Generation Sandwich, istilah yang sering di gunakan baru-baru ini. Mungkin sebagian ada yang menjadi pelakunya, ada juga yang menganggapnya hanya sebuah sudut pandang semata.
Tumbuh dan besar dari kalangan menengah kebawah menjadikan seorang gadis cantik bernama Hima Narayan kuat dalam menjalani kehidupannya.
Tanpa di ketahui banyak orang, nyatanya Hima menyimpan luka dan trauma tersendiri dalam hidupnya. Tentang pengkhianatan dan kekecewaan di masa lalu.
Ganindra Pramudya Suryawilaga : " Saat aku pikir kamu adalah rumah yang ku tuju. Tapi kamu justru menjauh saat aku ingin menggapai mu. Beri aku kesempatan sekali lagi Hima!"
Kehidupan keluarganya dan kisah cintanya tak pernah berpihak padanya. Akankah Hima menyerah dengan kehidupannya???? Lantas bagaimana dengan kisah cinta gadis itu?
Semoga para reader's kesayangan berkenan mampir, terimakasih 🙏🙏🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Ganin baru saja selesai mandi dan sholat. Tapi suara dering ponselnya mengganggu telinganya.
[Iya?]
[.....]
[Tertangkap di mana? Dia bawa barang bukti?]
[.....]
[Oke otewe kantor!]
Ganin menutup panggilan telepon dari rekannya tersebut. Ia bergegas memakai jaketnya dan bersiap meluncur ke kantor kesatuannya.
Ganindra sempat mengirim foto supir pabrik dan plat nomor kendaraan roda empat itu pada rekannya yang bertugas di jalan.
Kenapa bukan Ganin langsung yang turun tangan?
Ganindra memiliki tugas untuk menemukan pemain sebenarnya di supermarket Xxx itu.
Ganin keluar dari kamar dan ia menoleh ke pintu kamar Hima yang sudah tertutup rapat. Bahkan lampu kamarnya saja sudah di matikan.
"Langsung tidur tuh anak?", monolog Ganin. Tapi setelah itu ia pun langsung melesat ke kantornya. Butuh waktu sekitar dua puluh lima menit untuk nya tiba di sana. Maklum, namanya ibukota wajar kalau sedikit ada kemacetan meski sudah hampir tengah malam.
Ganin memarkirkan kendaraannya dan menyapa petugas piket. Usai memberi salam, ia pun bergabung dengan rekan satu tim nya.
"Belum mau buka suara?", tanya Ganin pada rekannya. Penampilan Ganin saat ini terlihat dewasa meski dengan wajah yang tertutup masker hitam.
Dia tak ingin kalau pelaku mengenali dirinya yang ada di supermarket Xxx.
Ganin duduk di ruang interogasi. Di lihatnya supir yang tadi siang meremehkannya sudah babak belur. Mungkin ulah rekan-rekannya yang sedang mencari informasi terkait peredaran narkoba di tempat itu.
"Dia belum mau bicara, Ndan!", kata anak buah Ganin. Ganindra hanya mengangguk tipis. Lalu ia berdiri memutari meja dan berdiri di samping supir pabrik itu.
"Jadi, Lo masih mau bungkam heum?", tanya Ganin yang duduk bersandar di meja menghadap pelaku. Supir itu hanya melirik tajam pada Ganin yang terlihat begitu serius.
"Loyalitas seorang kacung! Benar?", sarkas Ganin. Supir itu melotot tajam pada Ganindra yang menyindir seperti itu.
"Kita tunggu dia sampai besok pagi, apakah mau buka suara dengan sendirinya atau ...harus di paksa!", kata Ganin.
"Siap ,Ndan!", kata bagian pemeriksaan. Ganin menepuk pelan bahu supir itu.
"Mungkin kalau teman Lo udah ada di sini, Lo baru mau buka suara. Dan...siapa itu .. cewek yang udah kalian nikmati bersama tadi siang, apa dia akan segera menyusul kemari untuk menemani Lo??!", bisik Ganin.
Supir itu membelalakkan matanya. Dia menoleh ke arah Ganin yang tersenyum di balik maskernya.
"Oke bos, selamat bermalam di hotel!", Ganin kembali menepuk bahu pelaku tersebut. Setelahnya, Ganin keluar dari ruangan tersebut dan bergabung dengan rekan lainnya.
"Udah dapat satu mangsa, masih banyak ngga kira-kira, Ndra?", tanya Eros dkk yang kebetulan dialah yang tadi meringkus supir itu.
"Mungkin!", jawab Ganindra.
"Soal cewek yang di maksud, siapa?", tanya Eros.
"Gue ngga liat mukanya, soalnya semua SPG pake seragam yang sama. Dan cowok yang satu lagi gue juga ga paham. Mungkin besok di supermarket Xxx, gue usahain cari tahu."
Rekan Ganin pun hanya mengangguk.
Ganin melirik meja Eros yang penuh dengan makanan. Dengan santainya lelaki tampan itu mengambilnya dan langsung memakannya.
"Tumben banyak makanan, siapa yang mungut?", tanya Ganindra.
"Mungut, Lo kata upil. Beli lah ...tuh masih buka, lagi flash sale sampe jam dua belas malam!", jawab Eros.
Ganin mengunyah makanannya dengan sangat nikmat. Lalu ia teringat tentang Hima yang berulang tahun.
"Eh, kira-kira ada kue tart ngga ya?", tanya Ganin.
"Buat apa? Ini aja banyak, Lo mau nambahin lagi?", tanya Eros.
"Gak, gue mau beli buat Hima. Tetangga kamar gue sama teman kerja di supermarket Xxx. Dia ulang tahun!", kata Ganin.
"Widihhhh...keren nih, baru nguli berapa hari udah ada yang bikin seorang Ganindra Pramudya Suryawilaga kesemsem nih??!!", ledek rekan Ganin.
"Ckkk ...paan sih, biasa aja!", sahut Ganin santai sambil terus makan makanan yang ada di meja Eros.
"Biasa aja katanya??! Bagus dong, jadi...bisa buktikan sama sang mantan, Lo udah move on! Wkwkwkw , doi aja udah nikah dua kali. Lo masih jomblo!", lalu mereka mentertawakan Ganindra.
"Heh, jomblo itu pilihan ya bukan takdir! Gue bukan belum move on, tapi emang belum ada yang cocok aja!", sanggah Ganin.
Rekan-rekannya memang asyik! Ada saatnya serius, ada saatnya bercanda seperti ini.
"Dah sana balik gih, keburu tutup tuh pollan Bakri! Katanya mau beli kue buat neng Hima hahahaha?", ledek Eros.
Ganin mengibaskan tangannya lalu meninggalkan kantornya tersebut.
Beruntung, Ganin masih bisa membeli kue tart meski kecil karena hanya tersisa itu. Itupun beruntung, karena toko pollan Bakri bersedia melayani pembeli terakhir seperti Ganin.
Ganin tiba di kontrakannya. Niatnya, Ganin ingin memberikan surprise untuk Hima. Tapi dia takut jika akan membuat keributan hingga para tetangga merasa terganggu.
Tapi di saat dirinya menimang-nimang akan memberikan kejutan untuk Hima atau tidak, pintu kamar Hima justru terbuka.
Ganin bisa melihat Hima dengan muka bantalnya. Dan mata gadis itu terlihat sembab. Rambut yang biasa tertutup itu terurai berantakan. Ada sebagian yang menghiasi wajahnya.
Ganin yang sempat terpaku pun beberapa saat berkedip.
"Nin, ngapain kamu di situ?", tanya Hima melihat Ganin yang berdiri menatapnya.
"Nunggu kamu, ada yang mau aku....", ucapan Ganin terpotong saat Hima mengangkat panggilan.
"Aku mau pipis dulu!", kata Hima sedikit berlari menuju ke kamar mandi.
Ganin menggeleng pelan karena tingkah Hima yang terlalu apa adanya, tidak menjaga image sama sekali. Beberapa menit berlalu, Hima sudah kembali ke depan kamarnya.
"Masih di sini juga?", tanya Hima yang melihat Ganin masih berdiri di depan kamarnya. Bahkan ransel bawaannya masih ada di punggung Ganin.
"Gue kan nunggu, Lo?", jawab Ganindra. Hima yang sempat mencuci muka tadi sempat kehilangan rasa kantuknya.
"Ngapain nunggu gue?", tanya Hima. Ganin mengeluarkan sekotak kue tar kecil lalu menyalakan lilin yang sama kecilnya.
"Selamat ulang tahun Hima Narayan! Panjang umur sehat selalu !", kata Ganin.
Hima seperti de Javu dengan suasana seperti ini. Kue kecil, lilin kecil dan tengah malam. Tapi sosok pemberi kue bukan lah orang masih menyisakan namanya di hati Hima.
Justru orang yang baru beberapa hari Hima kenal, seolah sedang memperlakukan seperti adegan yang pernah terjadi pada masa itu.
Tak Hima sadari, gadis itu kembali menangis. Ganin tak tahu hal apa yang membuat Hima menangis. Tapi Ganin mengusap lelehan bening itu. Dan tak ada penolakan dari Hima sama sekali.
"Ayo tiup, keburu meleleh lilinnya!", kata Ganin memberikan instruksi.
Akhirnya Hima pun mau meniup lilin kecil berwarna pink tersebut. Gadis itu tergugu. Dengan cepat Ganin menenangkan Hima agar tangisnya tak mengganggu penghuni kost lain.
Bagaimana jika ada yang berpikir jika tangis Hima itu tangis makhluk halus, Miss Kun contohnya!
"Hei, udah nangisnya! Gue minta maaf kalo udah bikin Lo nangis gini, Hima. Sorry!", kata Ganin. Tapi Hima menggeleng pelan dan menghapus air matanya.
"Nggak, Lo ga salah. Tapi.... makasih banget, makasih banget untuk traktiran dan kuenya! Padahal... kita belum lama saling kenal!"
Ganin tersenyum dan mengusap kepala Hima gemas.
"Udah, masuk lagi sana!", pinta Ganin.
"Sopan banget ya sama orang lebih tua seperti itu!", sindir Hima. Ganindra tertawa pelan.
Hima belum tahu saja berapa usia Ganin yang sebenernya.
"Hehehe ya sudah, masuk gih! Kuenya di makan besok pagi aja. Gue minta hehehe!", kata Ganin dan setelah itu ia buru-buru masuk ke kamarnya sebelum Hima mengamuk.
Tapi ternyata dugaan Ganin salah, Hima tak marah melainkan langsung masuk ke dalam kamarnya lagi.
🌾🌾🌾🌾🌾
To be continued ✌️✌️✌️✌️
Terimakasih 🙏
Kasih bonchap dong
mksh ya thor atas bacaannya yg luar biasa sukses trs dengan karya² baruy..love² buat ithor💖💖💖💖💖💖💖