NovelToon NovelToon
Takdir Cinta

Takdir Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Cinta Murni / Ibu Mertua Kejam / Pihak Ketiga
Popularitas:9.1k
Nilai: 5
Nama Author: Sweet'Candy

"Bawa foto ini, dan temui seseorang dialamat ini! Saat kau melihatnya nanti, tunjukan foto masa kecilmu itu maka dia akan mengenalimu dengan mudah! ingatlah Sayang, dia yang akan menjaga dan menyayangimu persis seperti mama dan papa. Hiduplah bersamanya dengan segala sikap dan sifat baikmu, jangan pernah kecewakan dia!"

Itu adalah pesan terakhir mama sebelum meninggal!! Kehidupan Metta berubah sepeninggal kedua orang tuanya, Metta amat disayang dan dicintai oleh Levin. Namun, Metta amat dibenci oleh Monica yang tak lain adalah mamanya Levin.

Akan seperti apa Metta menjalani dan melewati setiap luka dan bahagia disetiap detiknya, jika ketika ingin menyerah, wasiat sang mama terus saja memaksanya untuk bertahan!



Yuk simak dan tinggalkan jejak manisnya ya Readers 💞

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sweet'Candy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Itu Bagus!

Empat jam waktu yang telah dihabiskan Metta dan Levin untuk persiapan, Metta sudah kesal dengan semua aturan yang dibuat Levin hanya untuk bertemu dengan ibunya itu. Setelah dari rumah Metta, Levin membawa Metta ke Salon, padahal Metta merasa tampilannya sudah cukup baik untuk bertemu seseorang.

"Terimakasih ya, Kak," ucap Metta hormat pada karyawati Salon tersebut.

"Sama-sama, semoga keluarganya suka dengan hasilnya!"

Metta hanya tersenyum singkat mendengarnya, memang kenapa dengan tampilan Metta yang sebelumnya. Ini terasa sangat menjengkelkan, kalau memang Metta tak sesuai dengan keinginan mereka, untuk apa juga memaksakan.

"Lalu apa lagi sekarang?" tanya Metta.

Levin perlahan bangkit dari duduknya, melihat Metta saat ini sungguh membuat Levin merasa terkejut. Cantik, itulah yang terlihat saat ini, bagaimana bisa secantik itu. Wajah yang dibuat merona, rambut panjang tergerai dengan kepangan kecil dikedua sisinya dan diikatkan di belakang, lengkap dengan jepitan bulat kecil disepanjang garis kepangnya.

"Ini bagus menurutmu?"

Levin tak bergeming, wajah pucat menyedihkan itu kini telah nampak sempurna dengan keindahannya itu.

"Apa kamu mendadak bisu?"

"Cantik! kamu cantik seperti ini, bukankah ini bagus dari pada hanya cepolan buatanmu tadi?"

Metta mengernyit, apa maksudnya perkataan itu. Sejak dulu Metta tidak suka dihias-hias seperti saat ini, bisakah Levin mengikuti Metta yang sederhana saja?

"Aku memilihkan kamu pakaian yang bagus, bukan?"

Metta melihat dirinya sendiri, dress pendek warna cokelat, tanpa lengan hanya ada tali kecil saja dikedua pundaknya. Sepatu balet yang juga warna cokelat dan tas lengan yang juga warna cokelat, Metta mendelik, itu sangatlah tidak menarik sekali pun Metta menyukai warnanya.

"Kamu tidak menyukainya?"

"Terimakasih," sahut Metta dengan senyuman terpaksanya.

Levin tersenyum seraya mengangguk, dengan datarnya Levin meraih tangan Metta dan menariknya berjalan. Berani sekali Levin menyentuhnya seperti itu, sepertinya Metta tidak suka karena tanpa ragu Metta menghentikan langkahnya dan menarik tangannya.

"Ada apa?" tanya Levin.

"Aku bisa jalan sendiri, terimakasih."

Levin berpaling seraya memejamkan matanya sesaat, apa juga yang telah dilakukannya, itu kesalahan. Levin menghela nafasnya dan kembali melirik Metta, meminta maaf dengan segenap penyesalan pada wanita di hadapannya.

"Hanya untuk kali ini aku seperti ini, tidak akan ada lagi hal seperti ini, aku tidak suka menjadi orang lain seperti ini!"

Levin mengangguk saja, jangan sampai ada perdebatan karena itu tidak baik untuk langkah selanjutnya. Levin lantas membuka pintu mobilnya dan meminta Metta untuk masuk, keduanya menikmati perjalanan dalam diam, Metta risih dengan dirinya saat ini.

Berbeda dengan kekesalan Metta karena Levin, Sandrina justru tersenyum senang karena undangan makan siang dari Monica. Kali ini Monica menjamin bahwa Sandrina dan Levin akan benar-benar bertemu, tentu saja itu tidak disia-siakan olehnya, Sandrina sengaja menunda penerbangannya karena tetap ingin bertemu dengan Levin.

"Tante, aku boleh ikut ke kamar mandi?" tanya Indah.

"Oh silahkan! Di sana ya," tunjuk Monica.

Indah mengangguk dan berlalu meninggalkan keduanya, Monica sepertinya tak bosan melihat wanita di sampingnya itu. Sandrina terlihat begitu cantik, dan memang mau bagaimana pun juga, Monica akan tetap menyukai wanita itu.

"Kamu sudah lapar?" tanya Monica.

"Tidak, kita tunggu saja Levin sampai datang!"

"Dia pasti sampai sebentar lagi!"

Sandrina tersenyum penuh semangat, kali ini tidak boleh gagal lagi karena Sandrina harus segera kembali ka rumahnya. Penantian keduanya sepertinya kini telah usai, deru mobil Levin terdengar di luar sana, Sandrina melirik Monica dan tersenyum senang.

"Kamu akan melihatnya sekarang!"

"Tentu saja."

"Mami, aku pulang," ucap Levin.

Keduanya bangkit dan berbalik bersamaan untuk melihat Levin, tapi senyuman yang satu detik lalu nampak sempurna itu perlahan memudar. Monica dan Sandrina kompak menatap Metta yang berdiri di samping Levin, sekilas melirik Levin pula, Monica menyipitkan matanya melihat senyuman Levin yang tampak bahagia.

"Mami, kenapa ada dia?" tanya Levin.

"Orang yang ditunggu sudah datang?" tanya Indah yang kembali.

Pertanyaan itu tak mendapatkan jawaban, Indah turut diam melihat Levin dan Metta di sana. Itu pasti Levin yang dimaksud oleh Sandrina, tapi siapa wanita disebelahnya, gumam hati Indah seraya menatap Metta.

"Siapa yang kamu bawa?" tanya Monica.

Levin melirik Metta dan tersenyum ketika Metta juga melakukan hal yang sama, tanpa ragu Levin membawa Metta mendekat tiga wanita itu. Perasaan Metta sudah sangat tidak nyaman, bahkan sejak di Salon tadi, dan sekarang setelah mendapat tatapan mereka, Metta jadi semakin risih.

"Mami, ini Metta dan Metta ini Mami aku," ucap Levin.

Metta tersenyum seramah dan setenang mungkin, mengulurkan tangannya pada Monica berharap bisa mendapat sambutan baik. Untuk respon pertama memang baik, Monica juga mengulurkan tangannya hingga diraih Metta dan diciumnya juga.

"Selamat siang, Tante. Aku Metta," ucapnya seraya melepaskan jabatan tangan itu. Tak lupa Metta juga bersalaman dengan Sandrina dan Indah di sana.

"Levin, Mami sengaja meminta Sandrina datang siang ini untuk makan siang bersama kita."

"Sandrina? Ah maaf, yang mana Sandrina?" tanya Levin melihat Sandrina dan Indah bergantian.

"Aku, Sandrina!" ucap Sandrina cepat seraya mengulurkan tangannya.

Levin menjabatnya sekilas, dan itu cukup membuat Sandrina kesal. Indah juga memperkenalkan dirinya pada Levin, Metta sepertinya datang diwaktu yang salah, pertemuan macam apa yang terjadi saat ini.

"Mami, aku juga membawa Metta untuk makan bersama kita!"

"Apakah itu penting? Kamu tidak memberi tahu Mami sebelumnya!"

Metta menghela nafasnya tenang, tidak salah lagi jika Monica pasti tidak menyukainya. Dua wanita itu, dua wanita itu salah satunya pasti dijodohkan dengan Levin. Metta mengernyit tipis ketika pandangannya terarah pada Indah, Indah tampak tersenyum seraya menggerakan tangannya perlahan, naik turun seperti meminta Metta untuk tetap tenang.

"Sepertinya kita imbang, Mami mengajak mereka tanpa bilang sama aku. Dan lagi, ini bukan pertemuan khusus, kita hanya akan makan siang bersama, Bukan?"

Monica kembali menatap Metta, cantik dan memang terlihat cocok berdiri di samping Levin. Metta, apa wanita itu yang dimaksud suaminya dulu. Monica menggeleng menepis apa yang hinggap difikirannya, tidak mungkin, sepertinya Levin memang bertemu dengan wanita lain yang bukan wanita kecil dimasa lalu.

"Mami, apa kalian tidak lapar?" tanya Levin.

"Ayo.... Ayo kita makan, semua sudah siap di meja makan!"

"Ahh itu bagus sekali!"

Levin melirik Metta membawanya pergi lebih dulu, Indah lebih tertarik untuk melihat mereka berdua. Tapi saat ini, Indah menatap sahabatnya itu yang tampak kesal, sepertinya ini akan jadi hal menarik dan Indah akan sangat menyukainya.

"Tante, dia...."

"Tante akan urus semuanya nanti, tenanglah untuk saat ini, Levin tidak akan berani bertingkah terhadap Maminya!"

Sandrina mendelik, siapa wanita itu, Levin tidak boleh bersama yang lain selain bersama Sandrina. Bukankah Monica juga lebih menginginkan Sandrina untuk bersama Levin, Sandrina balik menatap Indah di sana, tentu saja Sandrina bisa melihat ekspresi senangnya diwajah Indah.

1
Inaa lucuu
suka bgtt sama ceritanyaa, semangatt yaa kak jangan lupaa ceritanyaa dilanjutkan lagii heheheee 💗
Inaa lucuu
gada lanjutan kahh?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!