NovelToon NovelToon
Bukan Cinderella-nya

Bukan Cinderella-nya

Status: sedang berlangsung
Genre:Hamil di luar nikah / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua / Pembantu
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nitzz

Nathaniel Alvaro, pewaris muda salah satu perusahaan terbesar di negeri ini, hidup dalam bayang-bayang ekspektasi sang ibu yang keras: menikah sebelum usia 30, atau kehilangan posisinya. Saat tekanan datang dari segala arah, ia justru menemukan ketenangan di tempat yang tak terduga, seorang gadis pendiam yang bekerja di rumahnya, Clarissa.
Clarissa tampak sederhana, pemalu, dan penuh syukur. Diam-diam, Nathan membiayai kuliahnya, dan perlahan tumbuh perasaan yang tak bisa ia pungkiri. Tapi hidup Nathan tak pernah semudah itu. Ibunya memiliki rencana sendiri: menjodohkannya dengan Celestine Aurellia, anak dari sahabat lamanya sekaligus putri orang terkaya di Asia.
Celeste, seorang wanita muda yang berisik dan suka ikut campur tinggal bersama mereka. Kepribadiannya yang suka ikut campur membuat Nathan merasa muak... hingga Celeste justru menjadi alasan Clarissa dan Nathan bisa bersama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nitzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11. Malam Romantis yang Tidak Biasa

Hari itu, Clarissa terlihat berbeda. Rambutnya ditata sederhana namun anggun, wajahnya berseri, dan ada semacam semangat yang sulit dijelaskan dalam cara ia melangkah. Senyumnya lebih hangat, sorot matanya lebih yakin.

Nathan memperhatikan dari kejauhan saat Clarissa berjalan ke dapur sambil membawa vas bunga. Untuk sesaat, ia terpaku. Bukan karena penampilannya yang mendadak mencuri perhatian, tapi karena auranya yang berubah.

“Cantik, ya?” suara Celeste tiba-tiba terdengar di sampingnya.

Nathan menoleh cepat. “Apa?”

“Clarissa. Hari ini dia cantik sekali,” kata Celeste pelan, sambil tersenyum penuh arti. “Kamu harus bicara dengannya.”

Nathan menatap Celeste, curiga. “Kamu yang...?”

Celeste hanya mengangkat bahu. “Aku hanya membantu. Sisanya dia sendiri yang memilih untuk percaya diri.”

Sore itu, Clarissa terkejut saat menemukan ruang makan berubah menjadi hangat dan romantis. Lilin-lilin kecil menyala, taplak meja diganti dengan warna merah marun, dan ada alunan musik lembut dari radio tua di pojok ruangan.

“Ini... apa ini?” gumamnya pelan.

Celeste muncul dari balik pintu dapur, membawa nampan berisi hidangan. “Kamu dan Nathan akan makan malam bersama. Sudah saatnya kalian bicara.”

“Tapi...”

“Tak ada ‘tapi’.” Celeste tersenyum, lalu menggandeng Clarissa masuk ke kamar kecil di lantai bawah. Dalam sekejap, Clarissa sudah duduk di depan cermin, sementara Celeste mulai merias wajahnya.

“Aku tak biasa seperti ini,” kata Clarissa pelan.

“Aku tahu. Tapi kadang, orang perlu mengingatkan dirinya sendiri kalau dia berhak tampil cantik,” jawab Celeste, lembut. “Kamu bukan sekadar pembantu, Clarissa. Kamu perempuan yang berhak disukai dan dihargai.”

Clarissa menunduk, pipinya memerah. “Aku takut berharap.”

Celeste menghentikan tangannya sejenak, menatap wajah Clarissa melalui cermin. “Tak apa berharap. Yang penting, jangan lupa hargai dirimu sendiri, apa pun hasil akhirnya.”

Saat Nathan datang ke ruang makan, ia membeku. Clarissa sudah duduk di sana, mengenakan gaun sederhana berwarna krem, rambut dikepang setengah, dan senyumnya... sangat berbeda dari yang biasa ia lihat.

“Selamat malam,” sapa Clarissa pelan.

Nathan menarik kursinya, masih belum bisa berkata apa-apa. “Kamu... terlihat sangat cantik malam ini.”

“Terima kasih.”

Mereka makan dalam keheningan yang nyaman. Ada kecanggungan, tapi tidak lagi terasa canggung. Ada jeda, tapi tidak lagi dipenuhi keraguan.

Di balik dapur, Celeste tersenyum sendiri sambil menyeruput teh hangat. Ia tidak perlu ikut duduk di meja itu untuk merasa puas. Cukup melihat dua orang yang ia tahu saling menyukai akhirnya punya kesempatan untuk jujur.

Selesai makan, Nathan mengajak Clarissa duduk di teras belakang.

“Aku tahu, waktu itu aku terlalu cepat menyatakan perasaan,” katanya hati-hati.

Clarissa menatap langit gelap. “Aku menolaknya bukan karena aku tidak suka, Nathan. Tapi karena aku tidak merasa pantas.”

Nathan memandangnya lekat-lekat. “Kamu tahu? Kamu jauh lebih dari pantas.”

Clarissa tersenyum, masih ada rasa ragu, tapi kini tak sebesar sebelumnya. Nathan tidak mendesak. Ia tahu, semua butuh waktu.

Dan malam itu, untuk pertama kalinya, Clarissa merasa dirinya bukan lagi bayangan di sudut rumah. Ia merasa... hidup.

Dari lantai atas, Celeste berdiri di balik jendela kamarnya, melihat dua orang itu berbincang di bawah cahaya temaram taman. Ada senyum kecil di wajahnya, tapi ada juga sorot mata kosong yang tidak bisa ditafsirkan siapa pun.

Ia memegang ponselnya yang bergetar.

Darius Aurellia:

Waktu terus berjalan. Ingat misi utamamu.

Celeste menutup ponsel, tidak membalas.

“Kalau cinta bisa dibantu... mungkin kebahagiaan juga bisa direkayasa,” bisiknya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!