NovelToon NovelToon
PESUGIHAN BAPAK

PESUGIHAN BAPAK

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Hantu / Tumbal
Popularitas:19.3k
Nilai: 5
Nama Author: Vie Junaeni

Ratu tinggal di panti asuhan sejak kecil. Ia tak pernah menyangka kalau akan menjadi pewaris harta berlimpah milik Hadinata Praditha dari Desa Gandasturi. Akan tetapi, gadis itu malah disambut cibiran dan dikucilkan oleh para warga desa yang curiga kalau kedatangannya akan menambah musibah. Apalagi di desa tersebut tengah dilanda teror makhluk kerdil yang dianggap “peliharaan” pesugihan bapaknya.

Kedatangan Adam yang tengah melakukan kegiatan KKN di desa, membuat secercah kebahagiaan bagi Ratu. Adam yang juga menyukai Ratu, berusaha membela gadis itu. Namun, kejadian mengerikan yang menyisakan sebuah misteri muncul silih berganti menghantui.

Ratu dan Adam mulai curiga bahwa ada rahasia besar di balik pesugihan keluarga Praditha. Apalagi ketika nyawa mereka malah terancam menjadi sasaran makhluk kerdil dan juga seseorang yang misterius.

Mampukah Ratu dan Adam bertahan hidup untuk menghentikan teror makhluk kerdil di Gandasturi?


Note : Buat yang plagiat, ATM, auto kutilan sebadan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vie Junaeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26 - Korban Pertama yang Ratu Lihat

...Bab 26 - Korban Pertama yang Ratu Lihat...

...**********...

Disclaimer :

Harap bijak dalam membaca. Mohon maaf jika ada adegan yang membuat tak nyaman untuk dibaca.

...**********...

Adam sempat terkejut, tetapi ia segera menenangkan Amir, anak berusia tujuh tahun yang tubuhnya tambun seperti Adit.

“Cuma mimpi, Mir. Nggak usah dipikirkan,” ujar Adam.

“Mas, nanti kalau aku diajak pergi sama para cebol itu, aku titip si hitam, ya.” Amir meringis seraya menunjuk ke arah kucing hitamnya.

“Kamu ngomong apa, sih? Kamu nggak akan pergi jauh ke mana-mana. Lagian Mas Adam nggak mau piara kucing hitam ini, aku maunya yang putih aja hehehe.”

“Dih, Mas Adam penghinaan itu.”

Secara kebetulan kucing hitam itu langsung menggigit kaki Adam. Hal itu sontak saja membuat Amir tertawa.

“Hahaha, nih kucing tau juga ya lagi dihina terus balas dendam. Ya udah yuk kita ke kebun singkong!” ajak Adam.

Amir mengangguk, lalu menggandeng tangan kanan Adam dengan erat. Keduanya melangkah ke kebun singkong. Si kucing hitam pun turut serta mengikuti mereka.

...***...

Di rumah Karyo yang Adam dan kawan-kawan tempati, detik demi detik suara jarum jam dinding terdengar memecah kesunyian tengah malam di ruang kamar Adam. Pemuda itu terjaga, mengerjap sejenak, lalu melirik ke arah bulatan bergambar logo klub sepak bola Manchester United yang menunjukkan pukul dua dini hari. Mendadak saja rasa takut hinggap menyesakkan Adam kala itu.

"Kok, perasaan gue nggak enak, ya?" tanya Adam pada diri sendiri.

"Elu kenapa, Dam? Belum tidur Luh?” Sule yang baru saja dari kamar mandi dan hendak kembali tidur, menegur Adam.

“Kebangun gue, terus perasaan gue jadi nggak enak gini,” jawabnya.

“Elu rebus mie aja biar enak kayak si gendut tuh biasanya. Habis itu kan terus kenyang, tidur pules deh,” ucap Sule seraya tertawa.

“Gue nggak laper. Perasaan gue yang gak enak. Gak nyambung Luh!”

“Makanya enakin aja! Gue tidur duluan, ya!” Sule lalu terlelap begitu saja dan bahkan mulai mendengkur.

“Cepet banget tuh bocah tidurnya. Mana jadi sahut-sahutan ngoroknya bareng si Adit,” keluh Adam.

Pemuda itu jadi teringat dengan keris yang diberikan Mbah Buyut tadi. Adam turun dari ranjangnya, lalu meraih tas ransel yang terdapat keris tersebut. Terlihat ada cahaya berpendar dari keris tersebut, tetapi tak lama kemudian redup.

“Ada apa gerangan, ya? Apa yang bakalan terjadi? Apa gue telpon bunda aja, ya? Tapi, udah malam gini pasti bunda udah pules sama yanda,” gumam Adam bermonolog pada dirinya sendiri.

...***...

Sementara itu di rumah belakang Keluarga Hadinata, Ratu merasakan hal yang sama dengan Adam. Gadis itu tak kunjung jua bisa terlelap. Bahkan, ia harus bangkit karena mendengar suara ketukan di jendela kamarnya.

“Nggak mungkin bakal kejadian kayak aku nemuin tukang kebun waktu itu, kan?” gumam Ratu.

Namun, ketukan itu semakin kencang. Ratu bahkan sampai bisa melihat ada sosok manusia yang tengah berdiri di balik jendela tersebut dan membuat bayangan siluet di tirai jendelanya. Gadis itu memberanikan diri untuk bangkit.

Ratu melangkah pelan seraya mengulurkan tangannya menuju ke ujung tirai bermotif polkadot warna merah muda tersebut. Perlahan Ratu menariknya sampai ia dapat melihat siapa gerangan yang ada di depan jendelanya.

Ratu terperanjat kala menemukan sosok anak kecil yang tengah menatapnya dengan tatapan kosong dengan wajah yang pucat. Anak laki-laki berpakaian putih lusuh dengan celana pendek selutut itu berdiri tegak dan kaku. Tubuhnya terlihat membiru. Perlahan anak itu mendekap tubuhnya sendiri yang menggigil. Dia kedinginan.

“Duh, dia kan anaknya Pak Ardi. Namanya Amir, iya aku ingat namanya Amir. Kok, bisa jam dua pagi gini ada di sini?”

Ratu memberanikan diri untuk menyalakan lampu kamar lalu mencari ponselnya. Ia ingin menghubungi Siti saat itu juga. Akan tetapi saat Ratu berbalik untuk melihat kembali Amir, seutas tali terlempar dan menjerat leher anak itu.

“Amir! Tidak! Jangan seperti itu! Aku mohon jangan begitu!” pekik Ratu.

Anak itu langsung rebah dan pasrah. Tubuhnya tertarik oleh sesuatu di kejauhan, di kegelapan sana. Tiba-tiba, suara retakan tulang yang ngilu tercipta. Ratu semakin bergidik kala perlahan-lahan tubuh anak itu seperti terpisah sedikit demi sedikit dengan paksa. Ratu kini dapat melihat beberapa makhluk kerdil mulai bermunculan mendekati Amir.

“Tidak! Jangan lakukan itu! Kalian semua pergi!” Ratu berteriak dan mulai mencoba membuka pintu rumah belakang kala itu.

Namun, usahanya sia-sia. Pintu itu tak dapat terbuka dengan mudah, seolah-olah ada sihir yang membuatnya terkunci rapat. Ratu tak dapat keluar untuk menolong Amir. Gadis itu juga tak bisa menghubungi Siti. Ponsel di tangannya terjatuh kala gadis itu kembali ke jendela. Ratu sampai memukul jendela kamarnya berkali-kali. Ia ingin memecahkan kacanya agar bisa keluar menghampiri Amir.

“Aku mohon jangan lakukan itu! Tolong jangan bunuh dia!”

Ratu meratap, menangis pilu, dan memohon ampun pada para makhluk kerdil tersebut seraya memukul kaca jendela berkali-kali. Namun, kaca jendela tersebut tak kunjung pecah.

Salah satu makhluk kerdil menoleh ke arah Ratu. Ia bahkan menyeringai seraya mematahkan tangan Amir, mengelupas kulit tubuh anak itu dengan kuat.

Berawal dari bagian siku lalu mengarah sampai ujung jari-jemari. Darah segar milik anak malang itu menghujani wajah makhluk kerdil tersebut. Ratu bahkan dapat mencium aroma amis dan anyir yang membuatnya langsung mual. Seolah ia berada di dekat si korban. Para makhluk kerdil sampai mengusap wajah mereka yang kian basah. Sambil bersenandung yang entah kata-kata atau nyanyian apa yang mereka ucapkan dan tak dimengerti Ratu.

“HENTIKAN! AKU MOHON HENTIKAN!”

Ratu terus berteriak sekuat tenaga. Sampai akhirnya pemandangan menjijikkan di hadapannya hilang. Para sosok kerdil itu telah hilang bersama Amir. Semua kembali seperti semula seolah tidak terjadi apa pun.

Ratu mengusap air matanya. Akan tetapi, ia mulai menyadari kalau buliran bening yang baru saja ia seka, malah berwarna merah segar. Gadis itu menatap tak mengerti. Aroma anyir bahkan mulai tercium.

“Apa-apaan ini? Darah siapa ini?”

Gadis itu bangkit lalu melangkah menuju ke kamar mandi yang lampunya memang sengaja ia nyalakan. Gadis itu hendak mencuci tangannya. Namun, saat menatap ke arah cermin Ratu mulai berteriak. Wajah dan sekujur tubuhnya bersimbah darah.

“Aaaaaaaaaaaaaaaaaa!”

Akan tetapi, tak ada rasa sakit yang ia rasakan. Gadis itu mulai meraba tubuhnya sampai ia menyadari kalau cairan merah segar nan amis itu bukan miliknya.

“Dari mana ini? Darah siapa ini?”

Ratu hendak menyalakan keran pancuran di kamar mandi tersebut. Di waktu dini hari itu, ia tak peduli dengan rasa dingin yang mengalir dari pancuran tersebut. Ratu hanya ingin membersihkan diri saat itu tidak. Akan tetapi, sebelum ia beranjak membuka keran air pancuran, ia mendengar suara seorang anak kecil.

“Itu darahku, Kak.”

Ratu menoleh ke arah sosok anak laki-laki yang wajahnya ia kenal dan tiba-tiba saja berdiri di sudut kamar mandi.

“A-Amir?”

BRUG!

Ratu tak sadarkan diri kemudian. Ia tergeletak begitu saja di lantai.

...***********...

...To be continued…...

1
Zuhril Witanto
lanjut....
Zuhril Witanto
lanjut lah ....
Zuhril Witanto
kok gak pernah up thor
Zuhril Witanto
lanjut
Zuhril Witanto
up dong kak ...
Ainun Asya Rzky
/Cry//Cry/ kak ve.... kngeeeeen
.. novel2 horor kak ve... emang terbaik.... 👍👍
Zuhril Witanto
semangat up kak....
Zuhril Witanto
lanjut thor
Hati Yang Terkilan
si Ratu yg ngalami mimpi buruk...kok aku yg tegang gini../Facepalm//Facepalm/...

Salam Asli Sabahan.Malaysia😘😘
Hati Yang Terkilan
mohon maaf Thor...aku mo nanya gimana tu nasi kucing...kurang ngarti aku Thor...

Salam Asli Sabahan.Malaysia.😘😘😘😘
𝓿𝓪𝓷𝓲𝓪
semangat up nya kak vie
Bunda silvia
Bagus cuman nunggu up lama
Zuhril Witanto
lanjut
Zuhril Witanto
Karyo mencurigakan...
Mama Jasmine
ishhhh si karyo ganggu aja
rodiah
hadeuuuh mas karyo juga misterius itu...
Haryati
wih mas Karyo selalu muncul....curiga nih curuga
Mama Jasmine
mengerikan 😖😖😖
Haryati
haduh Adam hayoook cepat bertindak sebelum banyak korban lagi
Zuhril Witanto
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!