Mendapatkan ancaman tentang aib keluarga yang akan terkuak membuat Leon terpaksa menerima untuk menikah dengan Moira. Gadis bisu yang selama ini selalu disembunyikan oleh keluarga besarnya.
Menurut Leon alasannya menikahi Moira karna sangat mudah untuk ia kendalikan. Tanpa tahu sebenarnya karena sering bersama membuat Leon sedikit tertarik dengan Moira.
Lalu, bagaimana dengan kelanjutan kisah mereka? Apakah Moira yang bisu bisa memenangkan hati Leon?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 11
Dan kini Moira benar-benar dibawa Leon menuju kediaman keluarga Dante. Tatapan mata sendu Moira menuju Leon yang menatap lurus kearah depan, terlihat dimata indah Moira jika sebenarnya Leon enggan untuk datang ke acara membosankan ini.
"Ayo.." Ajak Leon, ia meraih tangan Moira untuk digenggam, berjalan bersama memasuki Mansion. Para pelayan membuka pintu untuk kedatangan mereka, setiap langkah kaki Moira sebagai suara ketenangan bagi Leon.
Sesekali Leon melirik kearah Moira yang tetap fokus dengan langkahnya, ia semakin menguatkan genggaman tangannya. Menemui sang Ayah dan juga sang Mama sama saja seperti menemui maut bagi Moira. Teringat dengan hal itu Leon menghentikan langkahnya begitu pula Moira.
Mata Moira menatap kearah Leon seolah bertanya kenapa berhenti. Sementara Leon seakan terusik memikirkan tindakan kasar serta kata-kata menyakitkan yang akan diberikan kedua orang tuanya pada Moira. Tidak pernah Leon menjadi sosok yang peduli dengan orang sekitarnya seperti ini. Leon terkenal dengan keegoisan yang tidak bisa diluluhkan oleh apapun, tapi kali ini ia sangat mengkhawatirkan Moira.
"Apapun yang terjadi didalam nanti cukup duduk disampingku, jangan pergi kemanapun jika tanpa aku. Kau mengerti?" Leon memberikan banyak wejangan kepada Moira.
Tentu saja Moira bingung dengan wejangan tersebut, lebih tepatnya memikirkan kenapa Leon se peduli itu kepadanya. "Jangan berpikir macam-macam, aku hanya tidak mau orang terdekatku diperlakukan buruk oleh siapapun." Ucap Leon seolah mengerti apa yang Moira pikirkan.
Tangan Moira diraih lagi oleh Leon, mereka berjalan beriringan menuju ruang makan. Kemungkinan besar Max dan Megan sudah menunggu disana, Leon juga sangat siap mendapatkan makian atau tuntutan nantinya.
"Selamat malam, Ayah, Mama.." Sapa Leon, ia menunduk hormat lalu mencoba tersenyum. Moira juga melakukan hal yang sama meski tidak bicara apapun, tapi ia harus mengikuti kata Leon untuk tetap mengikuti apa yang dilakukan pria itu.
Mendengar sapaan dari Leon seketika perhatian Max dan Megan mengarah sepenuhnya pada pasangan itu. Megan menatap tajam tangan Leon yang memegang erat tangan Moira, bahkan saling mengepal erat.
"Duduklah.." Ucap Megan, ia mencoba biasa saja untuk menghadapi Leon kali ini. Lain dengan Max yang masih sibuk dengan ponselnya, seperti sedang sibuk dengan sesuatu.
Leon mengajak Moira untuk duduk di sampingnya, disaat itulah baru tangan mereka sudah tidak saling menggenggam lagi. Moira gugup setengah mati karena Max sekarang sudah fokus padanya, tidak mengatakan apapun tapi seolah sangat menekan Moira
"Mama kira kau tidak datang malam ini, Leon. Biasanya kau paling tidak suka dengan acara ulang tahun," Ucap Megan sebagai obrolan pertama. "Kau lebih memilih bergelut dengan pekerjaan dibanding menghadiri acara ulang tahun Mamamu." Sambungnya.
Moira melirik kearah Leon yang hanya diam menunduk mendengar apa yang dikatakan Megan. Meskipun ini pertama kali Moira masuk kedalam lingkungan keluarga Dante, tapi ia sudah merasakan tekanan yang dialami Leon dikeluaga ini.
"Kalian yang membuatku tidak suka dengan acara ulang tahun bukan? Tidak mungkin kalian lupa semua itu.." Respon Leon sangat sangat singkat, ia meminum anggur yang ada di mejanya.
Max tersenyum sinis saja melihat segala sikap Leon yang berbeda hari ini, kali ini ia memberi kode kepada Megan tentang seperti apa cara Leon melindungi Moira.
"Sebenarnya apa gunanya kau dikeluarga kami, Moira?" Tanya Max sebagai sapaan pertama pada menantunya.
"Dia bahkan tidak bisa melakukan hal yang paling mudah, Ayah. Yaitu bicara, ntah apa yang dipikirkan Kalvin hingga memaksa putraku yang sempurna menikah dengannya." Timpal Megan, ia berdecak sebal saja kala teringat dengan ancaman yang pernah dilontarkan oleh Kalvin Yaston.
Tangan Moira dibawah meja sana saling mengepal erat, ia hanya bisa menunduk. Untuk apa menyimpan makanan enak kalau bahkan makanan tersebut sangat tidak bisa untuk dimakan.
"Kau harus tetap diam tentang pernikahan ini, setidaknya kediamanmu nanti bisa membuat Leon mendapatkan istri lain nantinya." Kata Max lagi.
Sampai Moira mendongak melihatnya, menikah belum ada seminggu sang mertua sudah membahas Leon menikah lagi. "Kenapa kau menatapku seperti itu? Kau kira jika Leon akan selamanya rela memiliki istri bisu, tidak akan!" Jelas Max, ia melempar kulit jeruk kearah Moira tapi ditepis oleh Leon.
Sehingga kulit jeruk tersebut tidak mengenai Moira, ia menatap tajam kedua orang tuanya.
"Sebenarnya ini acara makan malam peringatan ulang tahun atau acara makian untuk istriku?" Tanya Leon penuh penekanan, ia menatap tidak suka kearah kedua orang tuanya yang terlalu semena-mena.
"Kau_" Max tidak berkata lagi karna Leon sudah bangkit dari duduknya membawa Moira. "Duduk kembali, Leon! Kau bahkan belum menghabiskan makan malammu.." Perintah Max.
Sajian daging termahal tidak akan membuat Leon tergoda apa lagi melihat Moira diperlakukan buruk seperti itu. Ia tahu jika Megan masih melihat Moira penuh rasa benci, sehingga Moira tidak berani mengangkat kepalanya.
"Lain kali jika kalian tidak bisa memperlakukan Moira secara baik, maka jangan undang kami untuk makan malam bersama kalian." Ucap Leon memberikan peringatan, ia berlalu pergi begitu saja menarik tangan Moira untuk mengikuti.
Sampai sebelum melewati pintu keluar Moira melihat kearah mertuanya, menatapnya penuh kebencian.
"Kau anak tidak berguna, Leon! Kau hanya menyusahkan saja!" Makian dari Max tidak membuat langkah Leon terhenti sedikitpun.
Melewati para pelayan yang menunduk hormat pada mereka, sampai Moira harus sedikit berlari untuk mengimbangi langkah cepat Leon. Ia ngos-ngosan disaat Leon terhenti didepan teras Mansion, ia menatap tajam Moira yang menatapnya bingung.
"Kau tidak bisa membalas setiap ucapan jahat mereka padamu?" Tanya Leon, ia terlihat lelah dengan semuanya.
Moira tahu setiap orang mungkin akan menanyakannya ketidakberdayaan itu padanya. "Andai tadi jika tidak ada aku... pasti mereka bisa melakukan sesuatu hal yang lebih mengerikan lagi dari sekedar kata-kata." Ucap Leon lagi, ia menetralisir tarikan napasnya karena emosi.
Sebenarnya Moira bingung kenapa juga Leon setidak Terima itu melihatnya dihina. Bukankah ketidakpedulian ini sangat haram ada di hubungan mereka, Leon sendiri yang mengatakan semua aturan itu.
"Karna aku.." Moira baru ingat jika Leon tidak mengerti bahasa isyarat, ia mengambil ponsel untuk menuliskan sesuatu yang ditanyakan oleh Leon tadi.
"Manusia bisu sepertiku harus menulis sesuatu untuk menjelaskan... tidak semuanya mau menunggu apa yang ingin aku katakan disetiap penghinaan mereka."
Leon tersentak membaca yang Moira tuliskan, bahkan tangannya yang berkacak pinggang perlahan turun. Seolah Leon merasa sangat jahat telah menanyakan itu pada Moira, ia melihat kearah wajah Moira yang menatapnya sangat dalam.
"Kau tidak suka padaku, tapi kau selalu sabar menunggu apa yang aku tulis... semua itu sudah termasuk kebahagiaan untukku. Terimakasih sudah membela diriku tadi, semua yang kau lakukan tadi adalah kebaikan pertama kali yang aku dapat selama ini."
kedua mata Leon mengerjap membaca tulisan terakhir Moira, ia tidak bisa berkata kata karna ini pertama kali ada manusia yang mengucapkan kata terimakasih setulus Moira.