Setelah dikhianati sang kekasih, Embun pergi ke kota untuk membalas dendam. Dia berusaha merusak pernikahan mantan kekasihnya, dengan menjadi orang ketiga. Tapi rencanya gagal total saat Nathan, sang bos ditempatnya kerja tiba tiba menikahinya.
"Kenapa anda tiba-tiba memaksa menikahi saya?" Embun masih bingung saat dirinya dipaksa masuk ke dalam KUA.
"Agar kau tak lagi menjadi duri dalam pernikahan adikku," jawab Nathan datar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SAYA TAK PUNYA SIMPANAN
Cindy tersenyum miring menatap Embun. Meski sudah cukup lama mengenal karena mereka satu divisi dan kos ditempat yang sama, baru kali ini dia melihat Embun sehina ini. Mencium pipi bos, apa hal seperti itu bisa dianggap wajar?
Setelah skandalnya dengan Rama terkuak, bukannya insaf, tapi malah menggoda bos. Jadi ini rahasia Embun cepat naik jabatan.
"Ayo," Dimas menarik tangan Cindy karena kekasihnya itu masih bergeming. Keduanya lalu berjalan mendekati meja Nathan.
"Siang Pak," sapa Dimas yang langsung mengagetkan Nathan dan Embun yang masih sama sama bengong. Tentu saja karena Nathan masih syok karena ciuman dadakan itu. Jika dia sudah 2 kali nyosor, ini untuk pertama kalinya Embun menciumnya. Tak bisa dikatakan cium juga karena sebenarnya hanya mengecup. Tapi reaksi tubuhnya, sangatlah berlebihan.
Melihat ada Cindy, Embun jadi gelisah. Jangan-jangan temannya itu melihatnya mencium Nathan.
Embun baru menyadari jika ada sedikit bekas lipstiknya yang menempel dipipi Nathan. Dia memang baru makan sedikit, jadi lipstik dibibirnya belum 100 persen hilang. Dan sekarang, malah tertransfer kepipi Nathan.
Nathan, pria itu bingung saat semua orang memperhatikannya. Apa ada yang salah dengan dirinya?
"Maaf Pak, itu." Dimas menunjuk pipinya sendiri untuk memberitahu Nathan. Tapi Nathan malah salah tangkap.
"Kenapa pipimu, kamu sakit gigi?" tanya Nathan.
Tak mau Nathan malu, Embun mengambil tisu didalam tas miliknya lalu mengusap pipi pria itu.
Menjijikkan sekali si Embun. Dia bahkan tak malu melakukan itu didapanku dan Dimas.
Cindy sungguh tak habis pikir. Seorang Embun yang terlihat lugu, ternyata sorang suhu dalam hal merayu kaum adam.
Mata Nathan membola saat Embun menunjukkan noda lipstik pada tisu yang tadi dia pakai menyeka pipinya. Ternyata karena itu Dimas dan Cindy menatapnya. Astaga, memalukan sekali.
"Saya ketoilet dulu," pamit Nathan yang hendak membersihkan wajahnya.
Begitu Nathan pergi, Cindy langsung menyeringai menatap Embun. "Ternyata ini tiket ekspres kamu untuk naik jabatan? Pantesan dari staf biasa langsung naik jadi aspri. Dan gak tanggung tanggung, langsung 1 ruangan dengan bos," ledek Cindy. "Kamu bener-bener ya Mbun, murahan. Demi jabatan, apapun dihalalkan."
Dimas langsung melotot mendengar kekasihnya tak tanggung-tanggung memaki Embun.
"Ternyata gak hanya ngegoda Pak Rama, sama Pak Nathan pun kamu kegatelan." Ternyata Cindy masih belum puas mengeluarkan unek-uneknya. "Kalau di tempat umum saja berani nyium, apa kabar kalau didalam ruangan berdua?"
"Sayang, apa-apaan sih ngomong gitu," Dimas menyentak lengan Cindy sambil menatapnya tajam.
"Kamu kok malah nyalahin aku sih?" Cindy kesal, bukan mendukung, Dimas malah memarahinya. "Oh, jangan-jangan kamu juga suka sama nih ulet bulu?"
"Jaga omongan kamu," sentak Dimas dengan suara tertahan karena tak mau menimbulkan kegaduhan.
Embun hanya diam saja melihat sepasang kekasih yang sedang berdebat didepannya. Mau ngaku istrinya Nathan, nanti kalau Nathan gak mengakui, malah malu sendirikan. Jadi mending dia diam saja. Meski sebenarnya, dia sakit hati juga dikata-katain.
"Kamu tadi lihat sendirikan, Embun goda Pak Nathan. Dia nyium Pak Nathan loh Yang," ujar Cindy gemas. Kembali mengingatkan Dimas tentang hal menjijikkan yang baru mereka lihat. "Apa namanya kalau gak kegatelan jika kayak gitu," Cindy terus nyerocos ngatain Embun, sedang Dimas terus berusaha menghentikannya. Tapi bukannya menuruti kata-kata Dimas, Cindy malah makin menjadi-jadi, sampai sampai, Dimas berada diambang kesabarannya.
"Stop," teriak Dimas. Kali ini, dia tak peduli lagi meski beberapa orang melihat kearahnya. "Berhenti ngatain Bu Embun."
"Bu?" Cindy melongo. "Kamu manggil dia BU?" dia menunjuk kearah Embun. "Astaga Yang, sadar. Meski kalian sama-sama aspri, tapi kamu lebih senior. Jangan mau merendahkan diri padanya meski dia itu simpenan Pak Nathan."
"Simpanan? Saya gak punya simpanan." Ujar Nathan yang sempat mendengar sedikit ucapan Cindy.
Suara Nathan membuat tiga orang itu langsung menoleh kearahnya.
"Pak Nathan," Cindy tersenyum absurd, takut Nathan akan memarahinya. Dia terus menunduk, tak berani menatap Nathan yang kembali duduk ditempatnya.
"Gak mau duduk?" Nathan heran melihat Dimas dan Cindy yang masih berdiri sejak tadi, bahkan sampai dia kembali dari toilet.
Dimas meletakkan laptop dan map diatas meja. "Saya kesini hanya untuk menyerahkan ini saja Pak. Oh iya, ngomong-ngomong, kliennya belum datang?" Dimas melihat jam tanganya. Ini sudah sangat telat dari jam yang dijanjikan.
"Mereka sudah pergi," sahut Nathan sambil menikmati makanan penutupnya.
Cepat sekali meetingnya, batin Dimas. Tapi itu bukan masalah pokoknya, karena yang lebih penting, dia akan kena marah karena terlambat menyerahkan berkas.
"Maaf, saya terlambat," ujar Dimas penuh sesal.
"Bukan terlambat, tapi meetingnya batal."
"Batal," pekik Dimas. Kerjasama besar batal, tapi bosnya itu masih bisa menikmati makanan dengan lahap. Sepertinya ada yang salah.
"Duduklah, aku traktir kalian makan siang. Aku sedang senang hari ini."
Dimas makin syok lagi. Senang? batal kerjasama senang? Hanya ada dua kemungkinan, kalau tidak terjadi kerusakan sistem diotak bosnya itu, sudah pasti dia kerasukan. Kerasukan jin baik, sabar, dan sepertinya royal.
Cindy menatap Dimas, bingung mau duduk atau pergi saja. Tapi saat Dimas menarikkan kursi untuknya, dia segera duduk meski merasa kurang nyaman.
Nathan memanggil pelayan lalu menyuruh Dimas dan Cindy pesan apapun yang mereka mau. Bahkan kalau mau bungkus juga boleh.
"Kenapa belum habis juga, gak enak?" Nathan melihat Embun yang sejak tadi hanya diam sambil mengaduk aduk makannya. "Apa mau pesan yang lain?"
Embun hanya menyahut dengan gelengan.
Sikap Embun membuat Nathan heran. Bukankah berusan wanita itu terlihat senang, senyum-senyum sendiri bahkan sampai menciumnya. Lalu kenapa sekarang jadi diam seperti ini? Apa terjadi sesuatu saat dia tak ada tadi? Simpenan, dia ingat Cindy bilang dia punya simpanan. Apa mungkin diamnya Embun karena itu.
"Apa ada gosip kalau saya punya wanita simpanan?"
Cindy yang ditanya langsung gelagapan. Saat mengatai Embun, mulutnya lancar banget kayak jalan tol, tapi didepan Nathan, mendadak bibirnya kelu.
"Cindy bi_"
"Tolong maafkan Cindy, Bu," Dimas memotong ucapan Embun. Dia tak mau Embun sampai mengadukan Cindy pada Nathan. "Dia tak tahu makanya ngomong kayak tadi."
"Ngomong apa emang?" Nathan jadi penasaran. Dia menatap 3 orang yang berada satu meja dengannya, tapi semuanya bungkam.
Cindy meremat roknya. Dia gemetaran saat ini. Takut Embun mengadukannya. Saat ini, posisi Embun ada diatas angin, jadi bisa saja dia dipecat kalau diadukan.
Tiba-tiba, Embun ingin menantang Nathan. Ingin tahu apakah pria itu mau mengakuinya sebagai istri.
"Cindy bilang, aku simpenan kamu," ujar Embun.
"To-tolong maafkan Cindy, Bu. Cindy tak tahu apa-apa," Dimas berusaha membela Cindy.
"Dia mantan simpenannya Rama, bukan simpanan saya." Jawaban Nathan membuat Embun langsung memelototinya. Menyebalkan sekali, kenapa malah bilang seperti itu. Tadi aja berani mengakui, sekarang, giliran sama karyawan 1 kantor, gak berani. Dasar nyali tempe, maki Embun dalam hati. "Saya gak punya simpenan," lanjut Nathan. "Tapi punyanya istri," dia menoleh kearah Embun.
Ah, perasaan Embun jadi gak karuan. Melihat cara Nathan menatapnya, dia jadi baper.
"Istri?" Cindy mengerutkan kening. Kapan bosnya itu menikah?
"Embun istri saya."
"Hah!" Cindy hampir pingsan. Kalau boleh diberi 1 permintaan, dia bakal minta waktu diputar kembali. Menarik semua kata-kata kasar yang sempat dia ucapkan pada Embun, si istri bos.
/Grin/
🥳🥳🥳🥳
🤣🤣🤣🤣🤣
Nathan 🤣🤣🤣