Luka Cinta Tak Berobat

Bu Marni yang sedang membersihkan rumah melihat putra majikannya pulang dari sekolah dan masuk ke dalam rumah begitu terburu-buru. Aryan seperti melihat hantu ketika menatap mata ibu Aisyah. Rasa deg degan dalam hati dan dipenuhi rasa bersalah membuatnya tidak ingin bertemu dengan wanita paruh itu.

" Nak, Aryan." panggil Bu Marni menghampirinya.

Sontak Aryan tertegun sejenak mendengar suara itu. Beberapa hari ini ia terus menghindari wanita paruh tersebut namun saat ini suara itu sangat mengejutkannya.

Aryan terlihat kikuk melihat tatapan tajam Bu Marni. Aryan menatap tempat lain dan tidak berani memandang wajah wanita di depannya.

" Tatap bibi, Nak!" ucapnya.

Aryan masih bergeming dan menatap tempat kosong. Bu Marni memberanikan menyentuh wajah putra majikannya seolah mencari sebuah jawaban di sana.

" Kenapa kamu terlihat takut?" tanyanya penuh curiga.

Seketika Aryan menunduk masih belum berani menatapnya.

" Apa yang terjadi diantara kamu dan Aisyah?"tanya Bu Marni dengan suara bergetar.

Tubuh Aryan berdesir hebat mendengar pertanyaan itu. Bu Marni menelisik wajah tampan Aryan dan sengat jelas terlihat rasa takut di dalamnya.

" Katakan dengan jujur, Nak!" titahnya.

" A-aku tidak mengerti maksud, Bibi." elaknya.

" Benarkah?" bu Marni melihat kebohongan di wajah pemuda itu.

" Kamu yang menghamili, Aisyah?"

Pertanyaan itu sontak membuat Aryan menatap wanita paruh itu.

Aryan menggeleng kecil berusaha menutupi kebohongannya.

" Kamu yang menghamili Aisyah dan tidak ingin mengakuinya." ucapnya menahan tangisnya.

Seketika Aryan bersujud dan memeluk kaki Bu Marni.

" Aku minta maaf, Bi. Aryan hilaf waktu itu." ucapnya menahan getaran suaranya.

Aryan kini tidak bisa berbohong lagi di depan wanita paruh tersebut. Sepandai-pandainya ia menyembunyikan rahasia ini, tapi Bu Marni tidak bisa dibohongi.

Tangis Bu Marni pecah saat itu juga. Ingin rasanya menjerit mengingat kecerobohannya menjaga putrinya. Ia terlalu mempercayai Aryan hingga putrinya mengalami hal yang tidak diduga.

" Kenapa kamu tega melakukannya pada Aisyah? " ucapnya dengan mengguncang tubuh Aryan.

" Kalian seperti adik kakak, lantas kenapa kamu merusak masa depannya?" teriak Bu Marni dengan penuh emosional.

Aryan terdiam dan merasa sesak. Ia juga tidak menginginkan hal ini, karena cintanya pada seseorang. Malam itu merupakan malapetaka baginya

" Aisyah tidak berusaha mencegahku, Bi. Aisyah seolah sengaja memberiku kesempatan melakukan hal yang tidak aku inginkan." ucap Aryan seolah tidak merasa bersalah.

Sebuah tangan melayang di wajah Aryan, seketika tubuh itu membeku mendapat hadiah yang tidak diduga dari Bu Marni.

" Berani kamu berucap seperti itu?" ucapnya dengan menunjuk wajah Aryan.

Aryan memegang pipi yang terasa panas akibat tangan Bu Marni. Pemuda itu menatapnya dengan gigi gemelatuk menahan amarah yang membuncah dalam hati.

" Apa yang bibi lakukan padaku?" sahutnya dan tangannya kini masih memegang pipi yang terasa perih.

" Lantas kenapa kamu tidak mengatakan apa-apa padaku sebelumnya? Kamu sengaja, kan?"

Aryan berbalik menatapnya dengan nanar.

" Apa yang bibi inginkan?"tanyanya dengan wajah datar. Namun Bu Marni tidak peduli dengan wajah itu.

" Bertanggungjawab pada Aisyah !"titah Bu Marni.

Aryan tersenyum mengejek mendengar ucapan wanita paruh itu.

" Aku sudah menduganya bi. Ibu dan anak sama saja, ingin memanfaatkan keadaan," ucapnya dan Bu Marni mengerutkan kening bingung.

" Katakan yang sebenarnya, bibi tidak memahami yang kamu katakan. Karena aku adalah orang kampung kurang ilmu dan mudah dikelabui." ucapnya.

Sindiran yang diucapkan oleh Bu Marni seperti tamparan keras untuk Aryan.

Bu Marni dan Aryan saling bertatap menyiratkan makna masing-masing. Bu Marni tidak menyangka jika pemuda yang selalu dipujanya itu memiliki sikap yang tidak bertanggungjawab. Sangat berbeda dengan ayanya Tuan Abraham.

" Bi..bibi di mana? Tolongin sebentar

!" panggil Andini dari luar.

Dengan lincah tangannya menarik gagang pintu tersebut. Seketika Nandini heran melihat Bu Marni berada di kamar putranya.

" Bibi sedang apa di kamar, Aryan?" tanyanya.

Kini Nandini melihat putranya dibanjiri keringat dingin. Ia menghampiri putranya dengan penuh tanda tanya di benaknya.

Aryan menelan salipanya kasar ketika melihat sang mama menatapnya seperti mencurigainya.

" Nyonya, aku keluar dulu. Masih banyak pekerjaan yang belum selesai." ucapnya kemudian dengan tergesa-gesa ia keluar dari kamar tersebut.

Nandini menatap punggung Bu Marni yang semakin menjauh dari pandangannya. Kemudian mata itu berbalik menelisik wajah tampan putranya.

" Apa yang terjadi, Sayang?" tanyanya.

Aryan menggeleng cepat seperti tidak ada sesuatu yang terjadi.

Lalu kenapa bibi masuk menemuimu ? Bibi punya keperluan apa denganmu?" tanyanya begitu kepo pada putranya sendiri.

" Oh itu, bibi masuk dan memintaku untuk agar segera makan." ucapnya dan Nandini lega mendengar ucapan putranya. Ia mengira bahwa sesuatu terjadi diantara mereka.

Nandini keluar dari kamar tersebut meninggal putranya sendirian.

"Jika mama dan ayah tahu apa yang terjadi antara aku Aisyah, mereka pasti marah besar padaku.

***

Tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat. Siswa berseragam abu-abu kini bersiap-siap menghadapi ujian nasional.

" Sukses Aryan," ucap teman gangnya.

Aryan cuma tersenyum menanggapi ucapan teman-temanya.

Akhir-akhir ini tidak fokus dengan belajar karena sesuatu yang selalu menjanggal pikirannya.

" Assalamualaikum anak-anak." sapa guru sebelum membagikan soalnya

" Waalaikumsalam." jawab siswa serempak.

Guru tersebut memberikan beberapa nasihat pada siswa sebelum mengerjakan soal-soal ujian. Beberapa siswa yang lain merasa teganh menghadapi ujian tersebut. Wajar, karena hari pertama bagi mereka.

Sedangkan Aryan berusaha fokus meski harus memaksakannya. Aisyah selalu menghantui pikirannya. Apalagi Bu Marni, semenjak mengetahui bahwa putra majikannya sendiri yang menghamili putrinya, ia selalu mendesak Aryan untuk bertanggung jawab. Aryan adalah pria keras kepala hingga Bu Marni sulit untuk membujuknya. Hal tersebut membuat dirinya mendiami putra majikannya hingga saat ini.

"Yang sudah selesai silahkan dikumpulkan." ucap guru yang mengawasi kelas 3 IPA 2.

Beberapa siswa maju ke depan lalu memberikan hasil ujian tersebut begitu pula Aryan.

" Aryan, "panggil seorang guru padanya.

Aryan dan menghampiri gurunya.

" Ada apa, Bu?" sahutnya dengan ramah.

Guru tersebut memperhatikan wajah tampan milik muridnya tersebut.

" Kamu seperti tidak konsen dengan ujianmu, kenapa? Ada yang mengganggumu?" tanyanya kepo.

" Ah- tidak ada kok, Bu. Aku baik-baik saja. " ucapnya kemudian keluar dari ruangan tersebut.

Bu guru tertegun sejenak lalu berucap," aku mendengar kabar jika kepindahan Aisyah disebabkan karena dia hamil dengan pria yang tidak bertanggungjawab.

Ucapan tersebut membuat langkah Aryan berhenti seketika. Ia pun berbalik menatap ibu gurunya.

" Aku tidak tahu soal itu, Bu. " ucapnya kemudian pergi meninggalkan guru tersebut.

Ada rasa bersalah membuncah dalam pikirannya ketika mengingat momen kebersamaan mereka. Indah, yah... Aryan pun mengakui hal itu.

Tidak lama kemudian bel berbunyi tanda meraka sudah pulang. Siswa-siswa dengan bahagia menyambut kepulangan tersebut.

Aryan pulang dengan disambut Zahra yang sedang menunggunya sejak tadi.

Seketika wajah itu terlihat berbinar melihat wajah kekasihnya.

" Ada apa, Yan?" tanya Zahra yang melihat sang kekasih seperti memikirkan sesuatu.

" Tidak ada, kok. " ucapnya cepat.

Mereka berjalan dan pulang bersama. Tidak lama lagi pertunangan mereka dilaksanakan, hingga tidak perlu lagi untuk menyembunyikan hubungannya pada siapa pun.  Mereka dengan terang-terangan memperlihatkan kedekatannya satu sama lain.  Hal yang paling membahagiakan dan ditunggu oleh Zahra.

" Setelah ujian, kita jalan-jalan ya." ucap Zahra.

Hal itu membuat Aryan makin bahagia mendengarnya.

" Tentu, Sayang." jawabnya dengan sumringah.

Keduanya berjalan dan Aryan memegang lengan kekasihnya dengan kuat seakan takut untuk terpisahkan.