NovelToon NovelToon
Cinta Terlarang Dengan Mantan

Cinta Terlarang Dengan Mantan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Konflik etika / Selingkuh / Cinta Terlarang / Angst / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:271
Nilai: 5
Nama Author: Vitra

" Iya, sekalipun kamu menikah dengan wanita lain, kamu juga bisa menjalin hubungan denganku. Kamu menikah dengan wanita lain, bukan halangan bagiku “ Tegas Selly.

Padahal, Deva hendak di jodohkan dengan seorang wanita bernama Nindy, pilihan Ibunya. Akan tetapi, Deva benar - benar sudah cinta mati dengan Selly dan menjalin hubungan gelap dengannya. Lantas, bagaimanakah kelanjutan hubungan antara ketiganya ? Akankah Deva akan selamanya menjalin hubungan gelap dengan Selly ? atau dia akan lebih memilih Nindy ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vitra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sinyal Takdir

Keesokan harinya, Deva baru membalas pesan dari Nindy yang telah dikirim sejak siang hari Minggu kemarin. Jika menuruti egonya, Deva sebenarnya enggan membalas pesan itu. Namun, mengingat Nindy adalah anak dari teman dekat ibunya, ia pun membalasnya dengan terpaksa.

"Oke, aku harus membalas pesannya," ucap Deva kepada dirinya sendiri sambil mulai mengetik balasan.

Pesan balasan telah dikirim. Saat mengetiknya, Deva merasa terpaksa. Ia takut, jika menolak melanjutkan proses perkenalan dengan Nindy, ibunya akan semakin curiga.

Kemarin saja ibunya sudah mulai menginterogasi. Terlebih lagi, jika ia terang-terangan menolak, justru akan terlihat seolah masih menjalin hubungan dengan Nindy.

Jika sampai tertangkap basah oleh sang ibu, Deva tahu ia akan semakin sulit bertemu dengan Selly. Ia tidak ingin itu terjadi. Karena itu, ia harus pandai-pandai menyusun strategi dan menyembunyikan semuanya agar ibunya tak lagi curiga.

"Bahkan, aku lebih malas membalas pesan Nindy daripada membalas pesan atasan di akhir pekan," gumam Deva.

Setelah itu, ia beranjak dari tempat tidur dan bersiap-siap berangkat ke kantor. Setidaknya, pertemuannya dengan Selly kemarin membuat suasana hatinya lebih baik. Bahkan, ia jadi lebih bersemangat menyambut hari Senin. Selly adalah sumber kebahagiaan bagi Deva.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sementara itu, Nindy menyalakan ponselnya setelah semalaman mematikannya total. Ia merasa gugup saat layar menyala.

Begitu ponselnya aktif, muncul pemberitahuan pesan dari Deva yang baru dikirim sekitar tiga puluh menit lalu. Nindy hanya membaca isi pesan itu sekilas dari notifikasi di layar atas.

[Deva: Wa’alaikumsalam. Maaf, Nindy. Pesanmu baru bisa aku balas pagi ini. Kemarin aku ada kegiatan di luar sampai malam. Kalau kamu merasa cocok denganku, mari kita lanjutkan proses perkenalan ini.]

Setelah membaca pesan itu, perasaan Nindy campur aduk. Ia bingung, apakah harus senang atau biasa saja. Bagaimanapun, pesannya yang dikirim sejak kemarin siang baru dibalas pagi ini.

"Sepertinya, aku antusias sendirian," batin Nindy.

Ia mulai merasa Deva belum tertarik untuk melanjutkan proses ini. Sesibuk apa, sih, dia? pikirnya. Hanya membalas pesan yang bahkan tak butuh lima menit saja baru bisa dilakukan esok harinya. Apalagi kemarin adalah hari Minggu, hari libur.

Nindy sengaja tidak membuka aplikasi pesan secara langsung. Ia hanya melihatnya dari notifikasi, lalu memutuskan untuk membalasnya nanti saja. Ia takut, kalau ternyata hanya dirinya yang serius menjalani proses ini.

Sesampainya di kantor, Nindy menghampiri Ara yang sedang menikmati sarapan di meja kerjanya.

"Ada apa, Nin?" tanya Ara sambil mengunyah makanannya.

"Aku mau cerita," jawab Nindy. Ara pun langsung menghentikan makannya.

Namun Nindy buru-buru menambahkan, "Kamu lanjutin aja sarapanmu. Maaf ya, ganggu. Dengerin aja ceritaku."

"Oke, lanjutkan ceritamu," sahut Ara sambil mulai makan lagi dan menyimak.

"Kamu tahu kan, Ra? Malam minggu kemarin aku akhirnya bertemu pertama kali dengan lelaki yang mau dijodohkan denganku."

Ara mengangguk, lalu Nindy melanjutkan, "Setelah sekian lama nggak merasakan debar-debar jatuh hati, tiba-tiba aja jantungku berdebar saat melihatnya. Rasanya kayak dulu waktu aku jatuh cinta."

Belum selesai Nindy berbicara, Ara menyela, "Perasaanmu itu kayak aku dulu waktu pertama ketemu suamiku. Rasanya beda. Bukan sekadar jatuh cinta, susah dijelasin."

Ucapan Ara membuat Nindy terdiam sejenak. Lalu ia menimpali, "Maksudmu... kalau ketemu orang yang memang ditakdirkan untuk kita, rasanya pasti beda, ya?"

Ara mengangguk dan menjawab, "Kamu tahu sendiri, Nin. Aku dulu juga kayak kamu. Beberapa kali didekati cowok, tapi nggak pernah jelas. Lama-lama aku mati rasa. Tapi waktu dikenalin sama suamiku—yang sekarang—sama temanku, jantungku langsung berdebar. Dan akhirnya kami menikah."

Cerita Ara membuat Nindy berpikir ulang. Apa mungkin Deva memang takdirku? batinnya. Hanya saja, sinyal takdir itu mungkin baru ia yang merasakannya. Di luar sana pun banyak cerita perempuan yang justru mendekati laki-laki yang menjadi jodohnya hingga akhirnya mereka bahagia bersama.

Bisa jadi, ia adalah salah satu dari perempuan itu. Yang harus lebih dulu mendekati lelaki takdirnya.

Nindy pun mengurungkan niat bercerita panjang tentang Deva yang tampaknya tidak antusias. Mungkin memang jalannya seperti ini: ia harus lebih dulu menyebarkan sinyal takdir itu.

"Oh ya, Ra. Kalau kamu sendiri, sebelum akhirnya nikah sama suamimu, gimana ceritanya?"

Nindy ingin memantapkan hatinya—haruskah ia yang lebih dulu berusaha menjalani proses ini?

Ara tersenyum, "Aku sih yang mendekati suamiku duluan. Lama-lama dia jatuh hati. Tapi bukan berarti aku genit, ya. Aku cuma mendekati secara halus. Karena sering ketemu juga, akhirnya dia ngajak nikah."

"Kamu bimbang, ya?" tanya Ara, menyadari perubahan ekspresi Nindy.

"Enggak kok. Aku udah mantap buat terusin proses perkenalan ini."

"Aku doain, semoga laki-laki bernama Deva itu memang jodoh terbaikmu. Semangat, Nin. Menjemput jodoh memang butuh perjuangan. Tapi kalau memang sudah takdirmu, pasti jalannya akan terbuka."

Ucapan Ara semakin menguatkan hati Nindy. Ia segera mengambil ponselnya, membalas pesan dari Deva, lalu mengirimkannya. Dalam hati, ia berdoa semoga Deva benar-benar laki-laki terbaik yang dikirim Tuhan untuknya.

Walaupun sekarang ia yang lebih dulu berusaha membangun komunikasi, ia berharap semua ini bisa berlanjut ke tahap yang lebih serius.

Saking lelahnya menghadapi laki-laki yang hanya sekadar penasaran, Nindy ingin segera menikah. Setidaknya, dari beberapa pertemuan nanti, ia bisa menyimpulkan: apakah hubungan ini layak untuk dilanjutkan sampai pernikahan, atau harus dihentikan. Terlebih, Deva adalah pria pilihan ayahnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!