Daren begitu tergila-gila dan rela melakukan apa saja demi wanita yang di cintainya, Tapi cintanya tak terbalas, Sarah yang di cintai Daren hanya mempunyai secuil perasaan padanya, Di malam itu semua terjadi sampai Sarah harus menanggung akibat dari cinta satu malam itu, di sisi lain keduanya mau tidak mau harus menikah dan hidup dalam satu atap. Bagaimana kelanjutan kisah Mereka. akankah Daren bisa kembali menumbuhkan rasa cinta di hatinya untuk Sarah? Dan apakah Sarah bisa mengejar cinta Daren?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon II, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kita Memulai Dari Awal
Sarah berjalan lemas membuka pintu, tersenyum hambar ketika Dokter datang.
"Mari masuk." Ajak Sarah, berjalan terlebih dahulu di ikuti Dokter dan Pak Supir yang tadi memangilnya.
"Saya permisi ya Pak." Dokter ijin memeriksa Daren, mengecek detak jantung dan suhu tubuh.
"Non, Apa Den Daren ga di bawa ke rumah sakit aja," Ucap Pak super setengah berbisik.
"Kita tunggu dokter aja dulu Pak,"
Dokter fokus memeriksa Daren. Sarah senantiasa menjaga di samping ranjang. Menunggu Dokter bersuara.
"Ga papa sih ini, kondisinya sudah mulai membaik, cuma demam aja. Lemas tidak pak?" Tanya dokter kepada Daren yang memejamkan mata.
Daren menggelengkan kepala sebagai jawaban.
"Sudah ok kalau begitu, kalau lemas bisa di bantu pasang infus. Tapi karena tidak lemas jadi tidak usah, nanti saya kasih vitamin aja ya."
"Vitamin ada dok." ucap Sarah berlari ke kopernya untuk menunjukkan vitamin miliknya.
Dokter hanya tersenyum melihat bagaimana Sarah yang sigap.
Pukul 10 malam, Daren membuka mata, Merasakan handuk kecil di keningnya. Karena tubuhnya mulai membaik Daren bisa merasakan kesegaran kembali, Dokter memberikan vitamin tadi jadi lekas sembuh, Vitamin yang di rekomendasikan Sarah hanya suplemen vitamin yang di peruntukan untuk kekebalan tubuh ada yang komponen yang kurang. Jadi Daren harus tetap meminum vitamin dari dokter, Tapi kegesitan Sarah tadi membuat Daren terbuai.
Samar Daren tersenyum. "Kamu merawat ku dengan baik," Ucap Daren pelan, dengan hati-hati berbalik untuk bisa menatap wajah cantik Sarah yang kini terlelap di sampingnya.
Sarah tertidur dengan posisi canggung, tubuhnya duduk di sofa yang di seretnya ke samping ranjang, kepalanya tertopang di bibir ranjang. Daren terkesima tak percaya, lagi-lagi Sarah sudah membuktikan dirinya kini berubah menjadi istri yang penuh perhatian, dalam diam Daren bergumam. "Lihat Daniel, bagaimana Sarah merawat ku,"
Kalau saja Daniel tau bagaimana Sarah sekarang mungkin akan ada penyesalan, akan tetapi bagi Daren jika perbandingannya adalah Kinan, Daren menjadi diam tak berkutik, jika membahas Bagaimana Kinan dirinya bahkan pernah terjerat. Daren menggelengkan kepalanya kuat.
"Sadarlah, Sadar, Baik, aku akan berusaha membuka hatiku kembali, tapi dengan caraku sendiri."
Dengan sadar Daren mendekati wajah Sarah mengelus pipinya, menatap dalam-dalam.
Cintai aku lagi Daren, bisakah?
Daren mengingat ucapan Sarah yang mana belum di jawabnya tadi. "Perjuangan mu sudah membuahkan hasil,"
keesokan paginya, Sarah membuka mata, terkejut manakala tempat tidur kosong.
"Daren, Daren?" Sarah berteriak memanggil nama Daren dengan wajah panik. Kesadaran terkumpul begitu cepat pasalnya sang suami tak ada di kamar. kamar mandi dan area balkon di ceknya. Tidak ada. "Ke mana dia?"
Tok...tok..." Nona Sarah." Terdengar suara dari balik pintu.
Sarah segera membuka pintu. Satu staf villa berdiri tersenyum menatapnya. "Pak Daren berada di bawah Nona."
Sarah mengerutkan keningnya, tapi ada rasa lega pasalnya Daren masih bersamanya. "Baik, saya nanti kebawah."
Staf villa mengangguk patuh. "Baik Nona, Tapi jangan lama-lama, pesan Pak Daren."
Sarah mengangguk sebagai jawaban. Dirinya segera menutup pintu, berlari ke kamar mandi dan sibuk di sana.
10 menit lamanya Sarah bersiap. Tanpa memoles wajah seperti biasa Sarah turun ke bawah mencari Daren.
Daren yang tengah duduk di ruang makan dekat balkon begitu bosan menunggu Sarah, sedari tadi mengecek jam di tangan. Sekarang hampir pukul 9 pagi. Waktu sarapan yang baik sudah terlewat.
"Kenapa dia lama sekali." Daren berdecak kesal, hampir saja kesabaran habis menunggu. Hanya Sarah yang bisa membuat waktunya yang berharga terbuang percuma. "Selalu seperti itu." Sambung Daren, tak tahan menunggu Daren beranjak bangun.
"Jangan pergi please." Ucap Sarah tiba-tiba. Berlari menghampiri Daren.
Daren menoleh kearah Sarah. "Kenapa lama sekali." Katanya kesal. Menatap Sarah begitu tajam, niat hati ingin memberi kejutan berupa sarapan yang romantis karena Sarah sudah merawatnya semalaman sedikit rusak pasalnya Sarah lambat bangun.
"Aku minta maaf." kata Sarah dengan wajah tak enak. Apalagi Daren menatapnya begitu ketus. Untuk menetralisir kemarahan Daren Sarah menarik tangan Daren sembari membantunya untuk kembali duduk.
"Udah sehatan kamu?" Tanya Sarah, sebenarnya itu hanya basa-basi saja.
Daren yang memang sudah membuka hati, kembali duduk dan membiarkan Sarah mengelus tangannya. "Seperti yang kamu lihat."
Sarah tersenyum manis mendengar jawaban Daren. "Ini kamu yang siapin?" Sarah menatap hidangan di atas meja. Cuaca pagi hari di puncak Bogor terlihat lebih cerah, berbeda dengan kemarin yang mendung kelabu.
"Aku mana bisa masak, semua ini Staf villa yang buat, mereka-
Sarah mengangguk-anggukkan kepala mendengar penjelasan Daren yang penuh bualan, mana mau Staf villa repot-repot menyiapkan sarapan dengan keintiman seperti ini kalau bukan di minta. Daren gengsi untuk mengakui dirinya yang menyiapkan semuanya.
"Ok, ok, sekarang boleh kita sarapan?" Sarah mengakhiri ocehan Daren yang tak berhenti itu.
Daren mengangkat datar. "Aku bahkan belum minum obat karena kamu."
Sarah menepuk keningnya. "Maafin aku, Yuk sekarang sarapan, nanti minum obat."
Daren berusaha menyembunyikan rasa bahagia di hatinya melihat Sarah yang sibuk mengisi piring miliknya.
Seperti ini Sarah, aku ingin selalu seperti ini. Perhatian kamu dan segalanya.
"Ayo Makan." Ucap Sarah, terheran melihat Daren hanya diam mematung.
Daren tersentak, mengangguk cepat karena Sarah sudah mengagetkan lamunannya. Akhirnya Keduanya sarapan dengan obrolan yang mana membuat keduanya tertawa.
Bulan madu yang seharusnya ke Paris seperti yang di inginkan Sarah terukir indah di puncak Bogor, Daren bahkan mengajak Sarah untuk ke villa NM7 tapi Sarah menolak.
"Di mana saja asal sama kamu." Kata Sarah malu-malu.
Daren memalingkan wajahnya yang memerah. Dengan penuh percaya diri Daren berkata. " Setelah sarapan bisa kita ke kamar?"
Sarah mematung sesaat. Merinding mendengar ucapan Daren yang mana mampu melambungkan imajinasinya, terakhir kali beradegan ranjang bersama Daren membuat Sarah merasakan sakit yang teramat sangat, perlawanannya kala itu di dobrak paksa. Tapi lain sekarang, Status suami istri sudah melekat, Tidak ada alasan Sarah menolak permintaan Daren. Hatinya Daren sudah luluh, jangan lagi membuatnya kecewa, untuk itu Sarah mengangguk pelan.
Melihat anggukan Sarah, Daren tersenyum penuh kebahagiaan.
"Mulai sekarang, kita mulai dari awal lagi."
Sarah mengangguk mendengar ucapan Daren. "Bismillah ya,"
.
"Permisi Pak, Di luar ada tamu." Seorang pelayan berdiri di ambang pintu ruang kerja Pak Darwin.
Pak Darwin mengangguk. Segera berjalan mengikuti pelayan sampai teras rumah.
"Tamu siapa?" Tanya Pak Darwin penasaran.
"Saya di minta untuk tidak memberi tau Bapak."
Pak Darwin menjadi lebih penasaran, Berjalan cepat ingin mengetahui siapa gerangan tamu itu. Sampai di depan teras. Pak Darwin mengerutkan kening melihat satu sosok perempuan berdiri membelakanginya.
"Yasmin?"
Wanita muda nan cantik itu berbalik, tersenyum cerah menatap Pak Darwin. "Om Darwin."
"Yasmin, Apa kabar kamu Nak,"
"Yasmin Baik Om." Sahutnya sembari menyalami ayah Daren itu sopan.
"Maaf ya kemarin Kak Daren menikah Yasmin ga datang."
Pak Darwin mengangguk saja. "Om pikir kamu marah karena Daren ga memilih kamu." Pak Darwin tertawa renyah pun Yasmin.
Inilah alasan Yasmin datang om.