Married With My Ex

Setelah selesai makan malam dan mengobrol sebentar dengan sang ibu mertua, Jenni pun segera masuk ke dalam kamar. Mungkin karena rasa lelah yang masih tersisa membuat wanita itu lebih cepat mengantuk dan ingin cepat bertemu dengan kasur yang empuk. Kedua matanya benar-benar tidak bisa diajak kompromi, padahal dia merasa tidak enak meninggalkan Mama Helena yang mungkin masih ingin mengobrol dengannya.

Sedangkan Andrew sendiri masih ada di ruang kerja bersama dengan Papa Alex, sepertinya keduanya sedang membicarakan tentang pekerjaan. Dari yang Jenni dengan dari pembicaraan mereka di meja makan tadi, memang Andrew akan mulai bekerja di perusahaan keluarga Ratajasa yang bergerak di bidang properti. Ya wajar jika Andrew baru mulai bekerja karena suaminya itu baru menyelesaikan pendidikannya beberapa bulan yang lalu seperti dirinya.

Ceklek.

Jenni memasuki kamar dan melangkahkan kakinya menuju tempat tidur setelah memastikan pintu kamar itu tertutup dengan rapat. Dia mendudukkan tubuhnya di tepi tempat tidur di sisi kanan. Memang ada niat untuk tidur di sofa lagi, tapi pasti Andrew akan memindahkannya ke tempat tidur tanpa izin. Jadi lebih baik Jenni langsung saja mengambil posisi di tempat tidur agar tidak perlu repot-repot melakukan kontak fisik dengan suaminya itu.

" Mama sedang apa ya? " gumam Jenni melihat ke arah ponselnya.

Walaupun Mama Mercy sudah memberikan kabar jika sudah sampai dengan selamat di Singapura dan akan beristirahat, tetapi Jenni masih terus memikirkan ibunya itu. Mau menghubunginya lagi pun takut mengganggu, jadi Jenni hanya menghela napasnya panjang dan memilih untuk menunggu besok pagi saja.

Jenni meletakkan ponselnya di atas nakas dan matanya tidak sengaja menangkap sebuah bingkai foto yang berada di sana. Hatinya bergetar saat melihat foto yang kembali membuatnya teringat masa lalu. Di dalam foto itu terlihat Jenni sedang tersenyum dengan memeluk tubuh Andrew yang juga tersenyum sembari merangkul pundak kekasihnya itu.

" Ternyata dia masih menyimpan foto ini " batin Jenni meraih bingkai foto itu dan mengusapnya.

Tidak Jenni sangka jika Andrew masih menyimpan foto mereka berdua dan diletakan di tempat yang mudah sekali terlihat. Meskipun dia masih menyimpan semua kenangan dengan pria itu, tetapi Jenni sudah menyingkirkan ke tempat yang tersembunyi. Jenni benar-benar tidak menyadarinya tentang keberadaan foto itu karena dia langsung keluar dari kamar setelah selesai membersihkan diri dan mengganti pakaiannya.

" Sebenarnya apa yang terjadi sih, Ndrew? Kalau kamu tidak mengkhianati aku, lalu perempuan itu siapa? " ucap Jenni di dalam hati.

Jenni merasa sangat bingung karena semua yang dilihatnya dan sikap Andrew seperti menunjukkan jika pria itu masih sangat mencintainya. Hanya saja apa yang Jenni lihat empat tahun yang lalu itu juga sangat nyata. Ingin sekali Jenni mendengarkan penjelasan Andrew tetapi egonya selalu melarang dan menganggap apa yang ada di dalam pikirannya itu benar. Terlebih lagi Jenni juga takut jika saja penjelasan dari Andrew malah akan membuat hatinya semakin terluka.

" Jenni? Kamu melamun? " tegur Andrew yang membuat Jenni sangat terkejut.

Entah kapan pria itu datang dan duduk di sampingnya tetapi yang pasti Jenni tidak menyadari kehadirannya. Mungkin terlalu asik dengan pikirannya sendiri sehingga membuat Jenni tidak menghiraukan sekitarnya.

" Tidak " jawab Jenni dingin dan hanya melirik Andrew sebentar.

Jenni mengembalikan bingkai foto di tangannya ke tempat semula lalu segera bangkit dari duduknya. Dia harus menghindar dari Andrew karena pasti suaminya itu berpikir macam-macam karena melihatnya memegang foto mereka.

Grep.

Tubuh Jenni membeku dan serasa seperti tidak bisa bergerak saat Andrew memeluknya dari belakang. Ingin sekali menolak tapi lagi-lagi dia tidak bisa dan malah seperti ada yang menahannya untuk berada tetap di dalam pelukan sang suami.

" Jangan menolak, Jen. Izinkan aku memeluk kamu seperti ini supaya aku bisa merasakan ketenangan " pinta Andrew mempererat pelukannya.

Jenni pun hanya terdiam karena otak dan hatinya tidak bisa bekerja sama untuk saat ini. Otaknya selalu menolak dan menekankan diri untuk tidak menerima setiap sentuhan dari Andrew, tetapi hatinya merasa sangat nyaman berada di pelukan pria itu.

" Maaf. Sekali lagi maafkan aku yang sudah melukai hatimu, Jen. Aku berani bersumpah kalau aku tidak pernah mengkhianati kamu dan aku juga benar-benar sangat mencintai kamu " bisik Andrew tepat di telinga Jenni dengan suara serak.

" Aku tidak memaksa kamu untuk memaafkan aku, asal kamu tetap ada di sisi aku. Aku sulit hidup tanpa kamu dan empat tahun ini terasa sangat menyiksa. Aku akan menunggu kamu siap untuk mendengarkan penjelasan dari aku dan memaafkan semua kesalahan aku " lanjut Andrew begitu tulus.

Sebenarnya Jenni bisa merasakan ketulusan dan kesungguhan dari suaminya itu, tetapi entah mengapa dirinya masih menolak untuk itu semua. Mungkin luka hatinya terlalu dalam sehingga membuatnya begitu sulit menerima dan memaafkan Andrew, bahkan untuk mendengarkan penjelasannya pun enggan.

Jenni masih terdiam tapi tanpa sadar air matanya mengalir membasahi pipi. Rasa cinta memang masih ada tetapi semua itu tertutupi dengan rasa sakit dan benci yang tidak kalah besar.

" Sudah? Sekarang tolong lepaskan aku! Aku lelah dan ingin cepat tidur " ucap Jenni dengan sangat datar.

Jenni tidak ingin menunjukkan jika dirinya sedang menangis karena itu akan membuatnya terlihat lemah.

" Lima menit lagi, Jen. Please " ucap Andrew karena tentu belum puas memeluk wanita yang sangat dicintainya itu.

Jenni menghela napasnya panjang dan memberikan waktu sedikit lagi untuk Andrew memeluknya. Dia juga terlihat pasrah saat suaminya itu membenamkan wajahnya di ceruk lehernya.

" Awsh, ssttt " desis Jenni merasa sakit dan perih pada area lehernya.

Sudah pasti pelakunya adalah Andrew yang menggigit lehernya hingga menimbulkan rasa sakit dan perih itu.

" Andrew, apa yang kamu lakukan, hah? " ucap Jenni saat suaminya itu melakukan hal yang sama untuk kedua kalinya.

" Aku cuma ingin memberi tanda, Sayang. Supaya orang yang melihatnya tahu kalau kamu itu istri aku " jawab Andrew lalu mengangkat wajahnya dari ceruk leher sang istri.

Andrew juga melepaskan pelukannya karena batas waktu yang dia minta sudah habis. Kedua bibirnya menyunggingkan senyuman dan tidak sabar untuk memeluk Jenni lagi saat istrinya itu sudah tertidur nanti.

" Ishh, sakit sekali. Seperti drakula saja main gigit-gigit leher orang sembarangan " gerutu Jenni pelan tapi masih bisa didengar oleh Andrew.

Setelah itu, Jenni segera naik ke atas tempat tidur dan membaringkan tubuhnya membelakangi Andrew. Dia ingin segera tidur dan melupakan semua yang telah dia lalui hari ini yang cukup banyak menguras tenaga serta kewarasannya.

***

Mohon bantuan vote, like dan komentarnya ya 😊 Terima kasih 😊🙏 Tetap dukung saya ya 😘

Tolong follow akun NT saya " Gadis Taurus " ya 😘