Kita tidak pernah tau takdir apa yang akan menghampiri hidup kita kelak. Semua skenario sudah Allah atur sesuai kapasitas masing - masing.
Saatnya diatas siapapun mengaku saudara,teman atau apalah. Tapi saat kita terpuruk mana tadi yang mengaku saudara. Semuanya perlahan pergi menjauh.
Begitulah kehidupan Keluarga Derel,pasca pendemi merubah segalanya. Saat kedua orang tuanya telah tiada kakak dan adik - adiknya seakan tidak mengenal dirinya lagi.
Dulu waktu ia punya semuanya kakak dan adiknya rajin datang kerumah berkumpul. Itu semua tinggal kenangan. Bagaimana kehidupan Derel dan keluarganya selanjutnya?akankah ia kembali sukses? apa yang terjadi pada orang - orang yang menghina dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
"Bagaiman menurut kalian?" tanya Derel pada adik - adiknya.
"Tetap aja harus bagi yang adil bang?" kekeh Gani dengan pendapatnya sendiri.
"Kamu tau artinya adil?" tekan Derel.
"Ya bagi sama banyaklah. " jawab Gani enteng.
"Ok, kalau itu mau kamu. Kita mulai itung - hitungan. Bagaimana Mercy dan Rafi?" tanya Derel pada kedua adiknya yang masih mau mendengarkan kata - katanya.
"Dengan berat hati aku ikut aja,bang." jawab Mercy.
"Kamu Rafi?" tanya Derel pada adik bungsunya yang nampak berwajah murung.
"Aku tetap tidak setuju,bang." Jawab Rafi tidak semangat. Derel menatap adiknya itu sejenak baru bicara kembali.
"Baik kita perkirakan harga rumah ini satu M lebih kurang. Keluarkan semua uang abang dan teteh untuk menebus rumah ini serta bunganya." perkataan Derel langsung di potong Gani.
"Hitung - hitungan apa kaya gitu,aku tidak setuju." tolak Gani mentah - mentah.
"Kamu paham tidak penjelasan almarhum ibu dan abang?" geram Derel yang kehabisan akal meladeni otak bebal adiknya.
"Lah,itu kan kewajiban abang sebagai anak. Wajarlah abang berkorban. Masa bantu orang tua ga ikhlas." cibir Gani.
"Eh otak udang, ini bukan perkara tulus ga tulus. Abang juga mengambil apa yang jadi haknya abang. Abang punya surat tertulis tentang pelunasan utang - utang bapak." Merasa tersudut Derel terpaksa mengeluarkan senjata terakhirnya.
"Mana buktinya?" tuntut Gani.
"Nanti abang suruh adiknya bapak antar kesini. Biar kalian semua lihat. Mercy telpon uwak, suruh kemari,sekalian bawa surat yang abang titip padanya ." perintah Derel.
"Abang harap kamu bersabar sebentar tunggu uwak datang. " ujar Derel. Semua menunggu dengan perasaan masing - masing. Ada yang tegang dan ada yang biasa - biasa saja wajahnya.
Lima belas menit kemudian uwak pun datang dengan membawa sebuah map.
"Assallamualikum."
"Waalaikumsalam. " saru persatu kami menyamai uwak.
"Ada apaan sih wak si suruh datang?" tanya laki - laki yang usianya sudah sepuh.
"Maaf merepotkan, uwak. Aku cuma mau menunjukkan surat yang pernah bapak dan ibu buat dulu saat pelunasan utang rumah dan waktu itu uwak yang jadi saksinya." jelas Derel.
"Ooh itu,ini suratnya." Uwak menyerahkan map yang tadi ia bawa ketangan Derel.
"Ini surat asli tulisan tangan bapak,disini juga ada matrei yang sudah ditanda tangani oleh bapak dan ibu,serta uwak sebagai saksinya." Derel menyuruh adik - adiknya membaca isi surat perjanjian itu.
Bergantian mereka membaca dengan seksama apa yang tertulis di kertas tersebut. Rafi dan Mercy paham isinya sementara Gani kekeh dengan pendapatnya sendiri.
"Bisa saja ini di buat karna paksaan abang." bantah Gani.
"Uwak saksinya, kamu tanya uwak apa abang memaksa bapak dan ibu membuat surat ini." susah mengahadapi orang yang otaknya dangkal dan bebal. Harus punya kesabaran seluas samudra untuk menghadpainya.
"Gani, surat itu asli tidak direkayasa sama sekali oleh Abangmu. Abangmu malah sempat menolak tapi bapak dan ibu kalian kekeh membuatnya biar kelak tidak ada keributan. Prediksi orang tua kain tepat dan jauh - jauh hari mereka telah mempersiapkannya." jelas Uwak.
"Uwak dibayar berapa sama abang?" celetuk Gani kasar.
"Kamu ini...." Uwak yang emosi langsung menampar pipi Gani.
"Kenapa wak menampar saya? uwak marah berarti benar." ucap Gani tak terima.
"Derel lebih baik masalah ini bawa saja keranah hukum semuanya. Biar adikmu ini puas. Jadi tidak ada lagi saling salah menyalahkan." Ujar paman memberi solusi yang bagus buat mereka.
Susah memang mencari titik terang mengenai pembagian harta warisan. Apalagi menghadapi orang bodoh yang berlagak cerdik.
...****************...
Pagi kk,sudah up ya. Terimaksih sudah menunggu,jangan lupa tinggalkan jejak berupa like dan komen serta votenya agar thor makin semangat melanjutkan bab berikutnya😊😘😘🙏🙏
klu Darel selamat
malah tokoh utamanya dimatiin...
ke ce wa... left..
ya ngak seru klu Darelnya meninggal.. Thor