejek dari teman sekelas ke arah Senja.
Sesaat kemudian, Guru mereka memasuki kelas dan memluai pelajaran. Saat hendak mengakhiri pelajaran, Beliau memberi pengumuman penting.
"Anak-anak, Bapak hanya mengingatkan agar jangan lupa mendaftarkan diri pada kegiatan minggu depan ya. Bapak sarankan untuk semua murid wajib mengikuti. Terutama kamu Senja. Sebagai siswa beasiswa kamu harus mengikuti kegiatan ini agar keterlibatan kamu sangat berpengaruh" Jelas Pak Beno.
"Ba.. Baik Pak. Saya pasti ikut" Senja menyetujui.
"Tau tuh Pak, Senja katanya tadi ngga mau ikut. Katanya dia mau tidur-tiduran" Celetuk salah seorang murid.
"Iya Pak. Kata Senja dia ngga sudi ngikut kegiatan kayak gitu" Sambung yang lain.
"Sudah. Sudah diam. Senja, Bapak harap kamu ikut ya. "
"Baik Pak" Senja mengiyakan.
Dia menahan malu. Andai saja dia tahu kalau kegiatan tersebut wajib diikuti oleh semua anak murid, mungkin saja dia tidak akan mempermalukan dirinya seperti tadi.
Hazel diam dan memperhatikan. Dia mulai memikirkan sesuatu di otaknya.
.
.
Saat sedang makan di kantin, Senja dihampiri oleh Boby dan Virgin yang juga diikuti oleh Dimas dan Hazel.
"Bangun lo" Perintah Virgin.
"Kenapa liat aja? Kuping lo budek? " Boby menggertak.
Seisi kantin mulai memperhatikan ke arah mereka.
Senja yang tidak ingin mencari masalah lalu berdiri dan ingin berpindah.
"Eh bawa minuman lo juga nih" Virgin mengambil segelas air putih milik Senja yang lupa dia ambil, kemudian menumpahkannya ke atas kepala Senja.
"Arrgh" Senja terkejut dan menghindar.
"Hahahahahha. Yang gratis emang enak ya Bu? " Boby kembali mengejek.
"Sekolah gratis, makan gratis, enak banget ya hidup lo. Apa jangan-jangan lo mau juga dibungkusin buat bawa ke orangtua lo? Keluarga penadah emang ya." Virgin kembali tertawa.
Senja yang benar-benar sudah tidak tahan lagi akhirnya merasa sangat marah. Dia tidak terima ketika orangtuanya dibawa-bawa.
Dengan kesal, Senja kemudian menumpahkan makanannya ke baju Virgin.
"Aaaaakkkkkh" Virgin berteriak heboh.
Semua orang yang melihat itu heboh dengan keberanian Senja.
"Gila lo ya?!! " pekik Boby sambil menjambak rambut Senja.
Virgin yang begitu emosi dan malu tanpa berbicara apapun langsung menampar Senja.
Plaaakkk....
"Dasar anak ngga tau diri. Mau mati lo ya" Virgin ikut menjambak rambut Senja. Senja tanpa perlawanan.
Hazel dan Dimas hanya diam tanpa berbuat apapun.
Sepersekian waktu kejadian itu berlangsung, tiba-tiba Angga muncul dan memelintir tangan Boby.
"Aw aw aw aw" Boby kesakitan.
"Beraninya ama cewek lo. Banci ya?" Angga mendorong Boby sambil memelintir tangannya.
Tiara juga segera berlari melerai Virgin yang masih terus menjambak Senja yang sambil memaki Senja.
"Apa-apaan lo?" Hazel bertindak saat Angga mendorong Boby.
"Kenapa ? Kasitau temen banci lo itu . Jangan cuma berani sama cewek" Cleo ikut-ikutan menantang.
Suasana menegang dalam kantin.
Angga dan Hazel tiba-tiba saling melotot seolah-olah ingin saling memukul. Senja menangis di pelukan Tiara.
"Jangan karena lo anak pemilik sekolah ini dan lo seenaknya dan semena-mena sama orang lain" Angga kesal dan menunjuk ke arah Hazel.
"Kenapa? Lo ngga terima? Yang teman gue bilang itu benar kan? Ngga ada yang salah. Toh dia emang masuk ke sekolah ini dan dapat fasilitas sekolah ini secara gratis. Mana yang salah?" Hazel ngotot karena dia yang akhirnya dituding.
Senja yang mendengar perkataan itu merasa sakit hati. Hazel yang dia kira berbeda, ternyata sama saja dengan teman-temannya.
"Emang susah ya ngomong sama anak Mami. Hahahaha" Angga mengejek.
"Apa kata lo? " Hazel hendak menonjok Angga dan keduanya hendak saling memukul.
"Stop stop stopp. Ada apa ini? " Kepala Sekolah yang baru saja datang segera melerai mereka.
"Kalian yang bermasalah, cepat ikut saya ke kantor" Perintah Kepala Sekolah.
.
.
"Kalian ini apa-apaan sih? " Tanya Pak Kepala Sekolah.
"Lihat nih Pak, baju aku kotor karena dilempar makanan sama dia" Virgin menunjuk ke Senja.
"Senja. Kenapa kamu melakukan itu? Apa kamu tidak berpikir? Kamu itu murid beasiswa, harusnya kamu tidak membuat masalah kalau kamu tidak ingin beasiswa kamu dicabut." Kepala Sekolah yang terlihat memihak pada Virgin memberi nasihat.
"Tapi Pak... " Senja ingin menyanggah.
"Sudah. Sudah. Sudah. Ini peringatan untuk kamu ya. Kalau sampai kamu berulah lagi, Bapak tidak akan segan-segan memberi kamu Surat Peringatan" Kepala Sekolah menyela pembicaraan Senja.
"Yaaaa. Pada akhirnya, aku yang akan disalahkan. Kepala Sekolah tidak mungkin memarahi anak-anak orang kaya ini" Senja bergumam sedih. Hatinya sangat sakit.
"Baik Pak. Saya mengerti" Senja mengalah.
Virgin tersenyum puas.
"Angga, Hazel, Boby, Virgin, Senja. Kalian Bapak hukum, selesai Sekolah ini kalian harus membersihkan stadion sekolah. Udah gitu aja. Senja. Bapak akan perhatikan kamu" Kepala Sekolah membubarkan mereka.
"Huuuuu" Boby menguh kesal.
.
.
Angga, Boby, Hazel, Virgin dan Senja sudah berada di stadion sekolah.
Senja mulai membersihkan dan menyapu stadion yang kotor. Pikirannya saat ini benar-benar kacau, kalimat-kalimat pedas dari Virgin, Boby, Hazel bahkan Kepala Sekolah, masih terngiang-ngiang dengan sangat jelas. Dia benci keadaan ini. Dia merasa marah dan tidak adil.
"Malas banget sih kerja kayak ginian. Eh Senja. Kan lo penyebab semua ini. Lo aja yang bersihin ya. Apalagi lo kan sekolah gratis. Itung-itung bayarnya pake cara ini deh. Ngga rugi dong ya."
"Eg bego . Lo budek ya. Tadi ngga dengar apa kata Kepala Sekolah. Kita semua. Bukan cuma Senja aja"
"Ya gimana ya. Gue sama teman-teman ngga ada waktu buat kerjain yang kayak gini. Kan ada lo. Ya udah sekalian lo aja sama dia bersihin semuanya . Yuk guys. Cabut" Hazel mengajak teman-temannya pergi.
Entah kenapa, dia sangat kesal melihat Angga membela Senja. Angga kesal dan hendak menjawab, namun segera ditahan oleh Senja.
"Udah kak. Ngga apa-apa kok. Ini juga ngga terlalu kotor. Aku cuma perlu mengumpulkan kotoran dan membuangnya. Ka Angga juga pergi aja deh." Senja pasrah.
"Ngga bisa gitu dong Senja. Mereka itu anak-anak yang ngga tahu diri." Angga mengumpat kesal.
"Hahaha. Makasih ya Kak. Maaf juga ya, gara-gara aku, kaka jadi dihukum" Senja bersyukur karena setidaknya masih ada yang memihaknya.
"Ngga apa-apa Senja. Sebenarnya bagaimana bisa sampai kamu bertengkar dengan mereka di kantin? "
Senja kemudian menceritakan semuanya. Membuat Angga semakin kesal. Dia tidak menyangka Hazel dan teman-temannya memutar fakta dan melimpahkan semua pada Senja. Dan lebih buruknya lagi karena Kepala Sekolah mempercayai itu.
"Huhhh. Ya udah. Ayo cepat kita kerjain ini biar bisa cepat pulang" Angga mengajak.
"Baik kak."
Keduanya mulai membersihkan stadion itu dan pulang. Angga menyempatkan untuk mengantar Senja pulang..
.
.
BERSAMBUNG...
Semangat berkarya yaa... 💕
dikasih space kak