[TAMAT] Tiba-tiba 7 orang dari keluarga Handoko meninggal dunia selang dua hari sekali. Ketuju itu semua laki-laki dan dimakamkan berjejer dimakam keluarga.
Dewi salah satu anak perempuan dikeluarga Handoko, sangat teramat penasaran dengan kejadian ini. Semua keluarganya diam seribu bahasa, seolah-olah semua ini takdir Tuhan. Disitulah awal Dewi akan mencari tahu masalah demi masalah dikeluarga ini.
Ikuti terus kisahnya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siswondo07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perselisihan
Saat dirumah_
Dewi baru sampai dirumah, berjalan memasuki ruang tamu. Terlihat Jose sudah duduk dikursi tamu dan menunggu kedatangan adiknya. Lekas Jose berkata.
"Darimana?" Tanya Jose dengan nada sedikit meninggi.
Dewi berhenti sejenak dari langkah kakinya. Menoleh ke arah Kakaknya dan menjawab "dari tempat teman." Saat akan melangkah menuju ke kamarnya, langkahnya dihentikan oleh suara bentakan Jose.
"BOHONG. SINI KAMU." Bentak Jose dengan mata melotot dan merasa adiknya tidak mengikuti jejak langkah Ayah dan Jose.
"Aku nggak bohong." Jawab Dewi, lalu Dewi melangkah menuju ke tempat duduk tamu tepat dihadapan Jose. Kini Dewi duduk berhadapan dengan Jose.
"Kau harusnya jaga Mama dikamarnya, bukan malah kelayapan entah kemana. Mulai sekarang kamu fokus ke Ibu, nggak usah sibuk kerja. Biar saya yang kerja buat kalian." Ungkap panjang lebar Jose pada adiknya.
"Kamu Egois Kak. Kamu nggak tahu sebab akibat yang dilakukan oleh Ayah. Kamu masih nggak ngerti kondisi keluarga kita, masalah sebenarnya keluarga kita itu apa? Buka matamu lebar-lebar. SADAR KAK." Ucap Dewi dengan nada tinggi dan menggebu-gebu. Air matanya menetes keluar sambil mata menatap ke rah Jose.
Jose nambah emosi, ia beranjak berdiri dan melangkah ke arah adiknya.
Plak, suara tamparan keras kearah pipi kanan adiknya begitu kencang. Lalu berkata "aku tahu Ayah melakukan perjanjian setan, tapi aku yang akan melanjutkan perjanjian itu. Jadi kau jangan macam-macam." Ungkap Jose yang tidak peduli dengan kondisi keluarnganya.
Dewi berdiri dari duduknya, lalu berkata dengan keras "KAU SUDAH GILA. KAU TIDAK WARAS KAK." Lalu Dewi melangkah pergi meninggalkan Jose ke kamar Ibunya.
Setelah perselisihan Kakak Adik ini. Jose tidak merasa kasihan sedikitpun pada Adik dan Mamanya. Ia tetap mantap melanjutkan ambisi Ayahnya.
Saat Dewi sudah masuk di kamar Mama, ia melihat Mama berbaring istirahat dan matanya masih terbuka lebar, pandangannya kosong karena memikirkan rasa rindu pada Ayah. Dewi lekas melangkah mendekati Mama dan duduk sampingnya tepat dipinggir ranjang.
"Mama! Dewi harus selesaikan masalah ini. Dewi sudah mengetahui akar perjanjian yang Ayah lakukan. Dewi janji akan selalu hati-hati dalam perjalanan besok menguak semua kesalahan Ayah. Izinkan Dewi untuk mengakhiri semua Pernjanjian setan ini Ma." Ungkap Dewi.
"Ini semua salah Mama Nak. Andai Mama bisa mengehentikan Ayahmu agar tidak mengikuti langkah salah saudaranya mungkin kita akan baik-baik saja. Mama izinkan kamu pergi dan Mama doakan agar semua berjalan kamu lancar." Ungkap Mama, lalu memeluk erat Dewi.
Dewi dan Mama saling meneteskan air mata kepahitan dalam keluarga ini.
-
Sementara Jose kini sudah kembali ke ruang kerja Ayahnya yang sudah menjadi tempat kerjanya. Ia duduk dimeja kerja, sambil memikirkan sesuatu hal. Ya sesuatu hal dimana selama kepergian Ayahnya sama sekali tidak pernah membuka berkas dan laci rahasia Ayah.
Lekas Jose mencari berkas dan membuka satu persatu laci. Hingga menemukan sebuah laci yang terkunci rapat, kunci untuk laci itu ada direntetan tembok belakang tempat duduknya, Jose mengambilnya dan membuka laci misterius itu.
Setelah dibuka, terlihat sebuah buku besar bertuliskan keluarga Waringin. Diambilnya dan diletakan buku itu ke meja kerja. Jose mengingat bahwa nama lengkap Ayahnya Adalah Handoko Cipto Suryo Waringin, nama Waringin diambil dari Ayahnya atau Kakek Jose. Jose membuka dihalaman pertama ada foto disebuah ruangan Rapat, semua membawa gelas wine dan tersenyum penuh bahagia. Sepertinya itu sebuah perkumpulan kelompok elit. Dibawah foto bertuliskan "Acara Penjamuan serikat Pengusaha ANDALAN."
lalu dihalaman berikutnya foto berjabat tangan, tanda tangan proyek, seterusnya ada tulisan aksara Jawa kuno yang tidak dimengerti. Lalu terakhir sebuah pembangunan proyek gedung, Ayah terlihat bersalaman dengan seseorang yang pernah dilihatnya namanya Pak Hermawan, seorang pengusaha Properti ternama dikota ini..
Dengan rasa penasaran Jose membuka Laptopnya dan mencari sebuah informasi Serikat Pengusaha ANDALAN. Ditemukan sebuah artikel yang menjelaskan bahwa Andalan adalah sebuah kelompok pengusaha elit pilihan dan berpengaruh dinegeri ini. Apapun yang mereka bangun akan menjadi sukses dan ladang uang yang bisa menghasilkan untuk tujuh turunan.
Tidak ada kantor yang tercantum tapi ada sebuah kata-kata yang membuat kaget Jose.
"Untuk kelompok ini tidak ada kantor utama, setiap pertemuan disetiap anggota akan mendapatkan surat undangan, karena jaman semakin maju maka akan mendapatkan surat dalam bentuk digital email.
Jika salah satu anggota meninggal dunia, maka undangan pertemuan akan diwariskan ke anak pertamanya."
Jose setengah membaca informasi itu lekas mengkerutkan keningnya, dalam pikirannya kini ia mewarisi undangan ayahnya untuk menghadiri pertemuan ini. Lalu melanjutkan membaca informasinya.
"Pertemuan dilakukan selama dua tahun sekali. Tidak ada syarat membawa apapun, hanya membawa kesehatan jasmani dan rohani."
Membaca itu membuat pikirannya Jose menginggat dimana Ayahnya pernah berkata dulu menghadiri Acara tanpa Mama. Jadi tahun ini adalah saat untuk kembali menghadiri pertemuan itu.
Setelah selesai membaca informasi itu. Jose lekas membuka email Ayahnya dan mencari surat undangan pada dua tahun lalu. Saat menemukannya benar saja itu dari Andalan. Surat itu diterima dari tahun 2000an sampai sekarang.
Jose juga membuka email-nya dan menemukan. Sebuah pesan yang baru masuk dari alamat email Andalan. Tulisannya mengucapkan selamat datang untuk pertama kali datang pada acara Penjamuan dan merayakan sebuah kesuksesan besar. Acara itu akan dilaksanakan dua hari kedepan, jangan sampai terlambat. Alamat pertemuan itu disebuah gedung yang tertutup dan tidak ada satupun yang tahu mengenai perkumpulan kelompok ini. Sangat Rahasia.
Saat itulah Ambisi Jose begitu besar untuk mendapatkan apa yang ingin didapatkan Ayahnya. Jose akan mati-matian membangun pusat belanja dan hiburan di komplek Muara Air.
-
Jose kala itu sedang sibuk mencari semua berkas penting Ayahnya. Tiba-tiba asisten di perusahaan Ayahnya menghubunginya bahwa surat serah terima pembelian tanah sudah jadi dan siap untuk mendatangi ke Kompleks muara air.
"Gus, dampingi saya untuk mendapatkan tanah itu. Cepat jemput saya sekarang." Ungkap Jose pada Agus.
"Siap Bos." Jawab Agus.
Kenapa Jose tidak meminta ke Ucok untuk mengantarkannya karena Jose merasa tidak cocok pada Ucok.
Untuk memastikan keadaan Ucok, Jose melangkah keluar rumah dan menuju ke tempat satpam, setelah sampai dan melihat Ucok lekas menghampirinya.
"Pak, bisa tinggalkan saya dan Ucok disini sebentar. Saya ada urusan penting." Ungkap Jose pada satpam.
"Baik Pak." Jawab Satpam lalu pergi meninggalkan bosnya.
Kini diruangan itu hanya ada Ucok dan Jose. Kini saling tatap tajam satu sama lain.
"Maaf, karena Ayah saya sudah tidak ada, maka kamu saya berhentikan. Ini pesangon dan tunjangan bonus kamu, silakan bisa pulang kerumahmu." Ungkap Jose dengan nada yang biasa tidak arogan.
"Tapi Pak." Ungkap Ucok yang berusaha berargumen.
Namun argumen kata-katanya dipotong oleh Jose. "Ucok. Saya tidak bisa memperkerjakan kamu disini karena saya tidak butuh kamu. Silakan bisa pergi sekarang." Ucap Jose yang nadanya mulai meninggi dan matanya sedikit melebar.
Ucok akhirnya merasa kalah dan pamit pergi pulang.
Jose tersenyum menang saat melihat Ucok pergi meninggalkan rumah ini.
Selang beberapa menit, telepon berbunyi dari Agus bahwa sudah berada didepan gerbang. Jose lekas melangkah menghampiri mobil Agus untuk menuju ke komplek Muara Air.
Kali ini perjalanan Jose untuk mendapatkan ambisinya dimulai dari sini.
*
..
..