Kisah gadis bernama Li Mei adalah putri raja dari Zheng-mi goo yang dikutuk memiliki umur panjang karena dituduh membakar istana selir ayahnya, dia melintasi waktu dari kejaran pengawal istana yang ingin menangkapnya sehingga Li Mei mengalami amnesia karena kecelakaan yang tak terduga. Dan bertemu Shaiming yang menjadi tunangannya.
Mampukah Shaiming membantu Li Mei mengingat semuanya, akankah ingatan Li Mei kembali ? Dan apakah mereka akan bersama dan bahagia ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11 ASA TERBAIK
BRUK !
Li Mei terjatuh ke lantai ruangan latihan opera.
Terbaring dengan tubuh penuh keringat saat dia berlatih tarian Bian Lian yang membutuhkan keahlian khusus.
PRAK !
Topeng berwajah gambar perempuan kali ini menghias wajah Li Mei.
"Li Mei !!!", panggil Shaiming.
Tampak Shaiming yang setengah berlari ke arah Li Mei.
"Li Mei ! Kau tidak apa-apa ?", tanya Shaiming.
"Aku baik-baik saja, Shaiming", sahut Li Mei sembari menggeleng pelan.
"Jangan terlalu memaksakan diri mu, berlatihlah pelan-pelan !", kata Shaiming.
Shaiming membantu Li Mei untuk bangun dari lantai latihan opera.
"Mungkin lantai terlalu licin oleh keringat saat aku berlatih tarian Bian Lian...", kata Li Mei sambil beranjak berdiri.
"Kenapa kamu tidak bilang pada ku jika kau ingin latihan tarian ini, Li Mei ?", tanya Shaiming.
"Aku tidak menemukan mu di mana-mana karena itulah aku memaksa untuk berlatih tarian ini sendirian", kata Li Mei.
"Bukankah ada yang lainnya, minta lah pada mereka untuk menemani mu latihan, Li Mei", sahut Shaiming.
"Maaf..., aku tidak enak hati saja harus menyuruh anggota opera lainnya untuk menemani ku sekedar latihan", kata Li Mei.
"Tidak apa-apa, mereka akan sangat senang jika bisa membantu mu", sahut Shaiming.
"Ya...", ucap Li Mei dengan wajah tertunduk.
"Apa kamu masih ingin melanjutkan lagi latihan mu ?", kata Shaiming.
"Tentu saja aku masih ingin berlatih lagi, Shaiming", ucap Li Mei.
Li Mei berdiri mencoba memperbaiki penampilannya, memang dia tidak mengenakan pakaian lengkap untuk tarian Bian Lian.
Hanya mengenakan jubah serta kipas untuk berlatih tarian Bian Lian dengan topeng di wajahnya.
"Agak sulit memang untuk menarikan tarian Bian Lian ini, tidak mudah karena gerakan pada tari ini cukup sulit", kata Shaiming.
Shaiming memapah Li Mei ke tepi tempat latihan dan menyuruhnya untuk beristirahat sejenak.
"Duduk lah dulu, Li Mei ! Beristirahatlah sebentar, nanti kamu lanjutkan lagi latihan tarian mu !", kata Shaiming.
"Aku tidak apa-apa, Shaiming...", sahut Li Mei.
"Tidak, tidak, aku tidak ingin kau terlalu memaksakan diri mu berlatih tarian ini. Ada waktu untuk latihan lagi, tidak harus hari ini saja, Li Mei !", ucap Shaiming.
"Ya, aku mengerti, Shaiming", kata Li Mei.
"Kau juga harus menjaga kesehatan mu, Li Mei", ucap Shaiming. "Sedangkan amnesia mu belum sembuh sebaiknya kau tidak memaksakan diri mu untuk terus latihan", sambungnya.
"Tapi aku ingin sekali menguasai tarian ini dengan cepat", kata Li Mei dengan wajah ditutupi oleh topeng berwarna kuning.
Shaiming terdiam sembari menatap serius ke Li Mei yang berdiri di hadapannya.
"Apa kau benar-benar menyukai tarian ini ?", tanya Shaiming.
Lama mereka saling berpandangan kemudian Li Mei tersenyum cerah.
"Yah ! Aku sangat menyukai tarian Bian Lian ini, Shaiming !", sahut Li Mei.
"Benarkah ?", kata Shaiming.
"Kenapa aku harus berpura-pura pada mu !? Dan aku sangat menyukai tarian Bian Lian ini !", sahut Li Mei dengan senyuman.
"Syukurlah, jika kamu menyenangi latihan ini. Dan katakan lah padaku bahwa jika kau merasa jenuh maka kita akan mengganti tarian ini dengan tarian yang lain, Li Mei", ucap Shaiming.
Li Mei kembali menggeleng pelan lalu merentangkan kedua tangannya lebar-lebar sambil berkata.
"Aku telah jatuh cinta dengan tarian Bian Lian ini, Shaiming !", ucap Li Mei dengan kedua mata berbinar-binar ceria.
"Luar biasa...", sahut Shaiming sambil tertawa senang.
Keduanya bersama-sama tertawa di dekat dinding ruangan latihan opera
Seakan-akan waktu berhenti berputar dan berharap semua akan berlalu dengan cepat, penuh harapan indah di masa nanti.
Mengharap sebuah asa terbaik bagi kehidupan baru mereka setelah melintasi waktu ke masa depan.
Shaiming terlihat bahagia bisa berada dekat bersama Li Mei, tunangannya.
Bersyukur dia dapat menemukan Li Mei setelah peristiwa hebat yang terjadi di Istana Merah secara bersamaan saat melintasi waktu.
Tidak tahu harus mencari kemana sewaktu kejadian buruk itu jika saja Shaiming tidak segera mengikuti Li Mei saat melintasi waktu ke masa depan.
"Li Mei...", gumam Shaiming.
Kesenduan tergambar jelas dari raut wajah Shaiming saat dia memandangi wajah Li Mei yang terus tersenyum.
Disimpannya perasaan rindu dalam hatinya ketika dia harus menahan dirinya untuk tidak memberitahukan jati diri Shaiming sebagai tunangan Li Mei.
"Shaiming, kita lanjutkan lagi latihan tarian Bian Lian ini !", kata Li Mei penuh semangat.
"Baiklah...", sahut Shaiming sembari tertawa kecil.
Li Mei menarik tangan Shaiming ke tengah-tengah area latihan lalu mengajaknya berlatih bersama-sama tarian Bian Lian yang unik.
"Tu--tunggu dulu ! Aku belum memakai jubah latihan !", ucap Shaiming.
"Tenanglah, aku sudah menyiapkan jubah untuk mu, Shaiming", sahut Li Mei.
SRET !!!
Hanya dengan satu gerakan tangan saja, Li Mei menyerahkan sehelai kain berupa jubah warna hitam untuk dikenakan oleh Shaiming.
"Pakailah jubah itu, Shaiming !", kata Li Mei.
"Ya !", jawab Shaiming.
Shaiming segera mengenakan jubah hitam pemberian Li Mei dengan gerakan satu kali putaran.
Dalam hitungan detik saja Shaiming telah merubah wajahnya dengan riasan topeng berwarna merah tua bergambar monyet.
Terlihat Shaiming mulai melakukan gerakan tarian Bian Lian seraya mengibaskan kipas berwarna merah di tangannya.
"Wow !? Kau hebat sekali, Shaiming !!!", pekik Li Mei tampak senang saat melihat perubahan cepat pada Shaiming.
Shaiming kini lengkap mengenakan pakaian Bian Lian dengan riasan topeng di wajahnya dengan gerakan kaki terangkat naik.
Berputar cepat mengikuti irama musik tarian Bian Lian yang rancak.
Alunan musik terdengar berbunyi memenuhi ruangan latihan opera, riang dan penuh semangat.
Shaiming bergerak ringan membawakan tarian Bian Lian seraya mengibaskan jubah hitam yang dia kenakan dengan mengubah topeng di wajahnya.
Di sisi lainnya, Li Mei mengikuti langkah kaki Shaiming saat mereka membawakan tarian Bian Lian yang unik.
Li Mei terus berusaha untuk mengubah topeng Bian Lian di wajahnya meski butuh waktu lama bagi dia melakukannya.
"Li Mei, kau mulai mahir mengubah wajah mu !", kata Shaiming.
"Yah, hanya sebanyak tiga kali mengubahnya tidak semahir diri mu, Shaiming", sahut Li Mei agak kecewa.
"Pelan-pelan saja, nanti kau akan mahir dengan sendirinya", kata Shaiming.
Mendadak Shaiming berhenti membawakan tarian Bian Lian lalu berdiri tegap menghadap ke arah Li Mei dengan sorot mata tajam.
"Ada tiga tingkatan teknik yang perlu kamu pelajari setiap menjelang latihan tarian Bian Lian'', kata Shaiming.
Li Mei hanya terdiam seraya mendengarkan penjelasan Shaiming dengan tertib.
"Pertama adalah teknik menghembus wajah !', kata Shaiming.
Tampak Shaiming memperagakan gerakan tarian Bian Lian, dilakukan dengan menggunakan media bantu berupa wadah semacam mangkuk yang bisa menyimpan tepung atau bedak warna seperti emas, perak, hitam, putih, merah.
"Ini teknik awal untuk mengubah wajah dengan cepat", kata Shaiming. "Perhatikan baik-baik, Li Mei !", sambungnya.
Shaiming bergerak lincah sembari memegang wadah berupa mangkuk.
"Warna bedak pada wadah ini akan ditiup dengan cepat, sehingga melekat ke wajah yang sudah dilabur semacam minyak khusus, sehingga dalam waktu singkat wajah mu sudah berubah, Li Mei !", kata Shaiming.
Topeng di wajah Shaiming langsung berubah cepat berganti dengan wajah baru yaitu wajah seorang komandan Zi Du.
"Kisah seorang komandan tentara bernama Zi Du yang membunuh panglimanya demi meraih ketenaran nama serta harta yang melimpah", kata Shaiming.
Tubuh Shaiming terus bergerak lincah sembari mengibaskan kipasnya kian kemari kemudian dia mengubah wajah topeng komandan Zi Du menjadi emosi keterkejutan.
Dalam sedetik saja topeng di wajahnya berubah warna menjadi kepucatan dengan memakai teknik menghembuskan bedak ke arah wajahnya.