NovelToon NovelToon
Sunflower

Sunflower

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Wa Yana

Menjadi diri sendiri bukanlah hal yang mudah bagi Sebagian orang bahkan untuk beberpa tidak menyadari dan mengenali dirinya seperti apa. Namun bagi Haikal menjadi diri sendiri adalah versi terbaik dalam hidup yang tidak menuntut diri untuk menjadi terbaik dimata orang lain atau menjadi pribadi yang di inginkan orang lain.
Namun entahlah kedepannya seperti apa, bukankah pikiran orang akan berubah sesuai dengan apa yang ditemukan ke depannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wa Yana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33. Ungkapan Haikal

“Gue pengen ngelakuin karena Gue suka” Jawab Haikal dengan enteng dan tentu saja membuat Gisel membulatkan matanya terkejut.

“Kakak bisa nggak sih kalau ngomong dipikir dulu” Kesal Gisel yang sudah tidak bisa” Gisel sebenarnya kesal dengan perasaanya yang menurutnya begitu murahan tersentuh dengan ucapan Haikal.

“Lu punya cowo?” Tanya Haikal dengan tatapan serius pada Gisel.

“Tiba-tiba banget sih” berusaha untuk tidak terkejut namun jantungnya tidak bisa berbohong.

“Sekarang Lu dengerin Gue baik-baik” Haikal menghadapkan tubuhnya pada Gisel dan menggenggam kedua tangannya.

“Gue nggak tahu perasaan Lu ke Gue gimana, Gue juga tidak begitu pandai dekati wanita, Tapi Gue yakin dengan perasaan Gue. Dan Gue mau Lu tahu kalau Gue akan ngejar Lu selama Lu nggak ada cowo” jelas Haikal dengan Panjang lebar dan tatapan mata yang meyakinkan.

Gisel belum bisa memberikan respon Ia masih menatap Haikal dengan tatapan bingung dan pastinya berusaha mengatur degup jantungnya yang sangat tidak ingin bersahabat dengannya.

“Lu nggak niat buat balas ucapan Gue gitu?” Tanya Haikal yang melihat Gisel hanya diam tanpa memberikan tanggapan.

“Gu..Gue….” Jawab Gisel dengan gugup dan berusaha mengatur kalimat apa yang ingin disampaikan.

“Udah, sekarang kita ke toko dulu, Gue nggak masalah kapanpun Lu mau jawab pertanyaan Gue” Haikal kembali fokus pada kemudi nya dan melajukan mobilnya menyusul mobil yang dikendarai Karin dan Jeno yang sudah jauh didepan.

.

“Rin…” Gisel menarik Karin keruang kerjanya menjauh dari Jeno dann Haikal yang ada di area taman.

“Kenapa Lu Gi?” Karin ikut panik melihat kegelisahan sahabatnya yang menurutnya tidak seperti biasanya.

Gisel memperhatikan Jeno dan Haikal yang fokus pada tanaman yang ada di taman tersebut melalui jendela ruangannya.

“Gue mau cerita sesuatu, tapi Lu harus janji jangan berisik okey” Gisel menaikkan jari kelingkingnya pada Karin agar berjanji padanya untuk tidak berisik.

“Okey” Jawab Karin dengan bingung dan ikut menautkan jarinya pada kelingking Gisel.

“Kak Haikal Rin…..” Gisel memanyunkan wajahnya dengan wajah merengek, Gisel akan seperti ini jika sudah tidak tahu harus berbuat apa.

“Kak Haikal kenapa Gi?, jangan bilang Dia jadiin Lu bahan balas dendam?” tanya Karin dengan wajah penuh tanya.

“Nggak lah, dugaan Lu klasik banget” kesal gisel yang melihat isi otak sahabatnya yang membuatnya kesal.

“Terus kenapa, Lu sih ceritanya setengah-setengah, Yah jadinya Gue gunain otak cerdas Gue lah buat nebak” Karin tersenyum dengan memperlihatkan deretan gigi rapinya.

“Kak Haikal ngungkapin perasaannya ke Gue, tapi masa di mobil sih nggak romantis banget” Gisel cemberut dengan menatap punggung Haikal yang dilihatnya melalui jendela.

“Lu seriusan…..” Gisel menutup mulutnya yang terbuka lebar karena terkejut “ Lu nggak bercanda kan?” Sambungnya lagi

“Emang Gue jelek banget sampai Lu nggak percaya kalau Kak Haikal suka sama Gue?” Gisel memicingkan matanya kesal dengan tanggapan Karin.

“Nggak gitu, soalnya Gue kira Kak Haikal belum move on sama mantannya, soalnya Gue dengar dari Jeno dia sampai mabuk berat pas terakhir mantannya masuk rumah sakit.

Gisel mengingat bagaimana Haikal yang begitu lemah dan tampak rapuh saat balik mengantar mantan kekasihnya yang pingsan di depan unit apartemennya.

“Tapi itu Kesimpulan Gue sih, Lu tahu kan giman otak Gue kalau menyimpulkan sesuatu suka nggak benar hehehehe” Karin merasa kuatir melihat raut wajah Gisel yang berubah.

“Gue juga nggak begitu yakin sama perasaan Gue sendiri” Gisel menundukkan kepalanya, entah kenapa hatinya sakit saat berupaya menyangkal perasaanya sendiri.

“Tapi Gue yakin sih kalau misalnya Kak Haikal udah move on, buktinya dia udah berani mengungkapkan perasaanya, iya kan?” Karin meyakinkan Gisel agar tidak langsung salah memahami Haikal.

Tok tok’ bunyi ketukan pintu dari luar ruangan Gisel.

“Mbak, diluar ada teman-temannya lagi, baru datang” ucap salah satu pekerja Gisel

“Oiya, ini udah selesai kok ngobrolnya” Jawab Gisel dengan lembut dan ramah pada karyawannya.

Gisel lalu mengajak Karin keluar dari ruangannya, Ia yakin yang datang saat ini adalah Nia dan juga Wina yang berencana menyusulnya ke toko bunga..

“Ya udah ke belakang yuk, di sana bagus buat tempat makan bareng nanti makannya dipesan aja” Gisel berencana mengajak mereka makan bersama untuk menagih traktiran Wina, namun Ia juga akan menambahkan karena saat ini ada jeno dan Haikal sebagai tambahan dan merupakan tamunya.

“Jigar sama Candra man?” Tanya Karin yang tidak melihat keduanya.

“Katanya nanti nyusul, mungkin bareng Kak Juan sama Kak Riza” ucap Wina dengan santai, baginya mentraktir sekampung pun belum bisa menguras uang kedua orang tuanya sehingga tidak masalah untuk menambah orang untuk di traktir.

“Lu mau traktir semua?” Tanya Gisel dengan ragu, Ia bahkan harus tetap menghemat walaupun sudah mempunyai usaha sendiri karena tidak ingin merepotkan kedua orang tuanya.

“Santai aja, Nyokap sama bokap Gue kerja biar Gue bisa senang-senang, lagian traktir orang bukan dosa kan, malah biar jadi pahala juga buat orang tua Gue nanti” Wina menjawab dengan senyum santai dan tampak acuh.

Ketiga temannya hanya menganggukkan kepalanya paham, namun Gisel paham bagaimana rasanya menjadi Wina tidak mendapat perhatian kedua orang tua yang begitu sibuk dengan pekerjaan, Ia pun juga seperti itu, namun Ia masih beruntung karena masih mempunyai kakak yang selalu peduli padanya, walaupun akhir-akhir ini kakaknya begitu sibuk.

“Ya udah, kita kebelakang aja, nanti tungguin sisanya datang terus pesan makan” ajak Gisel yang di iyakan ketiga temannya.

Mereka berjalan menuju tempat yang dimaksud Gisel yang berada ditengah taman. Gazebo yang bisa dipakai duduk lesehan, yang sengaja dibuat Gisel untuk beristirahat pekerjanya jika matahari begitu terik.

.

“Makasih yah Lu udah mau repot ngurusin Gue” Selin berucap dengan senyum tulusnya pada Riska yang memilih tinggal di rumah Selin untuk mengurusnya.

“Iya Lu santai aja, kaya sama siapa aja” Riska membalas senyum Riska dengan begitu tulusnya.

“Lu sempat ketemu Mark nggak saat di rumah sakit?” Tanya Selin pada Riska dengan hati-hati, Ia tahu sahabatnya itu sedang menghindari Mark.

“Ketemu, tapi Gue nggak ngomong banyak, soalnya Gue buru-buru keruangan Lu, lagian Gue nggak pengen aja” Riska menjawab dengan senyum tegar yang dibuat-buat.

“Gue minta maaf yah, hubungan Lu sama Mark jadi nggak baik gara-gara Gue” Selin memegang tangan Riska karena merasa bersalah.

“Udah, Lagian perasaan emang nggak bisa dipaksa kan?” Selin men jeda kalimatnya dengan menarik nafasnya pelan “Gue nggak mau Lu mikirin hal-hal yang bisa buat kesehatan Lu menurun” Riska menatap sendu sahabatnya yang kini tampak pucat.

“Ya udah sekarang Lu istirahat, Gue juga udah mau balik, ini udah larut banget, besok pagi Gue datang lagi okey” ucapnya sembari merapikan selimut yang ada ditubuh Selin dan membantu Selin berbaring.

Riska tidak sengaja melihat helaian rambut yang cukup banyak berada diatas bantal dan membuatnya meneteskan ari matanya.

Riska segera menghapus air matanya agar tidak diketahui Selin yang kin sudah menutup matanya atas perintahnya untuk segera istirahat.

‘Gue nggak akan biarin ada orang lain nyakitin Lu Sel, apalagi di sisa umur Lu’ Gumam Riska lalu mematikan berdiri dan mematikan lampu kamar Selin dan keluar.

.

Malam hari dengan lampu taman yang begitu cantik dan langit biru dengan taburan Bintang menambah Susana hangat muda mudi yang kini sedang menikmati hidangan yang ada dihadapan masing-masing.

“Wahh gila ini sih Gue suka banget berteman sama Lu” Candra berbicara dengan makanan yang masih penuh pada mulutnya.

“Lu kaya anak kecil banget sih” protes Jigar melihat kelakuan sahabatnya.

“Lu lebih mudah yah dari Gue, jadi nggak usah menggurui Gue” Protes Candra yang tidak terima Jigar yang selalu memperlakukannya seperi anak kecil.

“Udah mau mulai lagi Lu berdua, Kalau bertengkar pulangnya pada naik taksi aja” Ucap Riza mutlak yang membuat Jigar dan Candra diam dann hanya saling menatap dengan tatapan tajam masing-masing.

“Gue masih belum percaya tahu kalau Jigar sama candra tuh saling sayang, liat aja model nya kaya gitu” bisik Nia pada Karin yang ada disampingnya.

“Iya sih, Gue aja ragu, tapi kata Jeno emang mereka saling sayang, dan bakalan saling kuatir kalau ada salah satunya sakit” Balas Karin juga dengan berbisik.

“Kok Lu manggil Kak Jeno, Jeno doang?” Tanya Nia yang suaranya sedikit keras membuat atensi yang lainnya tertarik padanya.

“Ehh…” Karin menutup mulut Nia dan tersenyum kikuk.

“Gue yang mau kok, lagian emang Gue kakaknya dipanggil Kak gitu” Jawab Jeno membuat Karin bernafas lega karena pembelaan Jeno.

Mereka menatap Jeno yang berbicara serius sembari menguyah makanannya, Jeno yang merasa ditatap pun memperhatikan wajah mereka satu persatu lalu menelan makanan yang tersisa di mulutnya.

“Gue bakal jadi suaminya, masa dipanggil Kakak” Ucap Jeno membela dirinya dengan tatapan para sahabatnya.

“Iya emang nggak masalah kok, lagian itu anehnya pas awal doang lama-lama juga bakal biasa” bela Gisel yang tahu Karin masih sedikit sulit membiasakan panggilan barunya pada Jeno.

“Bisa dong Lu manggil gue Haikal doang?” Tanya Haikal dengan kerlingan matanya menggoda Gisel yang duduk dihadapannya.

“Aaaa…. Haikal sayang juga boleh” goda Candra Juan menambahkan…

“Sini Gue suapi pakai kaki ayam” ucap Jeno pada Haikal yang kini kesal karena sahabat-sahabatnya menggodanya.

Jangan ditanya bagaimana keadaan Gisel. Kini wajahnya sudah memerah karena godaan Haikal tersebut.

“Usaha dulu yah Kak Haikal”

1
ℨ𝔞𝔦𝔫𝔦 𝔞𝔫𝔴𝔞𝔯
orok gak tuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!