NovelToon NovelToon
One Day With You

One Day With You

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / One Night Stand / Playboy / Percintaan Konglomerat / Beda Usia / Diam-Diam Cinta
Popularitas:15.1k
Nilai: 5
Nama Author: IamLovelyvi

Baron adalah mimpi buruk di mata Evelyn sejak pertama kali mereka bertemu. Berharap tidak bertemu lagi dengan Baron, namun takdir berkata tidak. Bagaimana mungkin Evelyn tidak trauma, dengan mata kepalanya sendiri ia melihat Baron bercinta dengan pacarnya. Lalu bagaimana jadinya Evelyn malah terikat dengan Baron seumur hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IamLovelyvi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 11

Hal itu membuat Baron kesal pada Evelyn karena selalu dibanding-bandingkan dengan kekasihnya yang sempurna. Evelyn tidak sebanding dengan Laura. Laura jauh berada di atasnya.

Waktu berjalan dengan cepat, tidak terasa satu bulan sudah Evelyn tinggal di rumah keluarga Badger. Evelyn pikir akan sulit beradaptasi di rumah tersebut karena keberadaan Baron. Namun kenyataannya, Baron sama sekali tidak mengganggunya. Pertemuan mereka di rumah ini dapat di hitung dengan jari, yaitu hanya saat sarapan dan makan malam beberapa kali. Sementara pada siang hari, Baron selalu keluar. Yang dia tahu Baron juga bekerja di perusahaan setelah selesai kuliah. Evelyn bersyukur akan hal itu.

Hanya tiga aturan itu yang perlu Evelyn patuhi, ia telah menghapal di kepalanya jika tidak ingin berurusan dengan Baron. Selain dari tiga aturan itu ia bisa melakukan apa saja di rumah ini. Meski diberikan kebebasan ia tidak mau bertingkah sesuka hati, Evelyn tetap menjaga sikapnya.

Setelah pulang dari kampus, Evelyn berencana melakukan yoga. Ia biasa melakukannya ketika merasa penat di kampus. Melakukan yoga sebenarnya dilakukan di tempat yang sejuk dan nyaman. Akan tetapi kamar Evelyn cukup tertutup, hanya ada dua jendela sebagai jalur masuknya udara. Saat di rumah orangtuanya, ia melakukan yoga di kamarnya. Selain karena cukup luas, kamarnya juga memiliki desain yang terbuka dengan kaca bening sebagai pintu dan jendela.

Oleh karena itu, Evelyn memilih balkon yang ada di dekat kamarnya. Balkon itu cukup luas dan pemandangan dari atas sangat indah, cocok digunakan sebagai tempat meditasi atau yoga.

Evelyn telah memakai celana legging ketat berwarna hitam dan kaus tipis yang ketat berwarna senada. Ia mencepol rambutnya agar tidak mengganggunya ketika latihan yoga. Ia bebas memakai pakaian seperti ini karena Baron tidak di rumah saat siang hari.

Gadis itu melebarkan karpet tebal sebagai alasnya. Tidak lupa ia juga menyetel musik dengan tempo lambat. Evelyn memulai latihan yoga dengan pemanasan terlebih dahulu.

Suara musik yang menemani Evelyn terdengar nyaring di lantai dua. Tidak terlalu ribut, tetapi masih terdengar untuk jarak dua puluh meter. Tentu suara musik itu terdengar di telinga Baron yang ternyata ada di dalam kamarnya.

Pria itu sedang bicara dengan Laura lewat panggilan video. "Sayang, kenapa ada suara musik?" tanya Laura yang juga mendengar keributan dari luar kamar Baron.

"Aku juga tidak tahu sayang." jawab Baron. Meski sebenarnya ia tahu musik itu berasal dari balkon. Ya, Baron tahu Evelyn sering latihan yoga di balkon, beberapa kali ia melihatnya. Namun dia acuh dan membiarkan saja, selagi Evelyn tidak mengganggu ketenangannya.

Baron tidak berniat memberitahukan bahwa Evelyn tinggal di rumahnya dan bahkan tinggal di sebelah kamarnya. Sebab, jika sampai Laura tahu, wanita itu pasti akan kebakaran jenggot.

Laura merasa curiga dengan kekasihnya tersebut. "Apakah ada orang lain yang tinggal di rumahmu?" karena setahu Laura, Nenek Han sudah tiada, yang mungkin membawa orang lain ke rumah dan membuat keributan. Di sana hanya ada pelayan, tidak mungkin seorang pelayan membuat keributan di rumah majikannya.

"Aku akan periksa keluar. Nanti akan kuhubungi lagi." jawab Baron.

"Baiklah sayang." jawab Laura sambil mematikan sambungan telepon.

Baron keluar dari kamarnya setelah mematikan ponselnya. Dari pintu kamarnya ia bisa melihat Elena sedang duduk dengan tenang. Gadis itu membelakanginya sehingga tidak melihatnya mendekatinya. Yang pertama Baron lakukan di sana adalah mengambil kotak musik Evelyn lalu kemudian melemparkannya dari balkon ke luar.

Evelyn terkesiap akan tindakan Baron. Ia terkejut "Astaga! Apa yang kak Baron lakukan?" ia berdiri dan melihat ke bawah, kotak masiknya telah hancur dengan cara mengenaskan di sana.

"Kau sangat mengganggu. Karena musikmu yang sangat ribut itu, Laura marah." ucap Baron dengan nada kasar.

"Aku mengingatkanmu untuk yang pertama kali, jangan membuat keributan di rumah ini." telunjuk Baron menunjuknya sama seperti kejadian di rumah sakit.

Setelah mengatakan itu, Baron melenggang pergi dari hadapannya. Evelyn belum sempat mengatakan apa-apa, ternganga atas kejadian barusan. Betapa kasarnya ketika Baron melempar kotak musik miliknya hingga membuat Evelyn menangis.

Terlalu dramatis jika ia menangis hanya karena kotak musik tersebut. Ia bisa membelikan seratus kotak musik yang sama jika mau. Namun, kotak musik itu merupakan peninggalan mendiang Mama Alea.

Dengan langkah yang lemah dan tidak bertenaga, Evelyn menuruni anak tangga menuju lokasi kotak masiknya yang telah hancur. Di tangannya terdapat sebuah kardus kecil sebagai tempat kepingan elektronik jadul itu.

Evelyn memejamkan matanya melihat barang peninggalan mamanya telah rusak. Dari kondisinya, kotak musik ini tidak akan bisa diperbaiki lagi, karena komponen-komponen utamanya telah hancur total.

Baron menyaksikan bagaimana Evelyn terlihat sedih saat mengutip barang yang dianggapnya rongsokan. Gadis itu terlihat goyah dan air matanya terus mengucur di wajahnya. Ketika Evelyn sudah naik ke atas dan akan masuk ke kamarnya, mereka sempat bertemu pandang. Evelyn memberikan perlawanan dengan raut wajahnya yang menantang sebelum masuk ke dalam kamarnya.

Evelyn tidak memperpanjang masalah itu, karena bagaimana pun dia menuntut Baron, kotak musik itu tidak akan bisa diperbaiki lagi. Ia hanya bisa menangisi peninggalan sang Mama.

Keesokan harinya, Baron mencoba menghubungi Laura. Kemarin dia menghubungi sang kekasih setelah melempar kotak musik Evelyn, tetapi Laura tidak mengangkat. Baron merasa aneh. Sebab, sesibuk apapun dia, Laura pasti akan mengangkat panggilan darinya. Tapi dari kemarin sore hingga sekarang Laura tidak mengangkat telponnya.

Entah sudah berapa kali ia mencoba menghubungi sang kekasih. Untuk yang terakhir kalinya ia akan menghubungi Laura, jika belum diangkat makan ia akan menyusul gadis itu ke Paris.

Beruntung panggilannya diterima, tetapi bukan Laura, melainkan suara seorang laki-laki menyahut dari sana.

......................

Baron memarkirkan mobilnya di depan sebuah bar lalu masuk ke dalam. Raut wajahnya tampak tidak menyenangkan. Suram, kata itulah yang dapat mendefenisikan wajah Baron saat ini.

Baron menelusuri setiap sudut bar seperti mencari seseorang. Ketika ia menemukan orang yang ingin ditemui, ia menghampirinya. Ia duduk di sebuah launge tepatnya di samping seorang pria yang seumuran dengannya.

Kevin Dusk, salah satu teman Baron yang paling dekat. Bisa dikatakan Kevin adalah sahabatnya, mengingat Kevin dan dirinya saling mendukung sejak mereka masih SMA.

"Ada apa Bar? Tidak biasanya kau datang dengan wajah seperti itu?" dari raut wajah Baron, Kevin bisa melihat kekalutan temannya itu. Hampir sama saat Neneknya meninggal dua bulan lalu.

Baron menghela nafas kasar, ia menenggak alkohol yang dituangkan oleh bartender. "Laura selingkuh." hanya itu yang Baron katakan sebelum menenggak alkohol sebanyak mungkin.

1
Km Manik
kak belum ada lanjutanya y
Km Manik
kak kok belum ada lanjutanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!