NovelToon NovelToon
VRASKARA KESAYANGAN OSIS

VRASKARA KESAYANGAN OSIS

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Playboy / Anak Genius / Murid Genius / Cinta Seiring Waktu / Karir
Popularitas:916
Nilai: 5
Nama Author: uck infl

mohon maaf jika ada kesamaan pada nama pemeran dan lain lain

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon uck infl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

S1 - 11 KEPUTUSAN YANG MEMBAWA PERUBAHAN

Beberapa bulan telah berlalu sejak Bela, Zaza, Gabriel, dan Nafa menyelesaikan proyek buku kenangan mereka. Mereka kini lebih dekat daripada sebelumnya, terhubung melalui kenangan bersama yang mereka abadikan dalam buku tersebut. Namun, kehidupan terus bergerak maju, membawa mereka masing-masing di jalannya sendiri.

Bela duduk di ruang kerjanya di sebuah perusahaan desain ternama di Jakarta. Pekerjaannya sebagai desainer grafis semakin menuntut, tetapi juga memuaskan hasrat kreatifnya yang mendalam. Hari ini, ia merasa agak gelisah karena sebuah keputusan besar harus diambilnya.

Sejak lulus SMA, Bela bercita-cita untuk melanjutkan studi di luar negeri, terutama di bidang desain mode. Namun, kehidupan telah menghadang dengan segala kesibukan dan kesuksesan di karirnya, membuatnya ragu apakah ia harus benar-benar melanjutkan impian tersebut sekarang.

Sambil menatap layar komputernya yang memancarkan tumpukan pekerjaan, Bela merasa seperti ada yang mengganjal di dalam dirinya. Dia tahu bahwa keputusan ini tidak hanya akan mempengaruhi karirnya, tetapi juga hubungannya dengan teman-temannya dan hidupnya di Indonesia.

Di luar jendela, hujan Jakarta turun dengan derasnya, menciptakan suasana yang hening di sekitar gedung perkantoran yang ramai. Bela memutuskan untuk mengambil waktu untuk dirinya sendiri, meninggalkan pekerjaannya untuk sejenak dan pergi ke salah satu kafe favoritnya di sudut kota.

Saat duduk di sudut kafe yang tenang, Bela memesan secangkir kopi dan mulai merenungkan segala hal yang telah terjadi dalam hidupnya. Dia mengingat kembali momen-momen saat dia masih bersama Zaza, Gabriel, dan Nafa di SMA. Bagaimana mereka bermimpi besar, saling mendukung, dan selalu berbagi tawa dan cerita.

"Ting!" bunyi notifikasi dari ponselnya menarik perhatiannya. Sebuah pesan masuk dari grup chat mereka bertiga. Gabriel mengirim foto dari kunjungannya ke Paris, tempat dia sedang mengikuti program singkat di sekolah desain ternama di sana. "Halo dari Paris! Aku merindukan kalian semua!"

Senyum tipis terbentuk di wajah Bela saat dia membalas pesan Gabriel, memuji pemandangan yang indah dan menanyakan bagaimana pengalamannya di sana. Sementara itu, Zaza mengirim foto dari kesuksesannya dalam merintis usaha katering kecil-kecilan, sementara Nafa mengirim pesan motivasi tentang kehidupan dan pekerjaan di bidang manajemen acara.

Bela tersadar bahwa teman-temannya juga menghadapi tantangan dan perubahan dalam hidup mereka sendiri. Mereka semua melangkah maju dengan cara mereka masing-masing, tetapi tetap saling terhubung dalam ikatan yang kuat.

Setelah beberapa jam merenung dan berbicara dengan teman-temannya, Bela mengambil keputusan besar. Dia memutuskan untuk mendaftar program master di Paris, mengikuti jejak Gabriel untuk mengejar mimpinya dalam desain mode. Keputusan ini bukan hanya tentang impian masa kecilnya, tetapi juga tentang pertumbuhan pribadi dan profesionalnya.

***

Beberapa minggu kemudian, Bela diterima di program master yang dia inginkan di Paris. Dia merayakan kabar baik ini bersama keluarga dan tentu saja, dengan Zaza, Gabriel, dan Nafa. Mereka berkumpul di salah satu restoran favorit mereka di Jakarta, dikelilingi oleh canda tawa dan ucapan selamat.

"Halo, Paris!" ucap Gabriel sambil mengangkat gelasnya. "Aku tidak sabar untuk melihat kalian di sini nanti."

Zaza tersenyum lebar. "Kau pasti akan menjadi bintang di sana, Bela! Aku sudah bisa membayangkan koleksi mode pertamamu di Paris Fashion Week!"

Nafa menambahkan, "Aku bangga padamu, Bela. Kamu telah mengambil langkah besar untuk mewujudkan impianmu."

Bela tersenyum bahagia, merasa didukung dan dicintai oleh teman-temannya. Mereka semua menyadari bahwa hidup terus bergerak maju, dan mereka harus siap untuk menghadapi perubahan dan tantangan.

Saat malam bergulir, mereka terus berbagi cerita, tawa, dan impian mereka untuk masa depan. Mereka tahu bahwa walaupun Bela akan berada jauh di Paris, persahabatan mereka tetap tidak akan pernah pudar.

***

Ketika hari keberangkatannya tiba, Bela merasa campur aduk emosi di dalam dirinya. Dia meninggalkan Jakarta dengan hati yang penuh harap dan semangat untuk memulai babak baru dalam hidupnya di Paris. Zaza, Gabriel, dan Nafa datang ke bandara untuk mengantar keberangkatannya.

Di ruang tunggu bandara, mereka berkumpul dalam pelukan hangat. "Kau akan menaklukkan Paris, Bela," ujar Zaza dengan penuh keyakinan.

Gabriel mengangguk setuju. "Kami akan selalu di sini untukmu, tidak peduli di mana kamu berada."

Nafa tersenyum. "Kami bangga padamu, teman. Jangan lupakan kami di sana!"

Bela tersenyum sambil menangis kecil. "Aku tidak akan pernah melupakan kalian. Kalian adalah bagian dari hatiku."

Dalam pelukan yang hangat dan penuh cinta, mereka mengucapkan selamat tinggal sementara. Bela melangkah ke dalam pesawat dengan hati yang penuh harap untuk masa depan yang baru, tetapi juga dengan rasa syukur yang dalam atas persahabatan yang telah membimbingnya sepanjang hidupnya.

***

Di Paris, Bela menemukan dirinya dalam lingkungan yang baru dan menantang. Dia menyerap segala hal yang baru dengan antusiasme yang besar, tetapi juga tetap mengingat kembali akar-akar dan pertemanan yang membangunnya.

Gabriel, Zaza, dan Nafa tetap terhubung dengannya melalui panggilan video dan pesan teks. Mereka berbagi cerita-cerita tentang kehidupan mereka masing-masing, tantangan yang mereka hadapi, dan impian-impian yang terus mereka kejar.

Bela belajar bahwa persahabatan sejati tidak terpengaruh oleh jarak atau waktu. Ini adalah ikatan yang terus hidup dan berkembang, memberinya kekuatan dan semangat untuk menghadapi setiap hari yang baru di kota cahaya Paris.

***

Bela menyesap cappuccino-nya di salah satu kafe kecil di Marais, Paris. Cahaya sore menyorot melalui jendela-jendela kaca, menciptakan lingkungan yang hangat dan menyenangkan di sekitarnya. Sejak kedatangannya di Paris untuk mengejar studi desain mode, setiap hari menjadi petualangan baru baginya.

Kehidupan di kota ini begitu berbeda dari Jakarta, tetapi Bela dengan cepat merasa seperti rumah di antara keindahan arsitektur klasik, mode yang berkembang pesat, dan makanan lezat. Meskipun demikian, ada momen-momen ketika dia merindukan kehangatan rumah dan kehadiran teman-temannya.

Setiap malam, mereka berempat, Bela, Zaza, Gabriel, dan Nafa, selalu mengatur waktu untuk panggilan video. Mereka saling bercerita tentang hari-hari mereka, berbagi tawa, dan memberikan dukungan satu sama lain di tengah tantangan hidup mereka masing-masing.

Sore itu, panggilan video mereka diisi dengan tawa dan cerita tentang pengalaman Bela di Paris. "Kamu harus lihat fashion show yang saya hadiri kemarin," cerita Bela sambil menunjukkan video singkat dari runway Paris Fashion Week.

Zaza melihat dengan kagum. "Itu luar biasa, Bela! Aku tidak sabar untuk melihat koleksi desainmu sendiri nanti."

Gabriel tersenyum lebar. "Kau benar-benar menaklukkan Paris, Bela. Kami sangat bangga padamu."

Nafa menambahkan dengan senyum, "Tapi jangan lupakan kami di sana, ya? Kami selalu ada untukmu, tidak peduli di mana kamu berada."

Setelah panggilan video berakhir, Bela merenung sejenak. Dia merasa bersyukur memiliki teman-teman seperti mereka yang selalu mendukungnya, meskipun berada di benua yang berbeda. Mereka adalah anugerah terbesarnya dalam hidup, mengingatkannya bahwa persahabatan sejati tidak pernah hilang meskipun jarak memisahkan.

Beberapa bulan berlalu dengan cepat di tengah-tengah kesibukan Bela dengan studi dan karirnya. Dia mendapati dirinya semakin terlibat dalam industri mode Paris, menghadiri berbagai acara dan menemukan inspirasi dari berbagai sumber. Namun, ada sebuah panggilan yang membuatnya berhenti sejenak dalam perjalanannya.

Suatu hari, Bela menerima telepon dari Jakarta. Suara lembut dan akrab di ujung telepon membuatnya tersenyum. "Halo, Bu Larasati. Ini dari SMA Adinanta Perwira. Kami ingin mengundangmu untuk menjadi salah satu juri dalam kompetisi desain remaja kami."

Bela merasa terhormat dan gembira atas kesempatan ini. Kompetisi desain remaja di SMA mereka adalah salah satu acara tahunan yang selalu ia nantikan saat masih menjadi siswi. Ini adalah kesempatan baginya untuk memberikan kembali kepada sekolah dan juga bertemu kembali dengan teman-teman lama serta menginspirasi generasi muda.

Setelah berbicara dengan panitia dan menyesuaikan jadwalnya, Bela akhirnya memutuskan untuk pulang ke Jakarta untuk beberapa hari. Ini adalah kunjungan pertamanya sejak dia berangkat ke Paris, dan dia merasa campur aduk antara gembira untuk bertemu kembali dengan keluarga dan teman-temannya, dan juga rindu akan kehidupan barunya di kota mode.

Ketika Bela kembali ke Jakarta, dia disambut dengan hangat oleh keluarga dan teman-temannya. Zaza, Gabriel, dan Nafa tidak ketinggalan, mereka menyambutnya di bandara dengan senyum yang lebar dan pelukan hangat.

"Kau terlihat luar biasa, Bela!" ujar Zaza sambil memeluknya erat. "Paris benar-benar memberimu kilau baru!"

Gabriel mengangguk setuju. "Kami tidak sabar untuk mendengar semua cerita tentang kehidupan di sana dan pengalaman di Paris Fashion Week."

Nafa tersenyum. "Kami juga bersiap untuk kompetisi desain remaja. Aku yakin para siswa akan sangat terinspirasi olehmu."

Bela tersenyum lebar, merasa begitu dicintai dan didukung oleh orang-orang terdekat dalam hidupnya. Selama beberapa hari berikutnya, mereka semua menghabiskan waktu bersama, mengingat kembali kenangan-kenangan lama mereka dan berbagi cerita tentang perjalanan hidup masing-masing.

Kompetisi desain remaja diadakan di auditorium SMA Adinanta Perwira, tempat Bela dulu menghadiri banyak acara saat masih menjadi siswi. Dia duduk di meja juri bersama dengan panel lainnya, merasa bangga dan bersemangat untuk melihat kreativitas para siswa.

Setiap desain yang dipresentasikan membawa Bela kembali ke masa lalu, mengingatkannya pada semangat dan impian masa remaja. Dia memberikan umpan balik yang berharga kepada setiap peserta, memberikan dorongan dan inspirasi untuk terus mengejar impian mereka dalam desain.

Setelah kompetisi selesai, Bela dan teman-temannya menghabiskan waktu bersama di taman sekolah, dikelilingi oleh kehangatan dan keceriaan dari kenangan masa lalu. Mereka tertawa, bercanda, dan merenungkan betapa jauh perjalanan hidup mereka telah berubah sejak masa SMA.

"Sungguh luar biasa melihat bakat-bakat muda kita," kata Bela, tersenyum melihat para siswa yang berjalan pulang dengan senyum bahagia.

Zaza mengangguk setuju. "Aku yakin beberapa dari mereka akan mengikuti jejakmu, Bela. Kau benar-benar menginspirasi mereka hari ini."

Gabriel tersenyum bangga. "Aku sangat senang bahwa kita semua bisa berkumpul lagi di sini. Persahabatan kita adalah hadiah terbesar dalam hidupku."

Nafa menambahkan, "Dan kalian semua adalah alasan mengapa aku selalu bersemangat untuk kembali ke sini, ke tempat di mana semuanya dimulai."

Mereka berlima duduk di bawah pohon besar di halaman sekolah, menatap langit yang cerah di atas mereka. Mereka merasa bersyukur karena memiliki satu sama lain sebagai sahabat sejati, mendukung dan menginspirasi satu sama lain dalam setiap langkah hidup mereka.

Di dalam hati mereka, mereka tahu bahwa persahabatan mereka tidak tergantikan. Meskipun jarak memisahkan dan kehidupan terus berubah, mereka akan selalu ada satu untuk yang lain, mengingatkan bahwa persahabatan sejati adalah ikatan yang tidak bisa diputuskan oleh waktu atau ruang.

Dengan hati yang penuh cinta dan kenangan indah, mereka merayakan persahabatan mereka yang abadi di bawah cahaya matahari yang hangat di sore hari.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!