NovelToon NovelToon
Mr. Boros Vs Miss Perhitungan

Mr. Boros Vs Miss Perhitungan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Seiring Waktu / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:321
Nilai: 5
Nama Author: Ariny NH

Cinta itu bukan seperti matematika yang hasilnya pasti sama persis dengan apa yang kita perhitungkan. Terkadang Allah menjodohkan seseorang dengan orang yang berbanding terbalik dengan seseorang itu. Tujuannya biar saling melengkapi.

Seperti yang dialami Andhini Maharani atau biasa disapa Rani. Tipe Idamannya: nggak boros, makai kacamata tipis, smart, bersih dari jerawat, berpakaian rapi, setia, sabar, bijaksana dan paling penting sayang sama adiknya. Ia justru jatuh cinta sama Raditya Saunders. Cowok yang super duper boros, hobinya traveling dan menghamburkan-hamburkan uang papanya. Untuk menyatukan dua hati yang saling mencintai ke ikatan suci pernikahan tentu bukan hal yang mudah. Rani dan Radith dihadapkan pada ujian yang dahsyat. Ujiannya adalah Andhina Rosalia, yang berstatus sebagai adik kandung Rani justru mencintai Radith juga.

Rani berada di sebuah persimpangan, ia bingung memilih jalan yang mana. Jalan antara merelakan Radith untuk Andhina atau mempertahankan Radith?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ariny NH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Panik

Ia paling takut sama yang namanya gelap. “Aduh, sampai kapan gue ada di sini? Satu hari? Satu Minggu? Satu bulan? Atau seumur hidup?” 

Ia bergidik ngeri membayangkan dirinya terkunci di gudang ini berbulan-bulan. “Ah, gue nggak mau mati di tempat ini. Nggak keren banget mati gudang, bersama orang paling menyebalkan pula. Huwaaa…” teriak Rani lagi.

“Ran, lo bisa nggak sih nggak usah teriak-teriak gitu? Berisik tau! Yang harus lo pikirkan adalah gimana caranya kita bisa keluar dari gudang ini! Gue nggak mau mati bareng lo!

Rani memanyunkan bibirnya. “Radith, bukannya nenangin gue malah ngomelin gue!”

Rani sadar apa yang dikatakan Radith ada benarnya. Teriak-teriak doing, takkan bisa membuat pintu gudang ini terbuka. Ia pun mulai berpikir keras, mencari cara agar pintu terbuka. Tapi nyatanya otaknya sama sekali tak bisa digunakan berpikir dalam situasi seperti ini. 

Satu-satunya cara ialah dengan berdoa. Rani mengangkat kedua tangannya. “Ya, Allah tolong aku! Buatlah pintu gudang ini terbuka. Aku tak mau mati di tempat ini!” Rani berdoa dalam hatinya.

Mendadak Rani merasakan kakinya dikerubuti oleh sesuatu, ia pun menundukkan kepala ingin melihat apa yang mengerubuti kakinya itu. “Huwaaa … tikus dan kecoa! Tidak!” Rani berteriak sekencang-kencangnya ketika di sekitar kakinya penuh dengan tikus dan kecoa.

Selain takut ruangan gelap, Rani juga sangat takut dengan makhluk yang bernama tikus dan kecoa. Tanpa aba-aba lagi Rani mengambil langkah seribu untuk menghindari makhluk menyebalkan itu.

Sialnya dua makhluk itu malah mengikuti langkah Rani. “Radith, tolongin gue dong! Lo singkirin tikus dan kecoa itu dari hadapan gue!”

“Yee … gimana gue mau nyingkirin tikus-tikus itu gue sendiri aja bingung gimana cara nyingkirin kodok-kodok menjijikkan yang ada di depan gue.”

“Ah, sial. Ternyata Radith takut kodok. Dia juga lagi sibuk menghindari kodok-kodok itu.” 

Tiba-tiba bola lampu di kepala Rani menyala. Ia berhasil menemukan ide cemerlang. “Gimana kalau kita saling membantu? Gue bantuin lo nyingkirin kodok, dan lo bantuin gue nyingkirin tikus dan kecoa.”

“Wah, boleh juga ide lo. Oke, deal. Gue setuju.”

Rani dan Radith mencari-cari plastic atau karung di sekitar gudang ini. Mereka ingin memasukkan binatang-binatang itu ke dalam karung. Beruntung akhirnya mereka segera menemukannya. Tanpa banyak buang waktu, Rani bergegas menangkap kodok-kodok lalu ia memasukkan kodok-kodok itu ke karung yang dipegangnya.

Begitu pula dengan Radith, ia sibuk menangkap tikus dan kecoa yang berkeliaran untuk dimasukkan ke karung yang dipegangnya juga. 

Tak terasa satu jam telah berlalu, akhirnya mereka selesai memasukkan binatang-binatang yang berkeliaran ke karung. Sekarang gudang bersih dari binatang menjijikkan. Rani dan Radith terduduk lemas di sudut gudang. 

Rani mengusap peluh yang membanjiri jidatnya. “Huft, capek juga ya menangkap  binatang-binatang menjijikkan itu.”

Tak ada sahutan dari Radith. Entah mengapa perasaan Rani jadi tak enak. Ia menoleh ke samping. Detik ini juga ia melihat Radith pucat, memegangi dada dan sulit bernapas. “Dith, lo kenapa? Lo baik-baik aja kan?” Tanya Rani dengan nada panic.

“Pe… nyakit asma gue kambuh.” Radith menjawab pertanyaan Rani dengan napas yang tersengal-sengal.

“Aduh, gimana nih?” Rani semakin panic. Otaknya berpikir keras bagaimana cara mengobati penyakit asma dengan sederhana.

“Cara sederhana mengobati penyakit asma adalah  Menghirup aroma minyak kayu putih dan jangan panik.” 

Kata-kata ibu guru waktu di SMP kembali terngiang di telinganya. “Ah, untung tadi pagi gue bawa minyak kayu putih.  Bentar gue ambil dulu!”

Cepat-cepat Rani mengambil minyak kayu putih dari tasnya. Lalu ia memberikan minyak kayu putih itu kepada Radith. “Nah, sekarang lo tenangin diri. Jangan panic! Lo perlahan menghirup oksigen dari hidung serta menghembuskan napas lewat mulut.” Rani mencoba menenangkan Radith.

Radith mengikuti apa yang dikatakan Rani. “Gimana udah agak mendingan.”

“Ya, lumayanlah. Thanks ya, Ran.”

“Iya, sama-sama. Sekarang lo istirahat gih.”

“Boleh gue minta izin sama lo?”

“Minta izin apa?”

“Gue Cuma mau minta izin buat menyandarkan kepala gue di bahu lo.”

“Ya, udah deh. Boleh.”

Radith menyandarkan kepalanya di bahu Rani. Diliriknya Radith, ia sudah tertidur pulas. Bisa jadi Radith kelelahan menangkap binatang-binatang berkeliaran makanya tidurnya cepat. Entah mengapa duduk berdekatan dengan Radith, Rani merasakan ada sesuatu yang aneh dalam dirinya.

Dag … dig … dug

Sesuatu yang aneh itu terletak di jantungnya. Ya, bergetar hebat. “Ya, Tuhan getaran apa ini? Getaran ini belum pernah muncul saat gue berdekatan dengan cowok. Apakah ini yang namanya cinta?”

Tiba-tiba Rani merasakan sakit perut yang luar biasa. Rani sadar sakit perutnya itu bukan sakit perut biasa melainkan sakit maagnya kambuh. Ia mulai pagi tadi belum sarapan. Ia mengubek-ubek isi tasnya, mencari obat maag. Namun apa yang dicarinya tak kunjung ditemukan. 

“Ah, sial. Gue lupa bawa obat maag.” Gerutu Rani.

Jalan satu-satunya adalah Rani mengusap minyak kayu putih ke bagian perutnya. Jalan itu tak mempan, justru rasa sakit semakin menjadi-jadi. Akhirnya dalam sekejap Rani tak sadarkan diri.

***

Saat Rani membuka mata, remang-remang dan buram pun menjadi dasar warna penglihatannya. Bau obat menusuk indera penciumannya. Tak salah lagi aku berada di rumah sakit. Kok aku bisa ada di rumah sakit? Terakhir yang aku ingat, aku nggak sadarkan diri ketika penyakit maag ku kambuh saat terkunci dalam gudang Radith. 

Orang pertama yang dilihat Rani saat membuka mata adalah Adelia. Rani hendak bangun namun dicegah Adelia. 

“Adel, lo ke mana aja? Tadi gue terkunci dalam gudang sama Radith gara-gara nyari lo. Gue pikir lo pingsan dalam gudang, makanya kami masuk ke gudang.” 

“Maafin gue ya. Tadi gue nungguin kalian di depan gudang tapi kalian nggak datang-datang. Terus gue ditelpon nyokap, pulang sebentar gue. Pas gue balik ke gudang, eh nemuin lo pingsan di dalam gudang.”

Otaknya Rani tiba-tiba teringat Radith. “Radith mana? Dia nggak apa-apa kan? Gue benar-benar mengkhawatirkannya, takut terjadi apa-apa sama Radith.”

“Hah? Gue nggak salah denger nih? Lo mengkhawatirkan Radith? Bukannya lo benci setengah mampus sama Radith? Jangan-jangan lo dah mulai jatuh cinta sama Radith?” Tanya Adelia bertubi-tubi.

“Tapi lo tenang aja Radith ada di sebelah lo tuh!” sambung Adelia.

Rani menoleh ke sampingnya. Benar, Radith ada di sebelahnya. Radith terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Hati Rani sedikit tenang, setidaknya Radith sudah mendapat pertolongan dari dokter.

“Woy, kok malah bengong? Pertanyaan gue tadi juga belum dijawab, lo dah mulai jatuh cinta sama Radith?” Adelia mengulang pertanyaannya.

Rani tersipu malu. Mungkin pipinya sudah merah merona, ia berusaha menutupi hal itu dari Adelia. “Gue jatuh cinta sama Radith? No way! Gue itu khawatir karena tadi dia dekat gue, nah kalau dia mati pas di samping gue kan bisa berabe. Ntar gue tertuduh membunuh Radith.” Rani mencoba ngeles dari Adelia. Padahal di lubuk hatinya ia membenarkan apa yang dikatakan Adelia.

“Ya, sepertinya gue memang sudah jatuh cinta sama Radith.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!