NovelToon NovelToon
BETWEEN THE NUMBERS

BETWEEN THE NUMBERS

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / BTS / Cinta pada Pandangan Pertama / Office Romance
Popularitas:934
Nilai: 5
Nama Author: timio

Satu digit, dua, tiga, empat, lima, hingga sejuta digit pun tidak akan mampu menjelaskan berapa banyak cinta yang ku terima. Aku menemukanmu diantara angka-angka dan lembar kertas, kau menemukanku di sela kata dan paragraf, dua hal yang berbeda tapi cukup kuat untuk mengikat kita berdua.

Rachel...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ayang

Keduanya melewati hari itu dengan hening, sudah seperti pasangan yang berselisih paham saja, padahal mau pendekatan saja keduanya sibuk denial dengan perasaan masing-masing.

"Dia marah banget ya gara-gara hapenya gua sita?".

"Ini cowo kenapa sih? Sebentar manis sebentar datar sebentar dingin sebentar ngok0p, ngga paham gua ah modelan begini."

Waktu sudah menunjukkan pukul 17.20 sore, artinya jam kerja sudah berakhir 20 menit yang lalu. Selama itu juga tidak ada yang beranjak dari kursi mereka. Hingga akhirnya Vano menotice suara grasak grusuk Rachel sedang beres-beres bersiap pulang.

"Rachel...".

Vano yang pertama mengurai keheningan itu.

"Iya, kak."

Jawabnya, biasanya jika dipanggil begitu, Rachel akan berdiri untuk melihat Vano dari atas rak yang menghalangi mereka atau menghadap langsung ke depan meja Vano.

"Kamu mau pulang?".

"Iya, kak. Udah jam pulang kan? Masih ada yang mau di kerjain?", tanya Rachel tenang dan kini sudah melangkah kaku dengan tongkatnya didepan Vano.

"Ngga, ngga ada kok."

"Handphone aku kak. Aku butuh." Kali ini Rachel yang datar.

"Anak ayam itu siapa?", tanya Vano kemudian.

"Kakak bacain room chat aku?", Rachel benar-benar melotot. " KAK....! ".

Vano menundukkan kepalanya, kemudian ia begerak pelan mengeluarkan ponsel Rachel dari sakunya.

"Maaf, Hel."

"Aku duluan ya, Kak." seru Rachel dengan nada suara yang sangat tidak ramah.

Kali pertama ia melihat Rachel begitu beku bersamanya, ia tahu dirinya se dingin apa kepada orang lain, dan sekarang ia seperti menghadapi dirinya sendiri ketika berhadapan dengan Rachel.

🍀🍀

Jevon, anak ayamnya Rachel

Anak ayam yang Vano maksud adalah Jevon, orang yang diceritakan Rachel kepada Vano sebagai alumni sesama anak panti, bedanya Jevon di adopsi oleh keluarga mapan yang merubah hidupnya, dan ibu adopsi Jevon lah yang mengirimi Rachel stok lauk yang enak itu. Mereka sudah seperti kakak adik. Selama ini Jevon bolak balik Adelard Town, karena disana Jevon itu membantu bekerja di perusahaan ayahnya.

Ps : Adelard Town, suatu kota di Timio Universe yang jaraknya dua jam penerbangan dari Orion, tempat tinggalnya Rachel saat ini.

Celingak celinguk sana sini Rachel tidak menemukan presensi Jevon dimana pun didepan Numbers Institute.

"Lah, katanya nunggu didepan, kok malah ngga ada?", dumel Rachel sembari mengutak-atik ponselnya.

Drrtt...

📞 Rachel : Lu dimana sih bang? Katanya nunggu didepan gedung. Gedung mana?

📞 Jevon : Macet dek, sabar bentar. Kalo ada cafe deket situ lu tungguin gua didalem aja.

📞 Rachel : Lu yang traktir.

📞 Jevon : Iya, lu makan lima nampan pun gua jabanin, sono deh yang penting ngga rewel.

📞 Rachel : Sipp ayang...

Bip

Telepon terputus.

"Ayang? Ayang katanya? AYANG????? ANAK AYAM JADI AYANG???!!! ", teriak Vano DALAM HATI. Napasnya benar-benar ngos-ngosan seolah baru lari marathon.

"Wahhh gila, gua bener-bener ngga ada harga dirinya buat nih cewe, padahal udah gua kok0p dua kali? Bener-bener ngga berguna buat dia? Jadi harus gua t! Durin apa gimana sih nih cewe biar dinotice." dumel Vano masih dalam hati melihat Rachel dengan girangnya masuk ke sebuah coffee shop dekat Numbers.

Skip

Lelah berkeliling hingga larut, pada akhirnya Jevon mengantarkan Rachel ke rumahnya yang mungil itu. Dengan santainya Jevon masuk ke dalam rumah itu.

"Woi... Monyet bekantan, ini barang-barang gua bantuin bawa masuk bisa gak? Gak peka banget sih lu." Teriak Rachel dari mobil.

"Bodo amat, lu udah porotin gua, giliran bagian berat-beratnya gua ikut nanggung juga. Mules-mules deh lu." Bughh Jevon menutup pintu.

"Aisss... Anak ayam." Dumel Rachel sembari menumpuk satu-satu barang yang akan di angkatnya.

Barang yang ia dapat dari hasil merengek kepada Jevon yang jauh lebih mapan darinya, seperti yang sudah di katakan, mereka sudah seperti kakak adik. Rachel tidak segan meminta apapun, atau memberi apapun kepada Jevon, karena sejak masih dalam panti pun keduanya kerap melakukan itu bersama, dan keterusan hingga dewasa, Jevon terus menjaganya layaknya adiknya sendiri, meski ia tahu Rachel adalah pekerja keras, tapi jika bersama dirinya Rachel akan berubah manja, super manja.

Grepp

Satu tarikan kuat yang membuat Rachel limbung, bahkan tongkatnya terlempar begitu saja dan jatuh ke pelukan kokoh dan hangat seseorang, begitu kuatnya tarikan itu dan membuatnya harus mengikuti kemana orang itu menuntunnya dan entah bagaimana ceritanya kini Rachel yang tidak sempat berpikir dan teriak itu masuk ke dalam mobil lain dan di kungkung Seseorang.

Seseorang yang tampan, sangat tampan.

"K-kak Vano... ".

"Aku ngga bisa nahan lagi, Rachel. Hatiku sakit, aku kepikiran, aku ngga fokus."

"K-kak... "

"Ngga. Kamu ngga bisa keluar dari sini kalau ngga aku izinin."

Wajah putih yang tampan itu, benar-benar membuat Rachel tidak mampu melakukan apapun, hanya dengan menatap wajahnya Rachel sudah cukup bingung untuk memberontak agar keluar dari mobil atau pasrah saja sekalian.

"Egois sebentar ngga apa-apa kan?", tanya Rachel.

Dengan melupakan semua pertimbangan yang ia pikirkan jauh-jauh hari, dengan lancangnya ia mendorong Vano agar duduk dengan benar, lalu ia menaiki pangkuan pria itu. Manik mereka bertemu, Rachel menatap mata sipit itu bergantian kiri dan kanan sesuka hatinya. Sementara Vano tetap tenang menunggu apa yang terjadi selanjutnya.

Rachel juga bukan tipe yang polos seperti yang Vano bayangkan, hanya saja ia belum terlalu jauh sampai ke kasur. Ia melingkarkan kedua tangannya di leher Vano dan mulai menempelkan b! Birnya di ranum pria itu.

Detik itu juga Vano merasa air es menjalani kerongkongannya yang kemarau seharian ini, wanita pendek yang sudah ditebak ini akhirnya mengakui perasaannya dengan caranya sendiri. Tidak mau kalah, Vano juga ikut melingkarkan kedua tangannya dipinggang ramping Rachel yang sudah menempel padanya seperti anak koala. Manis dan segar b! Bir Vano benar ia rasakan, dan ini nyata.

Kemudian ia menyudahi tautan itu. Kini Vano menatapnya sayu, entah apa yang ia rasakan sekarang ini. Kupu-kupu juga sedang membangun kerajaan di dalam perutnya.

"Aku suka kamu, Kak Vano. Suka semuanya, tapi...".

"Ngga, aku ngga peduli yang lainnya. Sama sekali ngga perduli Rachel. Kamu suka aku, aku suka kamu, itu aja yang penting."

Rachel tersenyum.

"Boleh kan aku bahagia sebentar saja." Batinnya.

"Ayo jadi pacarku kak, kali ini aku yang minta." Tanya Rachel masih di atas pangkuan Vano.

"Ayo, tapi putusin dulu anak ayam itu."

"Hah?".

"Itu yang masuk ke rumah kamu, usir dulu, aku ngga suka."

Rachel terkekeh keras.

"Padahal dia cuma ketawa, tapi hati gua meleleh parah." Batin Vano memandangi gigi rapi itu.

"Kak, kalau aku usir dia, bukannya dia yang pergi, tapi kita berdua."

"Maksudnya? Itu rumah punya dia gitu. Ayo, Hel turun. Aku beli rumahnya sekarang juga. Ayo, Hel." Emosi Vano.

"Ayo, Hel... Aku beli rummmmpphh... ".

Mulut pria cerewet itu spontan berhenti berbunyi.

"Diem bisa ngga! Dia kakak aku, namanya Jevon. Ingat orang yang aku ceritain yang mamanya ngirimin aku lauk banyak. Itu dia maksudnya."

"Oh.. Ma-maaf. Soalnya tadi di Numbers aku ngikutin kamu dari belakang, kamu manggil dia Ayang. Ya panik lah."

"Astaga Kak Vano....hahahahaha." Rachel kembali tertawa.

"Jadi... Kita pacaran sekarang?", tanya Vano lirih.

"Ngga jadi ah."

"Hel... "

"Iya kak, iya. Ayo pacaran." Kini Rachel benar-benar tersenyum lebar, bisa-bisanya direktur yang spek batu emerald ini mengejar-ngejar remahan sari roti. "Tapi... Boleh stay private ngga?".

"Kenapa? ", senyum Vano hilang.

"Demi kebaikan kamu dan aku kak. Posisi kita jelas, kamu siapa dan aku siapa? Se heboh apa Numbers nantinya. Jadi biar aja kita seperti apa biasanya di kantor."

"Karena aku direkturnya, dan kamu asistennya begitu? Emangnya kenapa? Aku ngga peduli mau se ribut apapun nanti."

"Ya udah ngga jadi, aku turun."

"Iya iya iya iya.... Iya mau. Iya, stay private."

"Kenapa sih harus di ancam dulu." Kesal Rachel.

Vano tidak menggubris, ia sekarang sibuk memasukkan Rachel yang kecil itu ke dalam pelukannya, ia harus memeluk tubuh kecil itu sebanyak yang ia bisa. Minimal aromanya harus tinggal di tubuh Rachel, karena aroma wanita itu agak berbeda hari ini, mungkin karena lama berdekatan dengan orang yang ia sebut kakaknya Jevon itu.

"Aku bahagia banget hari ini."

"Aku ngga tahu harus bahagia atau apa, hari ini absurd banget soalnya."

"Jadi kamu ngga bahagia gitu jadi pacarku?", tanya Vano.

"Kakak nge bingungin soalnya, kadang dingin, kadang datar, kadang ramah, kadang diem, kadang bentak, kadang tiba-tiba nyium, siapa yang ngga kaget coba." Keluh Rachel.

Vano hanya menunjukkan gummy smilenya.

"Aduh kak, jangan nunjukin senyum model begitu, jantung aku ngga kuat...", Rachel salting membuang muka.

Bukannya berhenti, Vano malah menarik wajah Rachel dan terus tersenyum menunjukkan deretan gigi kecilnya. Sungguh ia puas sekali menggoda Rachel seperti itu.

"Ayo jalani semestinya aja kak, tapi tolong kalo di Numbers jangan bawa-bawa perasaan kita didepan banyak orang."

"Iya, Ayang... ".

Deg

"Aduh, Kak.... ", ringis Rachel.

Ayangnya Rachel 💜

.

.

.

TBC... 💜

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!