Farah adalah seorang psikolog muda yang energik dan penuh dedikasi. Setiap pagi dimulai dengan keceriaan, berinteraksi dengan penjaga gedung sebelum menuju tempat kerjanya di lantai enam. Sebagai seorang psikolog yang sudah berpraktik selama empat tahun, Farah menemukan kebahagiaan dalam mendengarkan dan berbagi tawa bersama pasien-pasiennya.
Pada suatu hari, saat makan siang, Farah mendengar kabar bahwa ada seorang psikiater baru yang bergabung di rumah sakit tempatnya bekerja. Jantungnya berdebar-debar, berharap bahwa psikiater baru tersebut adalah kakaknya yang telah lama tak ia temui. Di tengah-tengah rasa penasaran dan kekecewaannya karena belum mendapat kepastian, Farah bertemu dengan seorang pria misterius di kantin. Pria itu, seorang dokter psikiater dengan penampilan rapi dan ramah, membuat Farah penasaran setelah pertemuan singkat mereka.
Apakah pria itu akan berperan penting dalam kehidupannya? Dan apakah akhirnya Farah akan menemukan kakaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ariadna Vespera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11
Farah memang pergi tapi bukan untuk pulang ke rumah
tapi kepinggir bukit. Tidak jauh dari lokasi meledaknya mobil Reno.
Suasana senja yang tenang dan mematikan membuat
Farah menghentikan mobilnya di samping pembatas jalan di pinggir bukit.
Sebenarnya kalau dilihat dan dipikirkan lagi, hari yang Farah lewati saat ini
tidaklah buruk. Namun, entah mengapa Farah ingin menenangkan dirinya dulu
menjauh dari keramaian dan menikmati alam untuk saat ini.
Saat Farah mendengarkan berbagai cerita dari
tamunya saat bekerja, Farah sebisa mungkin bersikap profesional tidak mengambil
hati atau bahkan membuat masalah yang sedang tamunya alami seolah-olah dia yang
mengalaminya.
Memang benar jika kita tidak merasakan maka kita
tidak tau rasanya. Tapi itu tidak sepenuhnya benar terkadang memahami dari sisi
yang positif lebih baik. Saring kali Farah terbawa emosi saat mendengar cerita
dari tamunya hingga mempengaruhi hidupnya. Untuk mengatasi hal itu Farah sering
kali mencari kesibukan yang membuat dia bahagia walau sederhana.
Emosi itu bagaikan sebuah toples yang jika terus
menerus diisi maka dia akan meluap keluar, bagaimana cara mengatasinya kita
harus terus mengurangi emosi negatif kita dengan emosi positif agar seimbang.
Jika emosi sudah hampir meluap carilah tempat agar kamu bisa sendiri dan
membiarkan emosi itu keluar sesukanya, bukan mengeluarkannya kepada orang lain.
Dan itu lah yang sedang Farah alami saat ini, sudah
terlalu banyak Farah menahan emosinya. Farah juga sebenarnya memberi emosi
positif agar seimbang tapi mempertahankan keseimbangan emosi itu sangat sulit.
Saat ini Farah hanya duduk di dalam mobilnya sambil
menetaskan air mata ditemani dengan lagu yang sedih. Farah menangis hampir satu
jamnya lamanya karna tumpukan emosi itu benar-benar tidak bisa di tahan lagi.
Saat sudah puas menangis dia keluar dari mobil, berdiri di pembatas jalan.
Farah mengambil nafas yang sangat dalam lalu
berteriak sekuat dan sekencang yang dia bisa. Farah melakukan itu lima kali
hingga suaranya serak. Itu sebenarnya berlebih namun, jika dia tidak melakukan
hal itu, pasti emosi yang dia tahan akan meluap lagi tanpa dia sadari.
setelah melakukan itu dia kembali kedalam mobil
mengambil botol minum miliknya, meminum hingga tetesan terakhir air dari botol
itu. Lalu Farah akan mengucap beberapa kalimat untuk dirinya.
"Terima kasih sudah bertahan."
"Terima kasih sudah menahan."
"Terima kasih sudah bahagia."
"Terima kasih sudah tersenyum."
"Terima kasih sudah tertawa."
"Terima kasih sudah berusaha."
"Terima kasih sudah bernafas."
"Terima kasih sudah menerima."
"Terima kasih sudah memberi."
"Terima kasih sudah ikhlas."
"Terima kasih Karna masih hidup hingga saat
ini."
"Berat yah, kamu pasti lelah, peluklah dirimu
sendiri, kau sudah berkorban banyak hal."
"Jika lelah istirahat lah."
"Jika berat istirahat lah."
"Jika sakit istirahat lah."
"Jika perih istirahat lah."
"Jangan terlalu memaksakan diri. Berjuang
boleh tapi harus ingat sampai mana batas dirimu sendiri yah."
"Ku mohon jangan berlebihan dengan dirimu
sendiri, karna itu juga akan membuat kamu sakit nantinya."
"Sekali lagi, untuk diriku yang cantik, murah
senyum, baik hati, tidak suka marah, dermawan, ramah, pintar, dan ceria ini
terima kasih Karna sudah bisa sampai dititik ini."
Farah sudah menenangkan dirinya, membiarkan
emosinya meluap dan tidak menyakiti dirinya sendiri hari ini.
Dulu Farah adalah orang yang suka menyalah kan
dirinya sendiri jika dia tidak dapat apa yang di inginkannya Karna dia
menganggap bahwa dirinya belum cukup berusaha padahal itu sudah batas untuk
dirinya sendiri. Dia akan mulai menyakiti dirinya sendiri. Seperti membenturkan
kepala ke dinding hingga benjor. Memukul dirinya sendiri dengan perabotan rumah
tangga, dia mengatakan pada dirinya sendiri pada saat itu bahwa yang dia
lakukan adalah pelajaran untuk dirinya sendiri juga karna kurang dalam
berusaha.
Padahal itu akan semakin menyakiti dirinya sendiri
dari segi fisik maupun mental. Untunglah dia sudah berubah sekarang hingga
tidak ada lagi memar maupun luka yang di sebabkan oleh dirinya sendiri.
Farah mulai menghidupkan mobilnya bersiap untuk
pulang tapi dia sangat terkejut saat ada motor yang melintas sangat kencang
dari arah yang berlawanan dari arah pulangnya. Motor itu sedang di kejar oleh
lima mobil mewah yang mengikuti dengan kecepatan tinggi.
Farah tidak suka ikut campur dalam urusan orang
lain. Farah berpikir untuk berpura-pura tidak melihat kejadian itu tapi seseorang
yang berlari ke arahnya dengan pakaian sama seperti pengendara motor yang baru
saja lewat.
Orang itu membuka paksa mobil Farah hingga
memecahkan kaca mobilnya dengan benda tajam. Farah ingin langsung menjalankan
mobilnya tapi saat dia melihat dengan jelas siapa orang itu, Farah dengan
sukarela memberikan kunci mobilnya pada orang itu dan langsung bertukar tempat
agar orang itu yang membawa mobil.
"diam." Ucap Reno. Ternyata asalan Farah
membiarkan orang itu masuk ke dalam mobilnya karna dia adalah Reno. Farah sudah
berpindah tempat duduk, dari duduk di kursi orang yang nyetir menjadi kursi
penumpang di depan. Tapi ternyata Reno jiga masuk lewat kursi penumpang, tempat
yang sudah Reno pecahkan kacanya.
Farah mengira Reno akan membawa mobilnya pergi tapi
ternyata salah, Reno duduk di atas tubuh Farah dengan saling berhadap-hadapan.
Farah bingung kenapa Reno melakukan hal ini, dan disaat yang bersamaan lima
mobil itu kembali lewat dengan kecepatan lambat.
Reno menempelkan kepalanya ke kepala Farah lalu
menutupi wajahnya dengan rambut Farah seolah-olah mereka adalah dua pasangan
kekasih yang di mabuk asmara. Setelah lima mobil itu menjauh, Reno mengeluarkan
uang cek.
"Tulisan Lah berapa pun yang kau mau."
Ucap Reno lalu turun dari mobil Farah begitu saja.
Farah yang kebingungan pun ikut turun dari mobil
dan saat melihat Reno terjun ke jurang Farah langsung berlari menghampirinya.
Tapi ternyata Reno bukan mau bunuh diri dengan melompat dari tepi bukit, dia
hanya turun dari tepi bukit menggunakan parasut.
Farah benar-benar tidak mau ikut campur dalam hal
ini, tapi jika seperti itu bukan kah secara tidak langsung Farah juga akan
terlibat.
Banyak sekali pertanyaan yang ada di pikiran Farah,
kenapa dia dikejar, apakah dia melakukan kejahatan, bagaimana dia bisa berlari
ke arah Farah tanpa ketahuan, bagaimana dengan motornya, kenapa dia memecahkan
kaca mobil dan kenapa dia memberikan cek ini.
Entah apa yang akan terjadi kedepannya, Farah hanya
khawatir kepada Reno, Farah melihat dengan sangat jelas saat menatap mata Reno.
Reno ketakutan dia butuh pertolongan, dia sudah lama berusaha sendirian.
"Benar-benar tatapan yang paling menyedihkan." Gumang Farah.
Ponsel Farah berbunyi, ternyata pangeran impiannya
yang menelponnya.
"Halo."
"Iya, halo."