NovelToon NovelToon
Antagonis Nyeleneh

Antagonis Nyeleneh

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Teen School/College / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:12k
Nilai: 5
Nama Author: Atikany

Hazel nyasar masuk ke dalam novel sebagai karakter antagonis yang semestinya berakhir tragis dengan bunuh diri. Namun, nasib memihak padanya (atau mungkin tidak), sehingga dia malah hidup adem ayem di dunia fantasi ini. Sialnya, di sekelilingnya berderet cowok-cowok yang dipenuhi dengan serbuk berlian—yang terlihat normal tapi sebenarnya gila.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atikany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16. Pulang

Hazel, yang sedang duduk di ayunan teras sambil membaca buku, terkejut melihat kehadiran Febrian dan merasa sedikit khawatir tentang apa yang akan terjadi.

Ketegangan meningkat ketika Revan muncul bersama seorang teman yang tampak sangat ganteng. Revan, dengan wajah datarnya yang khas, menatap Febrian dengan penuh kecurigaan.

Teman kakaknya, Devano, hanya berdiri di sampingnya, mengamati Febrian dengan tatapan penilaian yang tajam, seolah-olah mencoba memahami maksud kedatangan Febrian.

"Siapa?" tanya Revan dengan nada datar dan sedikit dingin, matanya menyipit sedikit.

Febrian merasa semakin gugup, tapi berusaha tetap tenang. "Saya Febrian, Kak," jawabnya, mencoba tersenyum meskipun jantungnya berdegup kencang.

Dia mengulurkan tangannya untuk bersalaman, pertama dengan Revan, kemudian dengan Devano, yang menerima salaman itu dengan anggukan kecil.

"Saya mau bahas beberapa soal fisika untuk ulangan besok," lanjut Febrian dengan suara yang sedikit bergetar karena gugup.

Dia menggaruk belakang kepalanya, merasa tidak nyaman dengan situasi yang mendadak canggung ini.

***

Devano menyelinap diam-diam ke dekat jendela ruang tamu, hatinya berdebar cepat saat dia melihat Hazel dan Febrian tengah duduk di meja kecil dengan buku tebal fisika terbuka di antara mereka.

Dia melihat Hazel, yang duduk dengan sikap yang santai namun penuh perhatian, matanya sesekali melirik ke buku tulis Febrian untuk melihat apa yang sedang ditulisnya.

Sedangkan Febrian, dengan ekspresi konsentrasi yang dalam, sesekali mengangguk mengikuti penjelasan yang diberikan Hazel.

"Sejak kapan Hazel deket sama cowok?" tanya Devano penasaran, suaranya hampir berbisik sambil mengalihkan pandanganya ke Revan yang tengah rebahan di sofa.

Revan mengangkat satu alisnya, mencoba mengingat. Dia mengerutkan keningnya sejenak, seolah berpikir keras

"Gak tahu," jawabnya akhirnya dengan santai, "dia cantik, pasti banyak yang suka. Kadang gue liat bekas-bekas sampah makanan ringan di tong sampah. Pastinya banyak cowok yang kasih dia," lanjut Revan sambil menggelengkan kepala kecil.

Devano duduk di kursi di dekat jendela, posisinya sedikit condong ke depan, menunjukkan ketertarikan yang jelas dalam percakapan ini.

Dengan santai, dia menyelonjorkan kakinya di atas meja kecil di depannya, menggambarkan rasa ingin tahu dan ketidakpastian yang dirasakannya.

Revan menghela napas panjang, mengubah posisi tubuhnya sedikit, seolah sedang memikirkan lebih dalam.

"Lo gak mungkin naksir sama adek gue kan?" tanyanya tiba-tiba, membuat atmosfer ruangan tampak tegang sejenak.

***

Febrian duduk di seberang Hazel di meja kecil, buku fisika terbuka di depannya. Dia menulis catatan sambil mendengarkan dengan serius penjelasan yang diberikan Hazel.

Meskipun awalnya hanya berniat untuk mencari alasan untuk bertanya, sekarang dia merasa sedikit miris karena benar-benar diajarin oleh Hazel.

"Padahal gue cuma alasan aja buat tanya soal, malah beneran diajarin," batin Febrian dalam hati, matanya terfokus pada buku tulisnya.

Hazel, sambil menarik buku tebal fisika yang agak jauh darinya, menjawab dengan tenang, "Sebenernya kalau udah tahu rumusnya dan paham jalannya fisika tuh enggak seberat itu."

Febrian mengangguk setuju, menyerap penjelasan Hazel dengan seksama. Dia merasa lega mendapat bantuan dari Hazel meskipun tidak direncanakan sebelumnya.

"Zel, gue boleh tanya gak?" ucap Febrian tiba-tiba, matanya melirik ke arah Hazel yang masih fokus dengan bukunya.

"Boleh," jawab Hazel sambil membolak-balik halaman buku tebalnya.

"Kak Devano sering main ke sini kalau malem?" tanya Febrian, rasa penasaran terlihat jelas di wajahnya.

"Hah? Kak Devano?" Hazel memandang Febrian dengan sedikit kebingungan.

"Devano siapa?" balik tanya Hazel, mencoba mengingat siapa yang dimaksud Febrian.

"Dia yang dateng bareng kakak lo tadi," jawab Febrian.

"Gak tahu, gue baru liat," ucap Hazel sambil fokus kembali pada bukunya, matanya menyelusuri baris demi baris teks yang ada di halaman tersebut. Dia tenggelam dalam pemikirannya tentang rumus-rumus fisika yang rumit.

Febrian mendengar jawaban Hazel dengan tatapan terpaku, kebingungannya terpancar jelas dari ekspresinya. Pena yang dipegangnya tiba-tiba terlepas begitu saja dari genggaman tangannya, jatuh di atas buku tulisnya dengan suara halus.

"Zel, dia kakak Liliana, rumahnya aja sebelahan sama rumah lo. Kakak lo juga kerja sama Kak Devano. Gak mungkin lo baru liat dia," ucap Febrian dengan nada sedikit terkejut, mencoba menjelaskan dengan penuh keyakinan.

Hazel mengangkat pandangannya dari bukunya, wajahnya terkejut dan sedikit bingung. Dia memandang Febrian dengan tatapan yang mencerminkan usahanya untuk memahami apa yang baru saja dikatakan temannya itu.

Sementara itu, dalam pikirannya, dia berusaha mengingat-ingat tentang sosok yang dimaksud Febrian.

"Udah malem, sebaiknya lo balik,"  ucap Hazel sambil merapikan buku-buku yang tersebar di meja dengan cepat dan terburu-buru, mencoba mengakhiri pertemuan mereka dengan cepat.

Hazel merasa lengan kirinya ditarik dengan kuat oleh Febrian, membuatnya menghentikan gerakannya yang sedang merapikan buku-bukunya. Tatapan mereka bertemu dalam keheningan yang tegang.

Mata Febrian memancarkan rasa serius dan kecewa yang dalam, sementara Hazel mencoba mempertahankan ekspresi netral meskipun hatinya berdegup kencang.

"Jadi waktu di koridor itu, lo beneran lupa sama gue? Bukan pura-pura lupa ataupun gak kenal sama gue? Lo kenal gue tapi lo gak inget sama gue?" desak Febrian nada bicara memancarkan keputusasaan yang terasa begitu nyata.

"Lo ngomong apaan sih?" tanya Hazel.

Hazel merasa tegang, dia tidak terbiasa dengan situasi seperti ini. Dia mencoba untuk melepaskan lengan yang digenggam Febrian, namun Febrian mempertahankan pegangannya dengan erat.

"Hazel, lo sakit?" tanya Febrian, kekhawatirannya terpancar jelas dari ekspresi wajahnya yang cemas.

Namun, sebelum Hazel bisa menjawab, suara marah tiba-tiba memotong dari belakang.

"Singkirin tangan lo!" teriak Devano tajam, memecah keheningan dengan nada yang penuh amarah.

Langkahnya cepat dan tegas, dia langsung mencengkram kerah baju Febrian dan mendorongnya menjauh dari Hazel dengan kasar.

Febrian terkejut oleh tindakan mendadak Devano. Dia merasa bingung dan terkejut oleh kekerasan gerakan tersebut. Tatapannya memandang Devano dengan campur aduk antara kebingungan dan kejutan. Sementara itu, Hazel sama-sama terkejut dan terdiam, tidak menyangka situasi akan berubah begitu cepat.

Devano masih berdiri tegak di samping, pandangannya tajam dan penuh dengan sikap yang keras.

"Pulang lo!" tunjuknya dengan suara yang mengandung ancaman nyata, menunjuk ke arah gerbang.

"Kak, lo salah paham," ucap Febrian dengan nada yang tetap tenang, mencoba menjelaskan situasi yang sebenarnya.

"Pulang!" bentak Devano lagi, perintahnya keras dan tidak memberi kesempatan untuk klarifikasi lebih lanjut.

Febrian mengangguk singkat, merasa tidak ada jalan lain selain menuruti permintaan kakak Hazel yang sangat marah ini. Dia mencoba menenangkan dirinya sendiri, menarik napas dalam sebelum berbicara lagi.

"Zel, gue minta maaf. Gue balik dulu, besok kita bicara di sekolah," ucap Febrian dengan suara rendah, mencoba menenangkan situasi yang sudah memanas dengan tawaran untuk membicarakan semuanya di tempat yang lebih tepat.

Tangannya bergerak dengan cepat merapikan buku-bukunya yang masih berserakan di atas meja kecil itu. Dia memasukkan buku-buku itu ke dalam tasnya dengan gerakan tergesa-gesa, tidak ingin membuat situasi semakin buruk.

Langkah Febrian terdengar cepat dan teratur saat pergi, meninggalkan keheningan tegang di belakangnya. Pandangannya sekilas melintas ke arah Hazel yang terlihat masih tercengang di tempatnya.

Setelah mengatur tasnya dengan rapi, Febrian merogoh kantongnya untuk mengambil handphone. Dia menekan tombol-tombol dengan gerakan otomatis, menghubungi sopirnya untuk menjemputnya.

1
Amazing Grace
semangat terus ya Thor,semoga sehat selalu dan makin sukses novel nya
Atika Norma Yanti: makasih doanya, lope-lope lah pokoknya
total 1 replies
Amazing Grace
makin seru up lagi Thor, please😭😭🙏🙏
Nova Lpg
novel nya keren ,,bikin penasaran
semangat terus author update nya ..😉
Atika Norma Yanti: makasih banyak udah mau mampir 😂
total 1 replies
Amazing Grace
semangat author 🤗
Atika Norma Yanti: makasih dukunganku, bakalan di usahakan untuk tetep up cerita 😂
total 1 replies
Ning28
akhirnya up juga soalnya lgi seru² banget sumpah😅😘
Atika Norma Yanti: iya, tapi gak bisa up banyak kayak sebelumnya. soalnya nih mata malah kegoda sama Drakor 😂
total 1 replies
Ning28
kenapa kok ga up ka pdhal lg seru tahu😭😅
Atika Norma Yanti: lagi maraton Drakor, judulnya Night Has Come, nyesel baru nonton sekarang 😭🤣
total 1 replies
Amazing Grace
semangat kak,alurnya makin seruu🤗🤗
Kanian June
mampir ya Thor ...
_no name_
up thor
Amazing Grace
semangat kak,pliss makin seru aja nih novel, penasaran banget hazel endingnya gimana🤗
Ning28
tuhkan nambah seru lagi apalagi up nya banyak makin seneng deh🥰😭
Amazing Grace
next author,seru bangett
Bening Hijau
jahat banget teman nya liliana
Atika Norma Yanti: terkadang teman bisa mengubah cara pandang kita terhadap orang lain
total 1 replies
Bening Hijau
penasaran dengan sosok rania yang sebenarnya
Ning28
sumpah klo udh diakhir tuh bikin kepo sendiri aja soalnya seru banget😍🤣
Ning28: iya wajib nonton sampe ending itumah😭😅
Atika Norma Yanti: wah🤣🤣... kalau udah nonton Drakor psikopat, suka lupa waktu
total 4 replies
Amazing Grace
semangat author,dari sekian banyak novel,novel Lo yang paling bagus menurut gw dan realita, karakternya juga ga terlalu berlebihan,ga sempurna ga menye menye juga🥰🥰 biasanya di novel lain tuh drama banget,kalo novel Lo langsung ngena dan alurnya juga bagus banget
Atika Norma Yanti: makasih banyak ya, komentar Lo bikin gue semangat buat lanjutin cerita ini. Yang awalnya gue kira gak akan ada yang baca. pokoknya makasih atas komentar positifnya
total 1 replies
Alfatih Cell
lanjut thor...
Atika Norma Yanti: ceritanya bakalan berlanjut karena otak masih jalan untuk buat alurnya 😂
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!