Azalea Safira tidak pernah menyangka bahwa ia akan terikat oleh pesona Kevin. Boss arogan, angkuh dan menyebalkan.
Awalnya, hubungan mereka hanya sebatas atasan dan asisten pribadi saja. Tanpa Kevin sadari, ia mulai bergantung pada asisten pribadinya itu.
Kevin pikir, selama bersama dengan Safira setiap hari, itu sudah cukup. Namun, siapa sangka kisahnya tidak berjalan sesuai rencana.
Akankah Kevin berhasil mendapatkan hati Safira? Mengingat sikap Kevin yang selalu seenaknya sendiri padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meyda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 20
Keesokan harinya...
Kevin sudah berada di kantor. Tak seperti biasanya, pagi ini Kevin nampak bersemangat. Bangun dan melakukan apapun sendirian tanpa bantuan Safira.
Hanya saja, ada yang berbeda dari raut wajahnya.
Dingin dan datar.
Beberapa karyawan kantor yang berpapasan dengan Kevin, tidak ada yang berani menyapanya.
Mereka memilih diam dna menganggap kalau mood atasannya sedang tidak baik-baik saja.
"Apa anda ada di dalam, Pak?" suara pintu diketuk beberapa kali lalu disusul oleh suara seseorang di balik sana, membuat Kevin menoleh sekilas lalu kembali fokus pada layar laptopnya.
"Saya mencari anda tadi pagi. Tapi, nyonya Violet bilang anda sudah berangkat lebih dulu. Kenapa anda tidak menunggu saya?" ucap Safira lagi. Jujur saja, saat ini Safira di selimuti rasa tidak enak hati.
Semenjak kejadian semalam, Kevin mendiamkannya. Kevin yang biasanya pagi-pagi sekali minta di bangunkan, diusap-usap kepalanya sebentar, pagi ini tidak.
Kevin sudah lebih dulu bangun sebelum Safira datang.
Pakaian kerja yang sudah Safira siapkan bahkan ditolak mentah-mentah oleh Kevin. Padahal, sebelumnya Kevin tidak pernah mau memakai setelan yang bukan pilihan Safira.
Ada apa dengan bos arogannya ini?
"Bolehkah saya masuk?"
"Hmm." hanya itu jawaban yang keluar dari bibir Kevin.
Mendapatkan izin dari Kevin, wanita itu bergegas masuk ke dalam. Dan kini berdiri tepat di hadapan sang bos.
Seperti biasa, Safira selalu nampak cantik dengan balutan kemeja putih dan rok span hitam. Tak lupa kacamata yang selalu bertengger di hidung mancungnya.
Jika dulu, Kevin akan terpesona dengan hati berbunga-bunga, tidak sekarang.
Semua impiannya hancur, harapannya menikah dengan wanita itu Kevin kubur dalam-dalam.
Setelah mendapatkan penolakan dari Safira, Kevin memutuskan untuk tidak lagi memaksakan cintanya. Kevin akan menerima semua keputusan Safira.
Ia berharap, Safira bahagia dengan pria pilihannya.
"Ada apa?" tanya Kevin datar tanpa menoleh sedikitpun ke arah Safira.
Safira berdehem pelan sembari mengeluarkan kotak bekal dari paper bag. "Saya membawakan anda sarapan pagi. Ini makanan kesukaan anda dan saya sendiri yang—"
"Aku sudah makan," sahut Kevin cepat. Ia memang sudah sarapan.
Sebelum menuju ke kantor, Kevin mampir dulu untuk membeli makanan cepat saji yang dijual di minimarket.
"Sudah? Tapi nyonya Violet bilang anda belum—"
"Kamu pikir aku berbohong?" Kevin lagi-lagi memotong ucapan Safira.
Ia tidak akan membiarkan wanita itu kembali menguasai dirinya. Sudah cukup, selama ini Kevin bergantung padanya.
"Lihat itu!" seru Kevin menunjuk beberapa makanan yang tergeletak di atas meja tak jauh dari Safira. "Mau bukti lagi?" lalu ia menyentuh perutnya dan mengusapnya pelan.
Safira menggeleng. Sialnya, bibirnya seakan kelu untuk berucap bahkan untuk membalas ucapan Kevin.
Ada apa dengan Kevin? Kenapa sikapnya begitu dingin? Apa dia berbuat kesalahan?
Safira merasa Kevin yang ada di hadapannya sekarang, berbeda dengan Kevin yang sebelumnya.
"Mau apalagi?" pertanyaan Kevin berhasil membuat Safira tersentak kaget.
"Kalau kamu ingin membahas tentang jadwal meeting dan lainnya, kamu tidak perlu khawatir. Akan ada yang menggantikan mu untuk sementara. Jadi, kamu bisa fokus dengan pertunanganmu," ucap Kevin lagi.
"Menggantikan saya? Maksud anda?" jantung Safira berdebar kencang, bukan karena ia sedang jatuh cinta, melainkan penasaran dengan jawaban yang aman Kevin ucapkan.
"Masuk!" titah Kevin pada seseorang yang berada di luar.
Kedua bola mata Safira membulat sempurna melihat sosok sahabat kecil sekaligus musuh bebuyutannya di kantor berjalan masuk dengan begitu angkuhnya. Melewati Safira dengan satu gelas kopi ditangan.
"B—bunga?" lirih Safira.
"Ini kopi anda, Pak. Silahkan di minum," ucap Bunga dengan nada begitu manis dan sedikit centil. Itu membuat Safira muak.
Lalu sejak kapan Kevin minum kopi? Bukankah dia memiliki asam lambung?
"Dia yang akan menghandle pekerjaanmu untuk sementara," ucap Kevin sembari menyesap kopi panasnya.
"Anda tidak minum kopi, Pak! Tolong, jangan sampai asam lambung anda kambuh dan membuat saya—"
"Kerepotan?" sahut Bunga menatap sinis Kevin. "Sekarang sudah ada aku, Fira. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan pak Kevin. Bukan begitu?"
Kevin tak bergeming. Namun, dari diamnya Kevin itu sudah menunjukkan kalau Kevin setuju dengan jawaban Bunga.
"Baiklah kalau begitu, saya permisi." Safira membungkukkan sekilas badannya sebelum benar-benar pergi dan meninggalkan ruangan itu.
"Anda ingin yang lain, Pak?"
Prang!
Secangkir kopi yang ada ditangan Kevin, terhempas begitu saja ke lantai hingga hancur berkeping-keping.
Bunga yang sejak tadi berada disampingnya, mengusap dadanya naik turun.
"Bersihkan!" titahnya.
"B—baik, Pak." tanpa protes dan bertanya macam-macam, Bunga segera melakukan apa yang Kevin perintahkan padanya.
"Sialan! Mereka yang bertengkar aku yang kena getahnya," umpat Bunga dalam hati.
kok udah end aja????????
tetap semangat jangan patah semangat!! 🤗