Muara Cinta

"Ra.." keluar dari ruang rawat Gia, Andara segera dihampiri oleh Andri dan di tarik laki-laki itu menjauh dari kerumunan orang.

"Kita butuh bicara, Ra." ujar Andri melanjutkan.

" Rasanya semua sudah selesai, fokus saja pada kesehatan Gia," Andara dengan cepat menggeleng menolak untuk bicara dengan Andri.

"Hanya kamu wanita spesial yang saya punya, Ra."

"Kamu juga menikahi Gia. Apa kamu nggak menganggap dia spesial? Sana urus dia dan calon anak kalian!" Andara membuang muka dengan perasaan marah yang kembali bangkit menyeruak di hatinya.

"Saya nggak mau dia Ra! Saya cuma berusaha tanggung jawab! Berapa kali harus saya katakan bahwa saya hanya mencintai kamu!"

"Sudah nggak penting." ucap Andara dengan nada tenang.

"Kamu harus tahu, Ra. Setelah memutuskan untuk menikahi kamu! Sejak saya memutuskan untuk menjalani dan memulai kehidupan baru bersama kamu, saya sudah menutup pintu hati saya untuk perempuan lain. Semua yang terjadi bukan karena kesalahanku Ra!"

Hampir saja Andara melemparkan makian pada Andri, namun ia urungkan karena Andara menangkap di kedua mata Andri adalah sebuah kejujuran.

"Tidakkah kamu merasa bahwa kamu spesial di hati saya, Ra. Mas memang menikahinya karena tanggung jawab, tapi tetap kamu wanita yang paling berarti di hidup saya, kamu wanita yang spesial di hati saya. Kamu yang saya inginkan menjadi ibu dari anak-anak saya Ra!"

"Kamu menganggap aku spesial karena aku berani berkorban habis-habisan untukmu kan? Aku berharap bahwa rasa spesial yang kamu rasakan itu bukan cuma karena rasa kasihan padaku." Andara kembali memprovokasi Andri, tanpa mengurai informasi semuanya Andara sudah tahu alasan di balik pernikahan kedua suaminya. Andara hanya ingin Andrian tahu apa yang selama ini mengendap di hatinya.

"Kamu sungguh beranggapan seperti itu? Kamu terlalu menganggap remeh perasaan saya, kamu yang sebenarnya tidak pernah yakin dan percaya sama perasaan saya ke kamu!" Andri mengusap wajahnya kasar.

"Pikiran kamu penuh akan Gia! Saya setia sama kamu, Ra. Walaupun pada kenyataannya saya tidak terbuka sama kamu, tapi tidak pernah sekalipun saya berniat menduakan kamu, meninggalkan kamu. Tidak pernah, Ra! Tidak pernah!"

"Saya akui saya salah, Ra. Saya akui saya yang memulai semua ini dengan tidak jujur tentang pernikahan kedua saya sebagai wujud tanggung jawab. Saya yang salah, saya! Saya melakukan itu semata-mata agar kamu tidak terluka, tapi saya tidak menyangka bahwa akan berakhir seperti ini Ra. Saya tidak pernah berharap kita berakhir."

"Saya cinta sama kamu, selama kita menikah, selama kita bersama, yang saya cinta hanya kamu. 8 tahun kita bersama Ra, dan berpisah dari kamu membuat saya gila!"

Air mata sudah mengalir di pipi Andri, sungguh butuh energi dan keberanian besar untuk mengungkapkan semua perasaannya.

"Mas, apa kamu lupa? Kisah aku dan kamu sudah usai " Andara tidak menangis, wanita itu tampak tegar.

"Semua sudah terlambat, Mas."

Mereka kembali diam.

"Kamu sangat terluka karena kebohongan ku, Ra?"

Andara tertawa kecil.

"Aku sudah mati rasa, Mas."

Jelas itu bohong. Andara memang selama ini berusaha untuk bersikap tidak peduli. Namun Andara jelas menyimpan luka dan kecewa yang mendalam hingga memilih untuk mengeraskan hatinya.

Andara berusaha untuk menjauhi dari segala hal yang bisa melukai hatinya. Tapi di satu sisi Andara lagi-lagi menyadari masih seorang wanita biasa yang berusaha bertahan dan mempertahankan posisinya sebagai seorang istri sah.

"Syukurlah kalau akhirnya kamu tahu diri dan memilih pergi dari hidup Andri." sosok wanita paruh baya yang tak lain mama andri tiba-tiba datang dan langsung menyerang Andara dengan kata-kata kasarnya.

Andara tidak ingin lagi mencampuri apapun urusan Andri. Entah itu urusan dengan keluarganya, urusan bisnis ataupun urusan hubungan lelaki itu dengan istri sirinya.

Andara sudah menyerah sejak satu tahun terakhir. Di hari ia menemukan bahwa Andri telah menikah lagi, Sejak saat itu Andara mulai memutuskan untuk menghilangkan rasa peduli pada apa yang dilakukan suaminya di luar sana. Secara perlahan. Karena Andara sangat- sangat mencintai lelaki itu.

Ibu Andri memang lancang sekali, Ia sengaja membongkar hubungan yang disembunyikan putranya di hadapan Andara. Wanita paruh baya itu seperti ingin sekali memancing emosi Andara. Tapi sayangnya Andara tidak pernah terpancing.

Mama Andri mungkin saja ingin melihat Andara gila karena mendapati Andri menyelingkuhinya dengan wanita yang kastanya lebih tinggi. Tapi sayang hal tersebut tidak pernah terwujud. Andara malah terlihat tidak peduli dengan hubungan mereka, wanita itu pandai menyimpan luka, Andara hanya butuh waktu untuk menyingkir dan hal itu kini sudah terwujud.

Andara tidak repot-repot merespon ucapan ibu Andri alias mantan mama mertuanya. Andara pergi meninggalkan Andri dan mama nya yang tengah terlibat perdebatan, Bisa Andara dengar jika Andri menegur mamanya agar tidak mengatainya yang bukan-bukan. Tapi bagi Andara semua sudah tiada guna, sosok-sosok itu kini sudah menjadi masa lalu. Andara ingin fokus melihat ke depan untuk menyongsong masa depan tanpa lagi menengok ke belakang.

Biarkan, cintanya pada lelaki itu usang dengan sendirinya, bangunan kokoh saja akan rapuh dimakan usia, Andara hanya perlu berdamai dengan diri sendiri.

"Ara!" Andara ajak kaget melihat dokter Farazt sudah berjalan disampingnya.

"Dokter?"

"Dewa minta maaf, dia tidak bisa mengantarmu karena ada hal darurat, jika tidak keberatan kamu bisa pulang dengan saya."

Eh?

"Ah, kalau begitu saya pesan ojek aja, dok." tolak Andara sopan.

"Udah malem Ra, tadi juga Dewa menitipkan kamu sama saya."

Bohong, mana berani Dewa main nitip aja, disini jelas Farazt yang mengatakan pada Dewa jika dia perlu bicara dengan Andara, meski Dewa terlihat keberatan, dengan segala kepintaran Farazt. Izin itu akhirnya diberikan.

Keterkejutan di wajah Andara sangat menghibur dokter Farazt, lelaki itu tidak bisa berhenti tersenyum saat melihat raut linglung wanita disampingnya.

Pada akhirnya, Andara setuju pulang bersama dokter Farazt.

...****************...

Andri terlalu banyak minum. Dia menangis, meraung, mengatakan hal-hal aneh mengenai penyesalannya pada Andara.

"Saya menyesal, Ra.! Saya menyesal!" kembali kata-kata itu yang didengar oleh mama Andri.

Melihat keadaan Andri keluarganya hanya bisa menghela nafas panjang.

Ini kali pertama Andri mabuk, dalam keadaan yang aneh seperti malam ini. Andri meracau mengenai penyesalan, meminta maaf ribuan kali dengan mata terpejam dan terus menyebut nama Andara.

"Apa kakak akan baik-baik saja, ma?" adik Andri mulai khawatir.

"Kenapa dia malah minum sih? Harusnya Andri berada di rumah sakit untuk menemani Gia " sesal mamanya.

"Andri sebelumnya tidak pernah seperti ini, ma. Ayah khawatir Andri akan depresi." ujar ayahnya yang berusaha memapah tubuh Andri.

Tidak ada komentar apapun dari mama Andri, wanita itu malah sibuk mencari alasan untuk ia sampaikan ke Gia soal ketidak hadiran Andri menemani istrinya itu.

"Aduh, aku harus ngomong apa sama Gia?" gumamnya lirih.