My Little Angel

Kedua mata Fiona melebar dengan mulut yang menganga, tidak percaya jika pria yang selama ini ia rendahkan dan ia hina adalah adik dari Kevin Dirgantara.

Siapa yang tidak tahu keluarga Dirgantara? Mereka adalah salah satu Keluarga terpandang di tanah air dan sangat di segani semua orang. Banyak pengusaha berbondong-bondong datang untuk menjalin kerjasama dengan perusahaan keluarga besar tersebut. Dan jangan lupa, Fiona mempunyai pengalaman tidak menyenangkan karena sudah menyinggung istri dari Kevin Dirgantara.

Tentu Fiona tidak bisa melupakan hal itu. Beberapa tahun yang lalu, tepatnya setelah ia menikah dengan pengusaha kaya bernama Bima Wibowo, ia bertemu dengan wanita hamil di pusat perbelanjaan.

Ia dan suaminya secara terang-terangan menghina wanita itu di depan umum tanpa mengetahui siapa wanita itu.

Dan tepat sehari setelahnya, perusahaan mantan suaminya hancur. Mereka bangkrut, sehingga akhirnya ia mengajukan perceraian. Tapi tanpa di duga ia justru hamil. Untuk itu ia mencoba bersabar sampai anaknya lahir dan memberikannya pada Bima, sementara ia pergi dan menikah dengan pengusaha kaya lainnya yang tidak lain adalah suaminya yang sekarang, Lucky Prakasa.

"Ti-tidak mungkin, Ka-kau tidak mungkin adik dari Kevin Dirgantara," seru Fiona terbata.

"Jika kau tidak percaya, kau boleh bertanya langsung pada kak Kevin. Kebetulan aku punya nomor teleponnya." Angel mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan nomor ponsel milik Flora pada Fiona. "Mau coba?" tantang Angel.

Glek

Fiona menelan ludahnya kasar. Lagi-lagi ia telah menyinggung keluarga besar tersebut dan tidak seharusnya ia menolak Marvel saat itu.

"A-aku ... "

"Tidak perlu nona, saya percaya pada kalian. Melihatnya saja saya yakin tuan Marvel adalah putra dari tuan Nicholas. Lihat saja, dia begitu mirip dengan tuan Nicholas," ucap Lucky.

"Ayo sayang, kita sapa tamu yang lain," ajak Lucky sambil berlalu begitu saja meninggalkan sepasang suami istri itu.

Fiona tidak langsung menyusul suaminya, tapi justru masih mematung di depan Marvel dan Angel. Dia terlihat menunduk dengan kedua tangan yang meremas sisi gaunnya.

Melihat hal itu, Marvel hanya tersenyum sinis dan mengajak Angel untuk pergi karena ia sudah muak meladeni Fiona. "Ayo kita kesana!!"

"Tu-tunggu!!" cegah Fiona yang membuat keduanya mengurungkan langkahnya.

Fiona mengambil nafas dalam dan menghembuskannya perlahan, seolah mengumpulkan keberaniannya. "Ke-kenapa kau tidak bilang dari awal jika kau ... "

"Apa itu penting?" sela Marvel.

"Te-tentu saja itu penting. Jika dari awal kau bilang jika kau dari keluarga Dirgantara, aku tidak ... "

"Tidak apa? Tidak menghinaku, begitu?" sela Marvel lagi. "Asal kau tahu, Fiona. Aku memang sakit hati atas apa yang kau lakukan padaku dulu. Tapi aku juga bersyukur kau menolakku karena dengan begitu aku bisa tahu sifat aslimu," seru Marvel

Angel menatap bingung Marvel dan Fiona bergantian. Seperti dugaannya jika keduanya mempunyai hubungan sebelumnya. Entah apa yang terjadi, tapi sepertinya hubungan keduanya tidak berjalan dengan baik.

"Aku benar-benar minta maaf Marvel. Aku tidak bermaksud untuk ... "

"Kenapa? Kau menyesal? Sayangnya semua sudah terlambat Fiona. Aku mungkin bisa memaafkan mu, tapi aku tidak akan bisa melupakan apa yang sudah kau lakukan padaku." Marvel beralih menatap Angel dan menggenggam tangan gadis itu. "Ayo!!" ajaknya meninggalkan Fiona yang meratapi penyesalannya.

"Sial!! Aku tidak menyangka jika Marvel adalah orang kaya. Bahkan lebih kaya dari si tua Bangka Lucky. Jika aku tahu dari awal, aku tidak mungkin menyia-nyiakan Marvel," batin Fiona geram.

"Sekarang sudah terlambat. Marvel pasti sangat membenciku," lirih Fiona. Dia menatap punggung Marvel dan Angel yang semakin menjauh. Dalam hati dia tidak rela melepaskan Marvel begitu saja.

"Tidak, belum terlambat. Aku masih mempunyai banyak kesempatan," seringai Fiona.

Sementara itu, Marvel mengajak Angel ke tempat yang sepi karena ia ingin menenangkan pikiran nya.

"Kenapa kita kesini?" tanya Angel

"Tidak ada, aku malas di tengah-tengah pesta. Jika kau mau ... "

"Tidak, aku di sini saja," sela Angel. Dia menatap pemandangan malam dari jendela kaca yang besar. Sesekali ia melirik Marvel yang terlihat seperti tidak nyaman.

"Ada apa?" tanya Angel. Namun Marvel hanya menggeleng pelan. Ia merasa jika semua itu karena Fiona. Untuk itu, ia memberanikan diri untuk bertanya sekali lagi pada Marvel. "Wanita tadi, mantan kekasihmu, ya?"

Marvel reflek menatap Angel, namun kemudian ia menyangkalnya. "Bukan, dia bukan mantan kekasihku."

"Lalu, kenapa tadi dia bilang .... "

"Dulu aku menyukainya. Bahkan aku berencana untuk menyatakan cinta ku padanya. Tapi ... " Marvel tidak melanjutkan ucapannya. Lidahnya terasa kelu, mengingat setiap kata hinaan ya keluar dari mulut Fiona. Kini wanita itu sudah tahu siapa dia, entah apa yang akan wanita itu lakukan, tapi yang jelas, ia tidak akan membiarkan wanita itu masuk ke dalam kehidupannya.

Selama Fiona mengakui kesalahannya dan tidak melakukan kesalahan yang sama, maka ia akan diam saja. Tapi jika wanita itu tidak berubah, maka ia tidak akan tinggal diam.

"Apa kau masih mencintainya?" tanya Angel yang langsung mendapat tatapan tajam dari Marvel.

"Apa aku terlihat masih mencintainya?" Marvel tersenyum sinis mendengar pertanyaan konyol dari Angel.

"Ya siapa tahu kau masih menyimpan perasaan untuknya. Dia kan cinta pertamamu," gerutu Angel.

"Lalu, kau sendiri bagaimana?" tanya Marvel.

"Aku?"

"Iya, kau. Kalau tidak salah, kau juga menyukai pria yang bernama hmm ... " Marvel mengkerutkan keningnya, seolah mengingat-ingat nama pria yang Angel sukai. "Ah iya, Si Gerry siput," lanjut Marvel yang langsung mendapat pelototan dari Angel.

"Jerry, namanya Jerry bukan Gerry," protes Angel. "Kau pikir dia mahluk laut bikini bottom," gerutu Angel.

"Aku tidak perduli siapa namanya. Tapi satu hal yang harus kau ingat. Sekarang kau sudah menikah denganku. Kau adalah istriku dan selama kita masih berada dalam ikatan pernikahan, aku tidak mengijinkan kau dekat dengan pria manapun. Apa kau mengerti?"

"Ta-tapi ... "

"Angel!!"

Gadis itu tertegun mendengar seseorang memanggilnya. Dia menoleh dan menelan ludahnya kasar melihat seseorang berdiri di sana. "Kau ... "