Desya yang terlahir dari keluarga sederhana ia dijodohkan oleh kedua orang tuanya dengan seorang lelaki yang dimana lelaki itu inti dari permasalahannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon veli2004, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Pilihan
"Coba kamu cerita memangnya ada apa dengan rumah tanggamu Sya? " tanya Tika setelah kami sampai dirumahnya.
Aku tidak langsung menjawab pertanyaan dari teman yang sudah aku anggap sahabatku, aku memilih untuk menangis di pelukannya untuk meredakan perasaanku yang masih syok dengan apa yang aku lihat.
"Yasudah kamu tunggu disini dulu yah".
Tika keluar dari kamarnya entah apa yang akan dia lakukan, sementara aku hanya berdiam di kamar itu sambil memandangi beberapa foto yang ada di dinding kamar Tika. Foto itu yang tak lain adalah aku, Tika, Citra dan teman-teman lainnya.
"Nih di minum dulu" ucap Tika dengan memberikanku segelas air putih yang ia bawa.
Aku menerima air tersebut lalu meneguk nya sampai tidak tersisa lagi, Mataku perih mungkin efek menangis sedari melihat kejadian itu.
"Ayo mulai bicara ada apa ".
Tika meraih kedua tanganku lalu di genggamnya, dia meyakinkanku seolah-olah tidak ada apapun yang akan terjadi jikalau melontarkan kejadian itu kepada Tika.
" Aku membuntuti suamiku, saat sampai di tempat tujuannya yang entah itu dimana dia bercum*u dengan wanita lain" jawabku yang kemudian menangis tak berdaya di hadapan Tika.
Tika hanya terdiam, pandangannya kosong dia mengelus kepalaku sambil terus menerus mencoba menenangkanku. Memang Tika lah yang paling tau apa isi hatiku dialah yang tau bagaimana sifatku dan dialah yang sering mendengarkan keluh kesahku.
"Aku harus gimana Tik? " tanyaku.
"Untuk sementara kamu tinggal dirumahku, dan jangan sampai lelaki itu tau bahwa kamu ada dirumahku" sahut Tika dengan suara yang serius.
"Baiklah" jawabku dengan suara lemah.
"Beristirahatlah Sya, tubuhmu lelah ini juga sudah larut malam" ucap Tika.
Dia bangkit dari tempat duduknya lalu mengambil selimut dari lemarinya dan diberikan kepadaku. Aku menerima selimut tersebut.
"Maaf merepotkan Tik" ucapku saat selimut itu sudah berada ditanganku.
"Kamu nggak usah bilang begitu Sya aku sudah anggap kamu sebagai keluargaku" sahutnya yang membuat aku tertunduk. Memang benar sedari dulu akulah yang selalu merepotkan Tika bukan dia tapi aku sendiri.
Untungnya jarak rumah Evan dan rumah Tika sangatlah jauh, Fikiranku tenang untuk tinggal di rumah Tika.
Singkat cerita pagi harinya aku terbangun lalu membersihkan kamar Tika yang aku gunakan, aku membersihkan ruangan tersebut dengan menata semua barang-barang yang berantakan.
"Wih pagi banget bangunnya Sya" ucap Tika yang sudah berada dibelakangku.
Aku tidak menjawabnya aku hanya tersenyum saja, beruntung mempunyai teman seperti Tika yang bisa menolongku dalam keadaan apapun.
"Bagaimana perasaanmu Sya? sudah mendingan kan? " tanya Tika.
"Iyah Tik, mendingan Terima kasih yah" sahutku.
"Iya, kalau mau sarapan tinggal turun di bawah ruang makan yah sudah aku buatkan nasi goreng" ucapnya yang kemudian turun kebawah.
Niatku mau turun kebawah namun, saat hendak melangkahkan kaki handphone ku berdering terus menerus. Aku mematikannya karena itu dari nomor baru.
Saat aku sampai kedepan pintu kamar handphone itu bunyi lagi dan lagi yang membuatku semakin geram.
"Sial*n" umpat ku.
Aku masuk lagi kedalam kamar untuk melihat siapa yang pagi-pagi buta begini menelfon ku, saat aku lihat ternyata telfon tersebut dari Ibuku segera aku angkat tanpa basa basi.
"Iya halo Bu" ucapku di telfon tersebut.
"Pulang kalau tidak keluargamu aku habisi! " sahut suara lelaki yang ada di telfon itu yang aku bisa pastikan itu adalah suara Evan.
Karena kaget aku langsung mematikan panggilan itu dan membuang handphone ku diatas kasur, Nafasku ngos-ngosan dibuatnya itu ancaman bagiku.
Fikiranku tidak tenang sama sekali mendapat ancaman dari Evan, dia memang lelaki yang tidak segan untuk mengambil keputusan apapun. Dari pilihan keduanya itu sangat berat entah aku harus pulang apakah aku harus tetap tinggal namun yang akan menjadi sasaran adalah keluargaku sendiri.
Tringg~~~
Satu notif pesan masuk di handphoneku, aku mendekat lalu melihat siapa yang mengirim pesan tersebut.
Isi dalam pesan itu:
“PULANG ATAU TIDAK KELUARGAMU YANG AKAN JADI SASARANNYA!! APA AKU SENDIRI YANG AKAN MENCARIMU? “
"Bagaimana ini? " gumamku dengan sangat panik.
Aku tidak tau apa yang akan terjadi jikalau sudah dia sendiri yang mencariku, dan aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi kepada keluargaku saat aku memilih untuk tidak pulang kerumahnya.
"Ada apa Sya? " Tanya Tika yang tiba-tiba masuk.
Aku lalu menceritakan semuanya kepada Tika tanpa basa basi langsung ke intinya, aku juga bingung harus bagaimana mungkin dengan cerita kepada Tika aku bisa menemukan solusi yang tepat.
"Hmmm semua itu pilihan yang sulit Sya, aku takut kalau kamu pulang ke rumah suamimu kamu akan disakiti olehnya" ucap Tika keberatan.
"Terus kalau aku nggak pulang bagaimana Tik dengan keluargaku" ucapku yang kebingungan dengan semua pilihan yang sangat berat, sangat berat sampai otakku seperti akan keluar dari tengkoraknya.
"Yasudah kalau begitu kita tidak ada pilihan lain Sya, aku juga nggak bisa menolong kamu karna suamimu itu orang yang disegani, aku hanya bisa membantumu sedikit " .
"Siang nanti aku akan mengantarmu pulang kerumah suamimu tapi ingat kamu harus melawan kalau sampai dia berbuat yang kejam oke? " sambungnya lagi.
Aku hanya mengangguk saja terlihat jelas ekspresi Tika berubah menjadi lebih serius dari sebelumnya.
Dia memelukku dengan erat begitupun aku juga, aku mencoba untuk menahan air mataku terus menerus yang akan jatuh.
"Kamu tau sendiri Sya, kita orang yang nggak sepadan nggak mungkin bisa mengalahkan orang yang mempunyai segalanya" ucap Tika.
"Sedari awal memang aku nggak mau menikah sama Evan, aku sudah tau bagaimana sifatnya saat baru pertama kali kerumahku" .
"Tapi semua ini Tika aku lakukan demi kedua orang tuaku yang ingin aku bahagia dan ingin aku agar tidak capek bekerja lagi" sambungku dengan suara isak.
"Sya jangan sedih yah, ayo kita makan dulu biar tubuhmu ada tenaga" ajaknya.
Kami pun sarapan pagi dengan nasi goreng buatan Tika yang sangat enak sekali sama dengan nasi goreng yang ia buat dulu saat kami masih SMA.
"Jadi bagaimana kamu masih kerja di tempat Cit? " tanyaku.
Ia hanya mengangguk saja tanpa bertanya balik kepadaku, mungkin juga dia sudah tau aku yang tidak diizinkan kerja oleh Evan.
Saat sudah selesai makan aku memilih untuk mandi, sementara Tika duduk santai sambil menonton TV dengan cemilan di atas pangkuannya.
Tak lupa selesai mandi aku memakai pakaian Tika dan menyimpan pakaianku di tempat pakaian kotor, aku tidak mau lagi memikirkan hal apapun itu.
"Tunggu beberapa jam lagi aku akan mengantarmu pulang yah" ucap Tika dengan nada pelan.
Aku tau apa maksud dari ekspresinya yang tidak tega dan tidak mau kalau aku kembali kerumah neraka itu.