Tanah yang di jadikannya sandaran. Key Lin hidup di dunia yang bukan miliknya. Keras, dan penuh penindasan. Keadilan bagaimana mungkin ada? Bagi bocah yang mengais makanan dari tempat sampah. Apa yang bisa dia sebut sebagai keadilan di dunia ini?
Dia bukan dari sana. Sebagai seorang anak kecil bermata sipit penjual koran di barat, apakah di akan selamat dari kekejaman dunia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jauhadi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 Pengganggu 2 [Key Lin Tumbuh di Bumi Barat
"Kamu berbohong, aku jelas tadi beberapa kali meminta maaf padamu. Kenapa kamu berbohong?" Tanya Arina pada dua gadis yang berada di hadapannya. Kini Flora tidak mendukung Elza, dan Helen lagi, dia merasa sudah salah memilih teman di hari pertama.
Bagaimana pun juga tidak ada yang suka pada pembohong bukan?
Elza hanya diam saja. Helen maju untuk membela sahabat karibnya. Helen, dan Elza adalah teman sedari kecil, bagaimanapun Arina memang menumpahkan minuman pada rok Elza, dan itu bisa jadi alasan pembelaannya.
"Arina, meski begitu Elza belum berkata memaafkan kamu! Kamu meminta maaf dengan tidak tulus, bagaimana mungkin dia memaafkan kamu?" Tanya Helen dengan nada sombong khas anak dari keluarga kaya yang di manjakan. Cara mencibirnya pasti di pelajari dari suatu tempat.
"Aku meminta maaf dengan tulus Elza, kumohon jangan marah padaku." Arina ingin menangis, harga diri kecilnya terasa terinjak.
Elza menatap malas, dia lalu berpura-pura berbaikan di sebabkan ada Key, dan Theodor dua orang yang di sukainya.
"Sudahlah, lupakan saja." Elza pergi dari tempat duduknya. Saat itu tepat akan pelajaran. Beberapa murid yang menonton mulai kembali ke kursi masing-masing.
Key meraih tangan Arina. Dia tahu hati Arina terluka saat ini. Dia ingi Arina merasa baikan, tapi Key bukan anak yang terbiasa menghibur orang lain. Dia tak pernah melakukannya kecuali pada Shoe.
"Arina, kamu baik-baik saja?" Tanya Keu pada Arina. Arina mengangguk, dia tahu Key sebenarnya ingin membelanya. Namun dia, dan Key di sini hanya masyarakat miskin yang beruntung bisa sekolah di tempat luar biasa itu. Arina takut Elza, dan Helen memperbesar masalah, sehingga dia memilih untuk bersabar pada akhirnya.
Key sedikit menghibur Arina dengan memberikan Gula beku pada Arina, hadiah kecil yang Key buat sendiri.
(* Gula beku : Gula pasir yang di lelehkan, lalu di buat permen. )
Arina menerimanya dengan senang hati, saat itu Flora mendekati Arina. Dia meminta maaf pada Arina, karena dia hampir ikut memojokkan Arina. Arina menggelengkan kepalanya, dan mengatakan jika dia baik-baik saja. Flora merasa lega Arina tidak ambil hati apa yang Flora, Helen, dan Elza lakukan pada Arina.
Flora akhirnya memutuskan untuk berteman dengan Arina.
Key menatap dari kursinya, pria kecil itu sadar jika di sekolah itu banyak anak orang kaya yang bisa mencelakainya kapan saja. Dia melihat Arina yang polos, merasa kasihan, tapi dia tidak jadi kasihan padanya. Dia mulai kasihan pada dirinya sendiri, atas dasar apa Arina mendapatkan rasa kasihan Key?
Dia merasa tidak perlu, hidupnya sendiri sudah lebih susah dari gadis itu. Tapi dia malah masih memikirkan adik bosnya.
Padahal siang nanti sepulang sekolah Key masih harus berjualan koran, dan majalah. Sementara Arina hanya perlu duduk di dalam, dan belajar, mengobrol dengan ibunya.
Key merasa kesal, tapi sesaat kemudian merasa bersalah. Sebenarnya itu hanya rasa iri pada Arina. Arina memiliki ibu, dan Key tidak. Arina memiliki ayah yang mau bekerja keras, dan menghidupinya, sementara Key tidak. Meski ayah Arina bekerja di luar kota, tapi ayahnya akan kembali dengan senyum hangat.
Key merasa iri, kenapa dia tidak bisa merasakan kebahagiaan seperti milik Arina, dan anak-anak lain?
Key tidak butuh mainan, atau pakaian mahal. Dia juga tidak butuh bermain dengan anak seumurannya. Dia hanya butuh di peluk ibunya. Dan setidaknya dia ingin ayahnya menggandeng tangannya.
Itu bukan berarti seperti dugaan Alex jika Key tidak tahu soal identitasnya. Key tahu jika dia anak haram ibunya. Dia tahu betul, tapi memangnya dia meminta dilahirkan sebagai anak haram? Apa dia meminta dilahirkan? Key Lin tidak meminta itu, tapi mau tidak mau dia harus menerima kenyataan. Jika dia tidak bisa mendapatkan kasih sayang orang tua kandungnya. Dia berharap, andai dia adalah anak kandung Frederick.
Saat semua kemungkinan, dan pikiran Key Lin terpecah. Gurunya yang sedang mengajar memperhatikan dia, Leoni sadar jika Key tidak fokus belajar. Seperti banyak beban yang dia pikirkan.
"Nak, apa kau bisa menjawab soal nomor tiga?" Tanya Leoni pada Key agar anak itu sadar dari lamunannya.
Key seketika sadar. Dia menjawabnya.
"35 Mr. Leoni." Balas Key pada Leoni, dia tidak memperhatikan pelajaran, tapi masih bisa menjawab.
Leoni sebenarnya tidak masalah meski Key salah menjawab. Tapi tidak di sangka Key mampu menjawab dengan benar.
Leoni melanjutkan pelajaran, dan menunggu waktu pulang. Bagaimanapun Guru juga butuh refreshing.