Permainan anak kecil yang berujung menjadi malapetaka bagi semua murid kelas 12 Ips 4 SMA Negeri Bhina Bhakti.
Seiring laporan dari beberapa orang tua murid mengenai anaknya yang sudah berhari-hari tidak pulang ke rumah. Polisi dan tim forensik langsung bergegas untuk mencari tahu, tidak ada jejak sama sekali mengenai menghilangnya para murid kelas 12 yang berjumlah 32 siswa itu.
Hingga dua minggu setelah laporan menghilangnya mereka tersebar, tim investigasi mendapat clue mengenai menghilangnya para siswa itu.
"Sstt... jangan katakan tidak jika kamu ingin hidup, dan ikuti saja perintah Simon."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cakefavo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
- Tim Investigasi Dan Peralatan Aneh
"Tolong bantu cari anak saya, saya mohon!"
"Anak saya tidak pulang selama hampir satu minggu, kenapa kepolisian tidak mengarahkan tim untuk mencari anak saya?!"
"Kalian yang berbicara masalah mengayomi dan melayani rakyat tetapi malah melalaikan tugas kalian?"
"Saya tidak mau tahu, kalian harus mengerahkan tim kalian untuk mencari keberadaan putri saya!"
"Anak-anak hilang! bagaimana kalian bisa santai begitu saja? panggilkan atasan kalian, saya ingin berbicara dengannya!"
Weyzer, seorang laki-laki berusia 25 tahun, dia bekerja di bagian tim investigasi, tubuhnya yang berotot dan perawakannya yang tinggi kadang menjadi godaan bagi rekan kerja wanitanya, apalagi laki-laki itu masih lajang dan belum memiliki pacar.
Dia memperhatikan keributan di kantornya, sudah dari kemarin mereka di datangi oleh para orang tua siswa dari SMAN 1 Bhina Bhakti dan melaporkan mengenai menghilangnya putra dan putri mereka semua, Weyzer pun menghampiri salah satu rekan kerjanya yang bernama Damien yang saat itu tengah di amuk.
"Mohon maaf, tolong tenang... kami juga tidak akan tinggal diam, kami akan mencari bukti dan segera pergi untuk mencari anak-anak yang menghilang."
"Kapan? seharusnya kalian melakukannya sejak pertama kali kami melaporkan kasus ini, tetapi kalian masih santai-santai saja!"
"Maafkan kami atas kelalaian tersebut, kami akan mengarahkan tim kami agar bisa menemukan keberadaan putra dan putri kalian, serahkan semuanya kepada kami," ucap Weyzer dengan tenang.
Mereka pun terdiam dan segera pergi meninggalkan kantor, Demian lantas melempar teleponnya dan duduk bersandar di kursi, bahkan penampilannya pun acak-acakan, lingkaran hitam di bawah kelopak matanya dapat terlihat.
"Udah ada laporan dari 28 orang tua siswa, menurut kalian ini kasus terkait sama kasus penculikan, bukan?" tanya Damien.
Weyzer bersandar di meja kerja Demian, dia tampak terlihat berpikir sejenak sebelum akhirnya menghela nafas.
"Udah pergi ke sekolah dan minta rekaman CCTV?" tanya Weyzer.
"Udah, hanya saja ada yang aneh... kami tidak menemukan anak-anak mereka di setiap rekaman CCTV, terakhir terlihat tanggal 22 Juli, saat pagi hari sebelum mereka di nyatakan menghilang."
"Apakah ini juga terkait dengan kasus pembunuhan atau penjualan organ tubuh?" tanya rekan lainnya.
"Kita tidak tahu pasti, 32 murid SMAN 1 Bhina Bhakti di nyatakan menghilang, bagaimana jika kita pergi ke sekolah lagi untuk meminta pernyataan dari guru, wali kelas atau kepala sekolah mereka?" usul Weyzer sambil melirik rekannya.
"Masalahnya kepala sekolah tidak memberikan kesempatan lagi, karena kita sudah terlalu sering pergi kesana, dia bilang kita mengganggu pembelajaran siswa, bahkan beritanya sudah menyebar ke seluruh sekolah."
"Hubungi saja lagi kepala sekolahnya, dan siapkan surat perizinan."
"Baik," serentak mereka.
"Mohon maaf mengganggu waktu anda, saya Weyzer dari tim investigasi ingin mengecek beberapa ruangan di sekolah ini, tolong atas kerjasamanya agar kasus ini dapat di selesaikan dengan baik." kata Weyzer segera memberi isyarat kepada rekan-rekannya untuk mulai menggeledah beberapa ruang yang sudah mereka bicarakan sebelumnya.
Rekan se timnya segera berpencar menuju ruangan seperti lab biologi, lab fisika, ruang komputer dan lain sebagainya, sedangkan Demian kembali mengecek rekaman CCTV di kantor pos satpam karena takut ada kesalahan.
"Lu tau gak, akhir-akhir ini pak Riki gak masuk, bahkan kata anak MIPA juga pelajaran fisika suka kosong."
Weyzer menghentikan langkahnya begitu dia menaiki beberapa anak tangga, dia melirik kearah dua siswi yang sedang duduk santai di dekat tangga. Karena penasaran, Weyzer pun mendekati kedua siswi tersebut.
"Permisi, jika saya boleh bertanya, guru fisika juga mengajar di kelas IPS?"
Salah satu siswi itu mengangguk, menatap Weyzer dengan penuh ke kaguman. "Iya, pak Riki kalau ngajar di IPS itu ngajarin pelajaran biologi, semacam pelajaran peminatan," jawabnya antusias.
"Kalian tahu gak kalau kelas 12 IPS 4 juga ke ajar sama dia?" tanya Weyzer lagi.
"Um... iya mungkin, soalnya salah satu anak kelas disana pernah dateng ke kelas aku buat minta materi tentang pelajaran biologi, jadi kayaknya ke ajar sama pak Riki."
Weyzer mengangguk lalu mengucapkan terima kasih, ia pun meninggalkan kedua siswi itu untuk kembali menggeledah beberapa tempat yang ada disana.
Satu jam berlalu, Weyzer dan juga beberapa rekannya berkumpul di salah satu restoran yang berada dekat di sekolah tersebut, Demian menghela nafas karena tidak menemukan hal mencurigakan atau pun jejak-jejak para siswa itu.
"Kalian pernah bilang di lab fisika pernah menemukan sesuatu, benar?" tanya Weyzer yang langsung di angguki oleh beberapa rekannya.
"Kami menemukan peralatan aneh, kebetulan kata beberapa siswa disana, guru yang mengajar fisika hanya ada satu dan bernama Riki, dan beberapa hari ini dia tidak masuk mengajar."
Weyzer menggigit bibir bagian dalamnya, ia terdiam untuk berpikir. Peralatan seperti apa yang di maksud oleh rekan-rekannya, apakah berhubungan dengan kasus ini, pikirnya.