"Aku kecanduan dengan tubuh mu, Nona." Juan berbisik sensual di telinga Syera.
"Kau begitu kurang ajar, mana ada pengawal yang menikmati tubuh anak majikan nya heh!" Ketus Syera sambil mengeratkan selimutnya.
Syera Alana Lurious gadis yang nakal dan susah di atur di pertemukan dengan Juan Karessa Mahendra yang di pekerjakan oleh ayah nya menjadi pengawal nya.
Karena suatu kejadian, membuat Syera dan Juan terlibat hubungan terlarang yang membuat sang ayah murka.
Bagaimanakah kisah cinta antara anak majikan dan pengawal nya? Apakah kedua nya bisa meluluhkan hati ayah Syera? Simak hanya disini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 - TGSP
Juan pun pulang ke rumah nya, setelah tugas nya di rumah Roberts selesai. Pemuda itu pulang dengan wajah kuyu nya, hari ini dia merasa lebih lelah dari biasa nya. Padahal hari ini, dia mendapatkan vitamin yang enak dari Nona nya, malah bonus nya dapet ponsel dari Syera.
"Sore, Ma."
"Sore, Nak." Balas Romlah, seperti biasa wanita paruh baya itu sedang menonton televisi di ruang tengah, sambil memperhatikan Rinda yang sedang belajar.
"Kakak, bantuin Rinda ngerjain tugas dong." Pinta Rinda.
"Nanti ya, kakak mau mandi dulu."
"Janji tapi ya, bantuin Rinda ngerjain tugas?"
"Iya adek, kakak mandi dulu ya." Rinda pun menganggukan kepala nya. Sedangkan Romlah tersenyum saat melihat putra sulung nya itu tak menolak permintaan adik nya, Juan benar-benar tumbuh menjadi seorang kakak juga ayah bagi Rinda.
Juan masuk ke kamar, lalu mengambil handuk dan langsung bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh nya, agar lebih segar. Hanya membutuhkan waktu sepuluh menit saja, Juan pun keluar dengan rambut basah nya. Ada yang kurang rasa nya jika mandi tanpa keramas.
Setelah berpakaian, Juan pun keluar dari kamar dan mendekat ke arah adiknya.
"Tugas apaan, dek?" Tanya Juan sambil duduk di samping adik nya.
"Matematika, kakak kan pinter kalo soal matematika." Jawab Rinda.
"Hmmm, coba kakak lihat dulu." Juan pun mengambil buku milik Rinda, lalu mempelajari soal-soal nya terlebih dulu.
"Ini tuh, caranya gini dek.." Juan pun mengajari adik nya cara menyelesaikan soal nya dengan benar, dan beruntung nya Rinda bisa di ajari dengan cepat.
"Kerjain sebisa kamu dulu, nanti kakak nilai ya. Kakak laper, mau makan dulu."
"Iya kak, itu apa sih?" Tanya Rinda sambil menunjuk paperbag yang tadi Juan bawa.
"Ini ponsel dari Non Syera, katanya ponsel kakak udah jadul, jadi dia ngasih yang baru buat kakak." Jawab Juan, meraih paperbag itu dan memperlihatkan ponsel mahal yang di berikan Syera tadi secara cuma-cuma.
Meskipun bekas pakai, tapi ponsel ini masih sangat bagus. Bahkan belum ada baret sedikit pun, mungkin hanya di pakai beberapa bulan saja lalu keburu bosan dan memilih mengganti ponsel nya dengan yang baru.
"Wahh, kakak punya hape baru."
"Hmmm, ini minuman boba buat kamu." Juan mengeluarkan minuman boba dari paperbag yang sama. Tadi, dia dan Syera sempat berhenti di kedai yang menjual boba milk tea dan lagi-lagi Syera membelikan satu untuk Rinda katanya.
"Dari kak Syera juga, kak?"
"Iya, katanya buat kamu." Jawab Juan sambil tersenyum.
"Wahh, makasih kakak."
"Sama-sama, dek. Kakak makan dulu ya?"
"Iya kak, makasih banget ya. Bilangin sama kakak Syera, Rinda suka baju sama Boba nya."
"Nanti kakak sampaikan ya." Jawab Juan, pemuda itu mengacak rambut Rinda dengan gemas, lalu beranjak dari duduknya ke dapur untuk makan.
"Ma, makan sama apa?" Tanya Juan.
"Cuma ada sambel sama ikan asin, Nak."
"Mie gak ada?" Tanya Juan.
"Habis, Nak." Jawab Romlah, memang stok makanan sudah hampir habis, bahkan beras pun tinggal sedikit.
"Yaudah, Juan makan sama yang ada aja." Juan pun makan dengan lahap, sesekali dia mengusap keringat nya yang bercucuran karena sambel nya yang sangat pedas.
Romlah menatap putra nya dengan sendu, niat hati dia ingin sekali menyenangkan putra-putri nya. Menyambut Juan yang kelelahan setelah bekerja dengan makanan enak, tapi nyata nya dia tak mampu mewujudkan keinginan nya karena keterbatasan biaya.
"Aaahhh kenyang nya.." Lirih Juan sambil mengusap perut nya. Meski hanya dengan sambal dan ikan asin, tapi Juan menambah nasi hingga beberapa kali.
"Nak.."
"Iya, Ma. Ada apa?" Tanya Juan.
"Apa kamu gak punya uang?"
"Tidak, Ma. Belum gajian, baru juga kerja berapa hari." Jawab Juan, memang dia baru bekerja sekitar sepuluh hari menjadi pengawal dan supir pribadi Syera.
"Hmm.."
"Memang nya kenapa, Ma?"
"Tadi kan Mama nyuruh Rinda ngutang mie instan, tapi gak di kasih soalnya hutang yang kemarin aja belum di bayar. Terus belum bayar listrik, air sama biaya tahunan sekolah Rinda." Jawab Romlah. Juan nampak berpikir, apakah dia harus meminta gaji nya di muka? Tapi itu akan memalukan sekali bukan, karena dia baru saja bekerja beberapa hari.
"Beras juga tinggal sedikit, Nak." Lanjut Romlah lirih.
"Gapapa Ma, gak usah di pikirin ya. Biar Juan yang cari solusi, besok Juan bakal bicara sama majikan Juan, kali aja mau ngasih pinjem dulu sampe gajian nanti."
"Maafin Mama ya, Nak. Selalu nyusahin kamu, tapi gak bisa bantu apa-apa." Lirih Romlah, tentunya dia merasa bersalah karena terlalu menggantungkan hidup nya pada putra sulung nya, padahal untuk usia nya sekarang, sudah cocok untuk berumah tangga. Tapi, Juan malah di repotkan dengan mengurus nya juga adiknya yang masih membutuhkan biaya untuk melanjutkan pendidikan nya.
"Gapapa, Ma. Ini sudah tugas Juan sebagai seorang anak, Mama gak usah banyak mikir yang nggak penting ya? Fokus aja sama kesehatan Mama, biar Juan yang kerja nyari uang buat lunasin hutang."
Romlah pun mengangguk, Juan memeluk sang ibu. Dia sangat menyayangi sosok wanita yang telah melahirkan nya 26 tahun silam.
Sedangkan di rumah, Syera tengah merasa khawatir karena Juan tidak kunjung membalas pesan nya. Pikiran nya melayang-layang entah kenapa.
"Aduhh, Juan kemana sih? Dia udah nyampe ke rumah apa belum ya? Aku kok khawatir gini sih." Gumam Syera, sambil menggigiti kuku nya.
Akhirnya, Syera pun memutuskan untuk menelpon ke nomor Juan. Setelah cukup lama berdering, akhirnya suara maskulin Juan terdengar. Suara pemuda itu bagai angin segar yang menerpa nya.
'Hallo, Nona..'
"Ihhh, Juan! Kamu dari mana aja sih?" Tanya Syera, terdengar seperti rengekan sebenarnya.
'Saya habis ngajarin Rinda belajar, terus makan, sekarang lagi istirahat.' Jawab Juan lirih.
"Kamu tau gak, aku tuh khawatir tau. Emang sesusah itu ya bales pesan dari aku, sayang?" Gerutu Syera membuat Juan terkekeh pelan.
'Iya maafin Juan ya, sayang. Ponsel nya aku simpen di kamar, jadi gak kedengeran kalo ada pesan masuk. Aku jarang main ponsel, sayang.'
"Yaudah deh, aku lega denger nya kalo kamu baik-baik aja." Ucap Syera, nada suara nya terdengar lebih lembut sekarang.
'Ciee, kamu khawatir sama aku ya?' Goda Juan.
"Iya dong, aku khawatir banget. Harusnya, kamu tuh langsung ngabarin kalau udah sampai rumah, biar aku gak nungguin."
'Iya iya, sayangku. Kamu bawel banget hari ini, kenapa hmm?'
"Gak kenapa-napa sih, lagi pengen aja. Gimana, kamu suka ponsel nya?" Tanya Syera.
'Belum aku cobain, takut gak bisa mainin nya, yang.'
"Ya ampun, jadi sekarang kamu masih pake hape yang jadul dong?" Tanya Syera terdengar terkejut.
'Iya, hehe. Nanti deh aku coba-coba.'
"Yaudah, aku mau bobo aja dulu. Siapa tau cepet pagi kan, biar kita bisa ketemu lagi. Udah kangen soalnya."
'Haha, kamu ini yang. Padahal kan kita baru pisah beberapa jam aja, masa udah kangen?'
"Kangen dong, kangen banget. Kamu jangan begadang ya, langsung tidur setelah ini. Biar besok semangat ketemu aku nya." Peringat Syera, biasa nya pria kan memang suka begadang kan?
'Iya, setelah ini langsung tidur. Aku capek banget juga, mau istirahat aja.'
"Yaudah, good night and have an nice dream, honey."
'Good night too and have an nice dream, sayang.' balas Juan sambil tersenyum, meskipun Syera takkan bisa melihat nya, karena mereka hanya bicara lewat telepon.
Panggilan pun selesai, Syera akhirnya bisa bernafas lega setelah bertukar kabar dengan Juan. Rasa khawatir yang tadinya memenuhi hatinya, membuat pikiran-pikiran negatif menyerang nya, kini tak ada lagi. Berganti dengan rasa lega yang membuat Syera tersenyum-senyum sendiri.
Gadis itu melempar tubuh nya sendiri ke atas ranjang empuk nya, lalu berguling kesana kemari seperti gadis yang salah tingkah karena baru saja bicara dengan Mr crush.
"Aaahh Juan.." Gumam Syera sambil terkekeh, membayangkan wajah tampan Juan membuat hatinya terasa menghangat, apalagi saat pria itu tersenyum hingga membuat mata nya menyipit seperti bulan sabit.
Di lain tempat, Juan juga merasakan hal yang hampir sama. Beda nya, Juan tak bisa berguling kesana kemari, karena kasur nya hanya cukup untuk dia berbaring. Namun, pria itu juga mesem-mesem sendiri.
Dulu, gadis itu sangat jutek. Tapi sekarang, dia manja, posesif tapi perhatian. Membuat Juan merasa semangat setiap hari nya, karena akan bertemu dengan nya. Secara tak langsung, Syera menjadi penyemangat nya saat ini.
Juan pun menggelengkan kepala nya, jika mengingat apa yang sudah dia lakukan bersama Syera. Mulai dari ciuman pertama nya di taman, lalu berlanjut dengan beberapa kali ciuman, lalu tadi siang di kamar hotel. Syera rela mengeluarkan uang hanya untuk check in di salah satu kamar, tapi hanya sekedar berciuman saja tidak melakukan apa-apa lagi.
Hingga akhirnya, rasa kantuk menyerang nya, Juan pun tertidur lelap dengan bayangan Syera yang dia bawa ke dalam mimpi.
Keesokan harinya, Juan menyambut hari nya dengan bersemangat. Dia mandi pagi-pagi sekali, lalu berolahraga terlebih dulu sebelum berangkat bekerja. Setelah berolahraga, barulah Juan berpamitan pada sang ibu untuk bekerja.
"Ma, Juan pergi kerja dulu ya?"
"Iya, Nak. Hati-hati di jalan ya?" Ucap Romlah sambil mengusap puncak kepala putra nya dengan lembut.
"Iya, Ma. Doain Juan ya, semoga usaha Juan hasil dan majikan Juan mau ngasih minjem dulu."
"Iya, semoga saja ya Nak."
Juan pun memakai sepatu nya, lalu helm nya dan pergi dengan sepeda motor jadul nya. Sedangkan Rinda, dia tidak berangkat sekolah hari ini karena terserang demam.
Hari ini, pikiran Juan di penuhi dengan berbagai masalah yang dia hadapi. Namun, dia tetap harus bekerja demi menafkahi ibu dan juga adiknya.
Akhirnya, setelah hampir setengah jam berkendara, Juan pun sampai di rumah besar Roberts. Pria paruh baya itu nampak sedang membaca koran di depan, di temani secangkir teh atau kopi. Juan tidak bisa melihat nya dengan jelas.
"Selamat pagi, Pak.." Sapa Juan gugup.
"Pagi, Ju. Kenapa? Wajah mu nampak sangat gugup." Tanya Roberts, dia melihat jelas raut wajah kegugupan di wajah Juan.
"Pagi Juan, yuk pergi.." Ajak Syera yang baru saja keluar dengan pakaian yang hampir mirip seperti kemarin, bergaya tomboi.
"Eehhh, iya Nona."
"Juan, kamu baik-baik saja?" Tanya Roberts.
"Iya, Pak. Saya baik-baik saja, kalau begitu saya duluan, Pak."
"Ya, hati-hati bawa mobil nya, Ju."
"Baik, pak." Jawab Juan. Dia pun masuk ke dalam mobil dan mengemudikan nya dengan kecepatan sedang.
Di dalam mobil, Syera merasa sedikit heran saat Juan lebih pendiam dari biasa nya, bahkan bisa di lihat jelas kalau pria itu tengah di rundung masalah.
"Yang, kenapa? Ada masalah, cerita dong."
"Hmmm, nanti saja yang." Jawab Juan.
"Kenapa gak sekarang aja?"
"Lagi di jalan, takutnya aku gak fokus bawa mobil nya, sayang." Jawab Juan lagi, membuat Syera mengangguk-anggukan kepala nya mengerti akan alasan Juan. Meskipun dalam hati, Syera bertanya-tanya kita nya apa masalah yang tengah Juan hadapi hingga membuat senyum nya memudar?
......
🌻🌻🌻🌻🌻🌻