NovelToon NovelToon
Misteri Kematian Warga Desa

Misteri Kematian Warga Desa

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Abdul Rizqi

menceritakan tentang kisah dyah suhita, yang ketika neneknya meninggal tidak ada satupun warga yang mau membantu memakamkannya.

hingga akhirnya dyah rela memakamkan jasad neneknya itu sendirian, menggendong, mengkafani, hingga menguburkan neneknya dyah melakukan itu semua seorang diri.

tidak lama setelah kematian neneknya dyah yaitu nenek saroh, kematian satu persatu warga desa dengan teror nenek minta gendong pun terjadi!

semua warga menuduh dyah pelakunya, namun dyah sendiri tidak pernah mengakui perbuatannya.

"sudah berapa kali aku bilang, bukan aku yang membunuh mereka!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

darso ayah siska

"Iya. Kalau sudah nanti tolong angkut ya. Upah nanti saya tambahin. Kalau kayu yang agak berkelas, saya masih persediaan di dalam rimba yang masih wilayah saya." Jawab pak ustad.

Pak ustad beralih ke arah rizky yang maish berdiam diri di bawah pohon belakangnya. Terlihat wajah rizky sedikit murung, dengan kepala sedikit tertunduk.

"Ada apa le. Kenapa kamu terlihat murung?" Ucap pak ustad, kemudian ia merangkul pundak rizky.

"Ndak, pak. Rizky hanya... hanya kasihan kepada dyah. Dia sebatang kara dan terlalu banyak ujian yang harus ia hadapi.."

"Le, manusia di beri ujian untuk memperkuat diri. Memperkuat keimanan dan keyakinan kepada allah. Kalau sampai ada orang yang memilih mengakhiri hidup, itu bukan hanya keimanannya saja yang lemah. Tetapi juga karena hatinya tertumpuk, itu sebabnya ketika seseorang banyak masalah, hendaknya ia di dekati agar hatinya tercurah dan dia tidak menanggung beban sendirian. Sehingga dia tidak akan tertekan, dan melakukan sesuatu yang tidak tidak.."

Muhammad yusuf itu nama ayah rizky. Seorang ustad yang tak hanya memiliki ilmu dalam bidang agama yang tinggi. Tetapi memiliki masa lalu yang sama seperti dyah. Hidup sebatang kara dan selalu mendapat gunjingan warga sekitar, tetapi ia bisa bangkit dan bisa berdiri sampai sekuat ini.

"Sekarang bapak ingin mengingatkan kamu, pernikahan kamu tinggal menghitung hari, sebaiknya kamu pikirkan matang matang sebelum semunya terlambat dan kamu tidam akan bisa memutar kembali waktu. Bapak tahu hatimu ragu, jangan pernah bebankan hati itu, hanya karena hubungan bapak dan bapaknya siska. Ini tentang masa depan kamu, rizky. Bapak akan dukung apapun keputusan kamu, kalau itu yang kamu yakini terbaik untuk masa depannmu!" Pak ustad memberi wejangan kepada rizky, agar tidak salah mengambil keputusan.

Ia segera meninggalkan rizky setelah mengatakan hal itu.

***

Waktu kembali berjalan cepat, tak terasa malam telah tiba.

Hingga larut malam mereka baru pulang dari kebun. Setelah menunjukan kepada tukang potong kayu yang akan di kerjakan besok, akhirnya rizky dan bapaknya pulang ke rumah.

Suasana malam yang sangat sepi. Seusainya mampir ke musola, kini mereka tiba di sebuah persimpangan rumah yanto.

Tepat di saat itu, mata rizky tidak sengaja menatap seseorang yang duduk bersila di bawah pohon depan rumah yanto.

"Pak, bukannya itu uwak yanto ya?" Tanya rizky sambil menyenggol lengan bapaknya.

Pak ustad segera mengalihkan pandangan ke arah yang di tunjuk rizky. Ia menyipitkan mata, memastikan apa yang rizky katakan.

"Iya, ngapain dia di bawah pohon seperti itu?"

"Bukannya itu sesaji ya pak? Tapi buat apa? Kenapa dia juga terlihat menoleh ke kanan dan ke kiri, seperti takut ketahuan."

Rizky dan bapaknya sedikit terkejut, melihat yanto menaruh sesaji di bawah pohon depan rumahnya itu. Sebab selama ini dia mengencam nenek saroh saat menemukan ada sesaji di belakang rumahnya, tetapi kini dia yang menyimpan sesaji itu.

"Atau jangan jangan...?"

"Sudah jangan di urusin, sebaiknya kita pulang ibumu pasti sudah cemas." Pak ustad menarik tangan rizky.

Mereka berdua kembali berjalan pulang ke rumah.

Belum sampai di rumahnya mereka di kejutkan dengan suara ramai riuh warga di depan rumahnya.

"Tolong hentikan! Jangan perlakukan dyah seperti ini!" Teriak aminah yang berusaha memeluk tubuh dyah yang sedang menangis sesenggukan.

"Astagfirullah haladzim, ada apa itu?!" Pak ustad dan rizky segera berlari ke arah kerumunan warga itu.

Terlihat darso ayah dari siska ada di sana. Bersama dengan warga yang lainnya.

"Astagfirullah haladzim, kenapa ini ada apa?" Tanya pak ustad yang kebingungan melihat amarah warga.

"Tenang, yusuf. Kami datang ke sini hanya memastikan apakah benar ada wanita yabg bukan muhrim rizky tinggal di sini. Tetapi warga malah salah paham, dan mengamuk kepada dyah. Maafkan kami!" Ucap darso yang merasa tidak enak.

"Ya Allah, darso. Maaf ya aku gak bermaksud buat keributan, aku hanya ingin menolong dyah yang kesulitan. Itu semua juga di buat oleh warga!" Ucap pak ustad yang kesal, kemudian menatap kerumunan warga.

Kemudian oak ustad berteriak, "sebenarnya apa masalah kalian? Kenapa sampai membenci dyah sampai seperti ini? Apakah ada hal yang membuat kalian di rugikan oleh kehadiran dyah di sini?"

"Pak ustad, apa bapak ini tidak malu menampung wanita pengikut setan, dan wanita perebut laki laki orang? Gadis ini hanya cantik rupa saja, tapi lihatlah kelakuannya, sungguh buruk. Sebaiknya usir saja dia dari desa, atau bakar hidup hidup." Teriak mereka yang tak kalah lantangnya.

"Yang seharusnya malu itu kalian! Ada bukti menuduh dyah seperti itu? Atau sebenarnya kalian yang sedang menutupi kejahatan seseorang?" Sahut rizky tak kalah lantangnya.

"Kenapa kamu bicara seperti itu?"

Rizky tertawa hambar, mendengar penuturan warga.

"Kalian menuduh dyah dan nenek saroh pengabdi setan, karena kalian melihat adanya sesaji di belakang rumah dyah, bukan? Coba sekarang kalian datang ke rumah uwak yanto kesanjungan kalian. Tepat di bawah pohon di depan ruamhnya juga ada sesaji, kenapa kakian juga tidak menuduh dia?!"

Medengar apa yang di katakan oleh rizky, semua warga terdiam beberapa saat. Mereka saling tatap setengah tidak percaya.

"Kenapa? Kenapa tidak percaya, coba saja cek sendiri. Kalian kan tukang gembor gembor, sekaligus tukang main kasar. Coba main kasar sama petua desa kalian!" Teriak dyah kemudian langsung masuk ke dalam.

"Bawa dyah masuk, wi.." titah rizky saat melewati adiknya.

Dewi menurut, ia masuk ke dalam sambil menuntun dyah masuk ke dalam.

"Saya benar benar minta maaf pak yusuf. Saya tidak bermaksud membuat kerusuhan. Kalau bisa tolong maafkan kami.." ucap darso ayah siska yang nampak tak enak, berbeda dengan siska yang tampak biasa biasa saja.

Ia segera pamit menarik tangan putrinya untuk segera pulang. Mengingat rumah mereka sedikit jauh, di desa seberang.

Sedangkan pak ustad tampak menenangkan istrinya yang tampak sekali syok.

"Kenapa? Apa salah dyah, kita dulu tahu kedua orang tuanya sangat baik. Dia menyumbang kebun kebun untuk di garap oleh warga. Sampai mereka meninggal saja masih memikirkan nasib desa, tetapi kenapa warga bisa berfikir seperti ini kepada dyah?" Aminah menangis di pelukan suaminya.

Isak tangis masih terus terdengar dari bibir dyah. Tak sekalipun ia mau mengucapkan kata, bahkan wajahnya saja menunduk. Tak berani menatap orang orang di sekelilingnya.

"Sudah nduk, tidak usah di tangisi. Mereka tidak tahu apa-apa. Mereka berdosa, sebaiknya lapangkan hatimu untuk menghadapi ini semua, nanti setelah rumahmu jadi mereka tidak akan berani mengusik.." ucap aminah mencoba menenangkan dyah.

1
Anggita
thorr up ny kok cuman 1 bkin penasaran /Sob//Sob/
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁
kak author @abdul folback aku dong
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁: terimakasih kak🙏🙏
bedul: udah ya kak. terimaksih udah mampir
total 2 replies
Anggita
mampir thorr/Hey/
bedul: terimakasih kak.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!