NovelToon NovelToon
Tuhan, Apa Salahku?

Tuhan, Apa Salahku?

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam / Pihak Ketiga / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:37.9k
Nilai: 5
Nama Author: Siti H

Anna, seorang wanita yang berjuang dari penderitaannya karena mendapatkan suami pemalas dan juga mertua yang membencinya serta istri dari ipar-iparnya yang selalu menghasut sang mertua untuk menciptakan kebencian padanya. siapakah Ana sebenarnya, bagaimana kisah masa lalunya, sehingga membuat ibu mertuanya begitu membencinya dan siapa dalang dari semua kebencian tersebut?

Bagaimana kelanjutannya, ikuti kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

sebelas

Ku bersihkan rumah. Sebenarnya hatiku sudah sakit akan semua perlakuan mereka padaku, namun aku masih menunggu bang Johan untuk dapat mengerti akan keinginanku.

Tak berselang lama, Mbak Fina datang ke rumah. Ku lihat ia mengabaikanku, dan memasuki gudang penyimpanan barang.

Praaaaank...

Terdengar suara benda terjatuh, namun aku berusaha untuk tidak perduli, aku sudah terlalu lelah.

Beberapa menit kemudian, ia keluar dengan membawa sebuah panci berukuran besar berbahan aluminium dan segera pergi tanpa menyapaku terlebih dahulu.

Aku kembali melanjutkan pekerjaanku, dan selesai sebelum hari beranjak siang.

Sekitar pukul 10 pagi, ku dengar suara deru mesin mobi memasuki halaman rumah. Ku tahu itu bang Johan. Ia memasuki kamar, dan ku ikuti dari belakang.

"Bang, apakah tak bisa kita pindah dari rumah ini? Aku sudah tak tahan untuk terus bersabar menghadapi sekua iparmu," ucapku padanya.

Ia hanya menatapku dengan tanpa ekspresi.

"Ada uangmu 5 ribu, minta abang dulu," ucapnya mengalihkan pembicaraanku.

Ku tarik nafasku dengan dalam. "Cari sendiri. Aku bosan kamu terus meminta uang. Tidakkah ibu memberimu sedikit saja, sekedar uang rokok!" sungutku, lalu meninggalkan kamar, berbicara pada bang Johan sama saja berbicara dengan patung, tidak ada solusinya.

Ingin rasanya ku pergi ke rumah Mbak Lisa. Namun aku segan jika harus bertandang setiap saat, sebab ia juga banyak pekerjaan.

Sesaat aku mengingat jika ada rumah kosong milik ayah mertuaku yang berjarak sekitar 200 meter dari rumah mbak Lisa dan letaknya dibagian belakang menuju perkebunan warga. Rumah itu sudah lama terbengkalai dan tidak ada yang menghuninya. Aku mencoba iseng menuju ke sana, dan ku tinggalkan bang Johan serta puteraku yang masih tertidur.

Aku berjalan melalui jalan potong, dan sengaja tidak mampir ke rumah mbak Lisa. Aku sangat penasaran dengan rumah tersebut.

Setelah beberpa menit berjalan, akhirnya aku tiba disana. Kosong dan sepi. Aku mencoba membuka pintunya, sebab tidak tergembok.

Kreeeeeek...

Ku buka pintu rumah berukuran 5mx5m yang terbuat dari semi permanen tersebut. Letaknya sedikit jauh dari pemukiman warga, namun aku tak perduli dan ku usir rasa takutku untuk semuanya.

Saat pintu ku buka, udara pengap langsung menyambutku, kecoa dan juga sarang laba-laba yang bergelantungan dilangit-langit rumah.

Lantai rumah yang hancur dan menyisakan sebagian semenisasinya saja menambah kesan horor padaku. Bahkan rumah ini belum ada listriknya.

Aku berfikir andai saja bang Johan mau ku ajak pindah kemari, tentu saja aku tak pusing menghadapi sikap mertuaku dan juga para menantunya yang lain.

Masalah listrik, aku memiliki tabungan selama setahun bekerja dengan mertuaku, dan itu sudah dapat memasukkan jaringan listrik.

Terlihat beberapa ekor tikus berlarian ke sana ke mari, dan ada satu gundukan tanah yang meninggi dan aku yakin itu adalah sarang anai-anai.

Aku mendenguskan nafas beratku. Aku tau jika tinggal disini sangat mengerikan, sebab rumah itu yang paling jauh dari rumah warga lainnya, namun aku sepertinya harus terbiasa, sebab bagiku ini belum seberapa dan lebih horor tinggal seatap dengan mereka semua.

Entah mengapa hatiku ingin membersihkan rumah itu. Lalu ku ambil penyapu yang sudah usang dan ku bersihkan sarang laba-laba itu. Lalu ku sapu dinding dan juga lantainya, namun masih membiarkan sarang anai-anai tersebut, sebab aku masih takut.

Hampir empat jam lamanya aku membersihkan rumah tersebut, dan setelah merasa cukup, aku kembali menutupnya dan bergegas pulang.

Setibanya dirumah. Ku lihat bang Johan menatapku dengan.penuh tanda tanya. "Darimana saja kamu? Apa kamu menemui Uci?" tanyanya dengan penuh selidik.

Aku tak menyahut. Aku masih lelah karena baru saja membersihkan rumah kosong itu.

"Mengapa diam! Kamu kemana sejak tadi? Apakah kamu menemui Uci!" ucapnya mulai dengan nada tinggi.

Aku tau dia tak suka jika aku masih bergaul dan menemui wanita yang bertubuh gempal itu. "Aku ke rumah mbak Lisa!" sahutku malas, lalu menuju kamar untuk membersihkan diri.

Mendengar aku menyebut nama wanita yang pernah menjadi tetangga saat aku dan bang Johan pernah mengontrak rumah, ia terdiam dan tidak lagi bertanya. Sebab ia tahu seperti apa mbak Lisa yang menjadi temanku itu.

Ku basuh kaki dan tanganku yang berdebu dengan air dan bergegas keluar. Ku dengar anak pertamaku menangis mencariku, dan memanggilnya untuk memberitahu jika aku sedang berada dikamar mandi. Saat mendengar suraku, ia menjadi tenang.

Ku kembali keluar dari kamar mandi. Saat bersamaan, ku lihat mbak Fina kembali datang. Ia memasuki gudang tanpa menyapaku, seolah aku ini adalah patung yang tidak dapat berbicara.

Ia terlihat sangat sibuk dan entah barang apalagi yang sudah diambilnya sejak pagi tadi.

Sesaat aku teringat benda pipih milikku dan bergegas aku merogoh saku celanaku, lalu ku rekam menggunakan video untuk mewanti-wanti jika saja ada barang yang hilang dan aku yang dituduh, maka aku memiliki bukti untuk itu. Sebab ia sejak pagi tadi berulang kali memasuki gudang.

Ku cari posisi yang tersembunyi. Ku rekam ke arah pintu gudang. Lalu terlihat ia keluar dengan membawa sebuah kotak dengan tumpukan piring kaca didalamnya, sedangkan saat itu ia juga sudah membawanya. Ternyata jiwa tamak dan serakah menguasai dirinya. Aku tertawa dalam hatiku, sebab ibu mertuaku belum saja meninggal, ia sudah terlebih dahulu mengamankan barang-barang tersebut.

Aku tak dapat membayangkan jika saja Wita mengetahui hal.ini, maka akan sangat tidak mungkin ia juga akan membawa hal yang sama, sungguh persaingan yang sangat ketat.

Ku lihat ia sudah pergi, dan aku menggelengkan kepalaku, sungguh sangat menggelikan.

******

Hari menjelang sore. Tampak Wita dan ibu mertuaku sudah kembali dari kantin. Wita terlihat sumringah, ku lirik tas selempang miliknya yang terlihat sedikit menggembung, dan aku dapat menebak jika hari ini ia dapat mengumpulkan sejumlah uang untuk dirinya dari hasil korupsi penjualan.

Sementara itu, Rumi-ibu mertuaku memasuki kamar tanpa menyapaku. Wajahnya masih tak senang terhadapku, dan aku belum tau apa masalahnya yang membuat ia semasam itu padaku.

Tak berselang lama, Irfan sang adik iparku yang bungsu berlari masuk ke dalam rumah dengan tergesa-gesa dan wajahnya sangat memucat. Dari arah luar, ku lihat bang Johan menghampirinya dan tanpa terduga, ia melayangkan tinjunya pada sang adiknya.

Buuuuugh...

Satu tinju berhasil mendarat diwajahnya, tepat dipelipis matanya, hingga membuat lebam yang cukup parah.

"Aaaaarrg....," pekik Irfan menahan sakit dan tersungkur dilantai.

Mendengar suara keributan, ibu mertuaku keluar dari kamarnya dan berusaha untuk melerai pertikaian yang terjadi.

Aku masih belum tahu apa duduk permasalahannya dan ku lihat wajah bang Johan sangat marah.

1
Heri Wibowo
lanjut
Andini Andana
emang harus dikasi sakit dulu ya, baru sadar Bu Rumi 😋 waktu sehat hati nurani mati, nanti mau mati beneran baru hati nya terbuka /Sweat/
Andini Andana
udah Wita suruh gantiin aja tuh nyapu pantai kalau masih maksa juga suruh jenguk ibu nya 😋
❤Lembayung Jingga❤: yang ada dia nyerobot kerja si Anna🤣
total 1 replies
Wanita Aries
Nah lho baru kliatan nnti mana menantu yg tulus ma modus
Upik Sampang
sudah sadar belum Bu Rumi,,siapa menantu yg baik dan tulus,.siapa yg cuma mau duitmu aja..
Meli Anja
lanjut kak..karma mulai datang buat bu rumi nikmati bu...biar bisa tau mana anak dan.menantu yang tulus atau mau dekat saat sehat dan banyak uang aja..
Nurgusnawati Nunung
Johan begitu sayang sama ibunya. padahal sikap ibunya selalu berbeda dengan anak yang lain. semangat thor, lanjut
yamink oi
up maning kak
Ai Emy Ningrum: siyap /Good//Good/
total 1 replies
Parno Parno
astaghfirullah ujiannya begitu berat, semoga bisa bahagia bersama keluarga mu ya Anna.....
Ira Sulastri
Ana lebih baik kamu cari kerjaan lain misal punya hp kerja online gitu, untuk masalah bantuin keluarga suami kamu lebih minta untuk bantu masak dirumah saja atau sekali2 ga usah ikut ke kantin coba mertua kamu ada ngeluh kehilangan uang LG ga dan untuk suami sampah kamu tinggalkan saja. Mmg dr awal kenal ga tau kl suami kamu itu selain pemalas jg pengangguran, perkenalannya bagaimana
Heri Wibowo
mana 3 anak lakilaki lainnya, apa enggak bisa bergantian menjaga ibunya di rumah sakit, kenapa harus Johan terus.
Meli Anja
sabar ana..lanjut kak
Ira Sulastri
Ana, kl mmg mertua bersikap pilih kasih lebih baik kamu sekali2 menguji dg ga ikut ke kantin. Cukup masak dirumah aja, dan lihat ada kehilangan LG ga
Untuk suami kamu itu mmg dr awal ga tau kl tuh orang pemalas dan pengangguran, buang aja suami seperti itu
Kelly Lim
bagus banget,tapi sayang lama updatenya
Ira Sulastri
Baru mulai baca tp sdh mulai gregetan, Ana lain kali kl mmg sdh tau tabiat atau kebiasaan saudara ipar ga bener begitu kl selesai masak pisahkan dlm tempat atau kantong plastik untuk dirimu sendiri. Harus belajar tegas dan jangan mau di tindas
🙂nana banja😊
lanjut
muthia
ingat dulu waktu kecil bs makan enak klau ada keluarga menikah, makan ayam 2x setahun
V3
yaa Allah ... ingin makan ayam ja Alif harus ngumpulin botol-botol bekas dulu ,, sabar yaa Nak ,, smg Indah pd waktunya 🤲
Baek chanhun
sampai kapan Johan jadi tumbal
Heri Wibowo
alif anak yang hebat.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!