Delvia tak pernah menyangka, semua kebaikan Dikta Diwangkara akan menjadi belenggu baginya. Pria yang telah menjadi adik iparnya itu justru menyimpan perasaan terlarang padanya. Delvia mencoba abai, namun Dikta semakin berani menunjukkan rasa cintanya. Suatu hari, Wira Diwangkara yang merupakan suami Delvia mengetahui perasaan adiknya pada sang istri. Perselisihan kakak beradik itupun tak terhindarkan. Namun karena suatu alasan, Dikta berpura-pura telah melupakan Delvia dan membayar seorang wanita untuk menjadi kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astuty Nuraeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan di tengah keterpaksaan
Tiga hari berlalu sejak Maya melakukan percobaan bunuh diri, kondisi wanita paruh baya itu mulai membaik sehingga dokter mengizinkan Maya keluar dari rumah sakit. Bersama kedua putrinya, Maya kembali ke rumah yang penuh dengan kenangan. Masa silam begitu membahagiakan, sayangnya kini hanya tersisa serpihan kenangan dan goresan luka.
“Istirahatlah mah, Erika akan menginap di sini selama beberapa hari,” ucap Erika seraya menyelimuti kaki Maya.
“Hem,” Maya hanya bergumam, lalu memejamkan matanya.
Setelah memastikan Maya tidur, Erika keluar dari kamar, dia menghampiri Delvia yang sedang berkutat dengan laptopnya di ruang keluarga.
Erika hanya diam dan mengamati Delvia yang tampak begitu serius. Erika tau betul jika sang adik tak suka di ganggu apalagi saat sedang bekerja.
“Mama sudah tidur kak?” tanya Delvia tanpa mengalihkan atensinya.
“Sudah!”
Delvia menutup laptopnya, dia perlu bicara serius pada Erika. “Beberapa hari yang lalu ayah datang dan menceraikan mama. Aku memaksa mama untuk setuju bercerai, tapi yang terjadi setelahnya justru seperti itu kak!”
“Kakak juga berpikir lebih baik mereka bercerai. Kita harus membujuk mama lagi dan memastikan mama tidak akan bertindak nekat lagi,” sahut Erika dengan wajah bingung.
“Kita har...”
“Non Delvia, nyonya non,” Delvia belum sempat menyelesaikan ucapannya saat tiba-tiba asisten rumah tangganya berlari ke arahnya dengan wajah panik.
“Ada apa bi?” tanya Delvia dan Erika bersamaan.
“Nyonya mau lompat dari balkon!”
Erika dan Delvia berlari menuju kamar Maya, kedua wanita muda itu terkejut melihat Maya berdiri di pagar balkon seraya merentangkan tangannya.
“Mama,” panggil Delvia dengan suara bergetar.
“Mama tidak ingin hidup lagi,” jawab Maya terisak.
“Tolong jangan seperti itu mah, kami masih sangat membutuhkan mama,” Erika menimpali, buliran bening mulai menetes di wajahnya.
“Benar kata kak Erika mah, tolong jangan seperti ini. Via mohon mah!”
“Percuma mama hidup, mama sudah kehilangan segalanya!”
“Mama masih memiliki aku dan kak Erika. Pikirkan kami mah, kami sangat menyayangi mama!” Delvia berusaha membujuk Maya.
“Kalian menyayangi mama?”
“Tentu saja,” jawab Delvia dan Erika bersamaan.
“Apa kalian akan melakukan apa saja demi mama?”
“Tentu,” ucap Delvia tanpa ragu, sementara Erika hanya diam, dia merasa kembali ke masa lalu saat Maya memaksanya menikah dengan pria pilihan mamanya itu.
“Mama ingin melihatmu menikah Via!”
Benar saja, apa yang di takutkan Erika akhirnya terjadi. Tragedi beberapa tahun lalu kembali terulang. “Erika akan berusaha memberi mama cucu, tapi tolong jangan paksa Delvia menikah, usianya masih begitu muda mah!”
“Kalian tidak menyayangi mama,” ujar Maya bernada kecewa, wanita itu lantas menaikkan salah satu kakinya hingga melewati tralis pembatas.
“Delvia akan menikah, tapi tolong mama turun!” anak mana yang ingin menyaksikan orang tuanya meninggal di depan mata mereka. Demi menyelamatkan dan menyenangkan hati sang mama, Delvia rela mengorbankan masa depannya.
“Tidak Delvia,” ujar Erika tak setuju.
Delvia menggelengkan kepala seraya menatap Erika, memberi tanda jika mereka tak memiliki pilihan lain. “Cepat turun mah, Delvia akan menikah seperti kemauan mama!”
“Kamu tidak membodohi mama kan? Kamu benar-benar akan menikah kan?” Maya memastikan jika ucapan Delvia bisa di percaya.
“Ya, asal mama berhenti mencoba menyakiti diri mama sendiri!”
Perlahan Maya menurunkan kakinya, wanita itu membalik badan sesaat setelah kedua kakinya menyentuh lantai. “Mama anggap kamu menerima perjodohan dengan Wira Diwangkara!”
Tetesan air mata Delvia membersamai anggukan kepalanya. Delvia kalah telak, dia tak bisa berbuat apapun lagi.
Senyum lebar menghiasi wajah Maya, dia laku menghampiri Delvia dan memeluk tubuh putrinya. “Mama janji tidak akan berpikiran sempit lagi. Mama akan menghubungi tante Nila dan memberi tahu mereka jika kamu setuju di jodohkan dengan Wira!” setelah melepas pelukannya, Maya berjalan masuk ke dalam kamar seolah tak pernah terjadi apapun.
“Kamu yakin akan menikah? Kakak rasa semua ini hanya bagian dari rencana mama,” terka Erika curiga.
Delvia menyeka air matanya kasar, gadis itu melayangkan tatapan penuh kepasrahan. “Sejak awal kehidupan ini bukan sepenuhnya milik kita kak!
Ry dukung Dikta tunggu jandanya Delvi
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Dikta yg sll ada buat Dy
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Dikta yg sll ada bersamanya bkn suaminya
Lagian suaminya sibuk selingkuh sesama jenis
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Suami mana peduli
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Devi di datangi pelakor yg merebut ayah nya lagi
Om ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
jangan sampai Dikta terjerat oleh Hera
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Om ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan