Bagaimana menderitanya Veronica Han yang harus hidup berdampingan dengan lelaki musuh bebuyutannya semenjak orok. yang sialnya lagi lelaki bernama lengkap Bian Nugroho itu adalah bos di cafe tempat ia bekerja. penderitaan ini akan terus berlanjut sampai akhirnya tumbuh benih cinta di antara kedua manusia paling tidak akur di dunia.
"Selamat pagi bos"
"jangan sok asik sama bos sendiri! mentang mentang saya orang yang kamu kenal jauh malah sksd begitu"
"terserah Lo deh Bian!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uriii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
011 | Ve edisi ngambek
"Bian sumpah Lo jahat banget!"
"Tapi udah kan?" Veronica mengangguk pelan. "Ya udah kalo udah mah, kita pulang!"
"Tapi--" Sebelum selesai bicara Veronica sudah di tarik untuk masuk ke dalam mobil Bian. Waktu masih menunjukkan jam sepuluh. Setelah tadi Veronica di kerjai habis habisan oleh Bian karna di tinggal begitu saja di pasar yang sangat luas, berakhir ia yang sudah seperti anak hilang karna terus mencari keberadaan Bian dengan muka melas.
"Lo kalo gitu lagi gue berenti dari kerjaan Lo!" Veronica berusaha menggertak yang malah di balas kekehan dari Bian.
"Yakin? Emang bakal ada yang mau Nerima Lo dengan tampang kek gini selain kafe gue?" Ia menatap julid gadis itu yang sudah mengeluarkan ujung taringnya siap menggigit sang musuh dengan habis habisan.
"Yakinlah! Siapa sih yang nggak terpesona sama aura positif gue?" Bian berpura pura muntah membuat Veronica kesal setengah mati.
"Aur auran kali lah," Bian tertawa mengejek.
Veronica yang sudah malas menanggapi duduk mengangkat kedua kakinya dan memeluknya. Setelah itu ia berbalik arah memunggungi Bian.
"Dih ngambekan! Cewek tomboy kok suka ngambek sih!"
"Biarin!" Bian hanya geleng-geleng kepala melihatnya. Ia kembali menjalankan mobilnya melaju ke arah pulang.
"Ve," Panggil Bian yang tak di respon apapun oleh gadis itu. Ia menghela nafas, mengalah adalah jalan satu satunya. Positif thinking mungkin Veronica sedang datang bulan jadi ngambekan dan sedikit senggol bacok. Ya walaupun setiap harinya cewek tomboy itu selalu senggol bacok tapi kali ini berbeda. Lebih menyeramkan. Haha
Dalam perjalanan yang setiap saat selalu macet ini di buat hening karna Veronica yang tak menggubris candaan Bian di tambah keadaan yang tiba tiba menjadi canggung.
"Ve, elah ngomong napa. Diem diem bae"
Oke, sabar Bian. Tarik nafas dan buang lewat pantat. Mungkin dengan cara itu Veronica mau membuka suaranya.
Di lain sisi gadis itu tak habis-habisnya menggerutu dalam hati karena Bian selalu memanggilnya dan tak mengintrospeksi diri atas kesalahannya. Veronica hanya ingin orang itu minta maaf walaupun dimana mana bos selalu benar. Tapi, ayolah. Sesusah itu kan untuk meminta maaf?
"Lama lama gue jait juga tuh mulut! Ceprek Mulu dari tadi," Entah sudah ke berapa kalinya gerutuan dalam hati itu. Yang pasti ia sangat kesal hari ini. Titik!
Bian menarik nafasnya dalam dalam saat lampu merah menyala di depan sana. Ia sedikit, sedikit saja membuang gengsinya untuk meminta maaf pada karyawannya satu ini. Karna memang Bian kali terlalu berlebihan dalam candaannya karna sampai meninggalkan Veronica di tengah keramaian pasar yang membludak itu sedangkan gadis itu baru pertama kali menginjakkan kakinya di sana.
"Ve, gue minta maaf," suaranya kecil lebih seperti bergumam membuat Veronica masih teguh pendirian tak mengindahkan omongan tak jelas dari bosnya itu.
Berapa kali sudah Bian menarik nafas dalam-dalam bahkan sangat dalam sampai pasokan oksigen disekitarnya di raup semua.
"VE GUE MINTA MAAF!" Sang empu sampai terkejut bukan main karna teriakan yang sangat memekakkan telinganya itu. Ia mendengus kesal dan menengok ke arah bosnya.
"Kaget anjay! Yang bener kalo minta maaf tuh, kaya mo nagihin utang aja!" Veronica sudah sangat kesal setengah mati. Ia bahkan secara reflek memukul lengan bisep Bian dengan tenaga dalam karna saking kesalnya.
"Ish! Ya udah, gue minta maaf yah Ve ku"
"Uwek!"
"Terserah elo Ve terserah! Yang penting gue udah minta maaf!" Bian yang sudah melempar jauh jauh gengsinya malah di balas perlakuan tak mengenakan dari sang korban. Kan? Yang membuat Bian malas untuk minta maaf tuh ini. Di baikin malah ngelunjak.
"Iye iye bos ku yang tampan seperti eek kucing~, Gue maafin Lo kok," Veronica membuat ekspresi seimut mungkin untuk sang bos percaya bahwa ia se menggemaskan ini. Ia bahkan sampai memajukan wajahnya agar mata bosnya yang katarak itu bisa melihat dengan jelas.
"Jauh jauh Lo sama gue!" Bian berteriak dengan jari telunjuknya mendorong kepala Veronica agar gadis itu kembali duduk di tempat semulanya. Gadis itu yang sudah di anggap gila di mata Bian malah cekikikan tidak jelas membuat lelaki itu bergidik ngeri.
"Bos jangan ngeliatin gue Mulu, noh lampu merahnya udah berubah jadi ijo neon," Bian mendengus. Pede sekali gadis satu itu.
Veronica sibuk melihat sekitar di luar jendela. Kadang ia bergumam tak jelas jika melihat hal yang aneh di matanya. Kadang juga sangat heboh entah melihat apa yang selalu berhasil membuat Bian menjadi seperti robot. Geleng-geleng kepala sendiri melihat kelakuan absurd dari Karyawannya.
"Lo nggak nyalain musik Ve?" Veronica bukannya menjawab malah melotot sampai membuat kedua bola matanya hampir keluar kandang.
"Ntar di ledek lagi, nggak asik kalo sama Lo!" Bian tertawa kencang mendengarnya. Ternyata alasannya itu toh?
"Kan? Gue bilang juga apa? Belum apa apa udah bengek! Nggak suka gue," Lelaki itu mengangguk saja melihat Veronica yang sepertinya ngambek lagi.
"Lo lagi haid apa Ve? Ngambekan Mulu hari ini"
Veronica menjawab dengan nada sewot. "Iya?! Emang kenapa? Lo mau nurutin apa yang gue mau gitu?"
Bian berdecak. "Lo kira ngidam?"
"Heh! Hormon ibu hamil sama cewek dateng bulan itu sama! Lo gimana sih sekolahnya, gitu aja nggak tau"
Bian membuka mulut lebar tak menyangka dengan siasat dari Veronica yang sepertinya ingin memalaknya lagi. Satu tangannya yang sibuk mengemudi tangan lainnya malah mengemplang kepala gadis itu membuat Veronica meringis.
"Cuman Lo doang kali yang berspekulasi begitu, yang lain mah kagak tuh. Emak gue aja kalo haid paling sensi doang nggak sampai minta ini itu harus di turuti kaya ibu hamil. Emangnya apa yang bakal ileran kalo nggak di turuti? elo nya gitu yang ileran?"
Veronica tercengang, gagal sudah ingin memalak Bian lagi karna sekarang lelaki itu tak bisa di bodohi kembali.
"Ya udah Lo mau apa sekarang?" Bian sebagai bos yang pengertian dan royal pada Karyawannya tidak akan Setega itu sampai membuat Veronica ngambek lagi.
"Mau ke salon!" Veronica berujar semangat.
"Gue kira Lo nggak demen ke tempat begituan. Ternyata sama aja kaya cewek lain."
"Dih! Gue cuman mau potong rambut kali. Nih liat? udah panjang banget kan?"
Ia memegang rambutnya yang sudah sampai menyentuh bahu dan di tambah poninya yang mulai memanjang menjadi kesan lucu di dirinya dan Veronica tak suka itu.
"Segitu mah nggak panjang Ve! Ya tuhan, terus kalo ngeliat cewek cewek pada umumnya yang rambutnya tuh sampai nyentuh pinggang gimana? Lo bakal nyebutnya Kunti gitu karna terlalu panjang?" Bian menatap tak percaya ke arah karyawannya.
Veronica mengangguk. "Betul!"
Lelaki itu menghela nafas lelah, ia sudah salah bicara ternyata.