Arindita memutuskan pindah rumah setelah bercerai dari mantan suami yang lebih memilih wanita simpanannya.
Didampingi oleh putra satu-satunya yang baru berusia delapan tahun, mereka pindah ke sebuah perumahan elit di kawasan ibukota.
Namun kepindahan mereka membuat Arindita dekat dengan anak tetangganya, disitulah kehidupan kedua Arin dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sadar Diri
Sonny mengerjap, ia menelisik wajah Arin yang kembali tenang. Sonny mengibas-ngibas tangannya tepat di depan wajah wanita itu.
“Rin? Arin?” Panggil Sonny pelan.
Namun tak ada reaksi apapun dari perempuan beranak satu itu, tetapi cekalan arin di tangannya masih tetap kuat menahan langkah Sonny untuk pergi.
Sonny berharap kalimat yang ia dengar tadi memanglah benar, Sonny berharap Arin mencegahnya untuk pulang dan tetap disini menemani Arin tidur.
Sonny kembali mengibas-ngibas tangannya, tetapi tetap saja Arin tak terganggu akan hal itu.
Sonny menatap tangan Arin yang menempel di lengannya, apakah Sonny harus melepaskan tangan tersebut atau membiarkannya dan tetap disini sampai esok pagi tiba?
Akhirnya Sonny pun memilih keputusan yang sesuai kata hatinya.
***
Matahari mulai menampakkan cahayanya dari arah timur, surya terang itu menyambut pagi semua umat manusia. Menandakan jika waktu istirahat mereka telah selesai dan mereka harus kembali pada aktivitas paginya.
Sinar kuning itu menembus celah-celah dari balik tirai kamar seorang Arindita, rasa hangat tersebut rupanya mengganggu sang pemilik ruangan.
Arin menggeliat dengan mata yang masih terpejam, ia merubah posisi yang tadinya terlentang menjadi miring ke samping.
Rasa kantuk masih menguasainya, ia masih ingin tertidur di kasur empuk kesayangan Arin.
Tetapi Arin ingat jika hari ini Noval akan pulang bersama saudara jauhnya itu, ia harus menyiapkan segala sesuatu untuk menyambut kedatangan mereka.
Perlahan kelopak mata Arin mulai terbuka, beberapa detik pandangan Arin masih tampak kabur, namun sedikit demi sedikit pandangan buram itu berubah jelas.
Tapi tunggu dulu!
Kenapa ia seperti melihat seorang lelaki di hadapannya?!
Lelaki itu terpejam di samping Arin, Arin menyipitkan matanya, mungkinkah ia masih ada di alam mimpi???
Pandangan itu semakin menjelas, hingga Arin bisa melihat siapa lelaki yang kini tertidur bersamanya!
“Aaaaaaaaaaa…….!!!!!”
Arin langsung berteriak terkejut mendapati Sonny tidur satu ranjang dengannya! Arin mengedarkan pandangan ke penjuru kamar, takut ia tertidur di ruangan lain, namun Arin tidak salah, ini memang kamarnya. Lalu kenapa Sonny berada disini?!
Teriakan Arin membangunkan pria tampan itu, Sonny mengucek-ngucek matanya sambil merubah posisinya menjadi duduk.
Mata Sonny sedikit membulat tatkala melihat Arin yang nampak tengah ketakukan disana.
Sonny ingat semalam ia memutuskan untuk tidur disini tanpa meminta izin terlebih dahulu pada si pemilik rumah, namun Sonny juga ingat jika ia melakukan itu karena Arin yang menahan dirinya untuk pergi.
“Mas Sonny apa yang terjadi?? K-kenapa mas Sonny ada di kamarku?!” Sembur Arin dengan berbagai pertanyaan.
“A-aku bisa jelaskan, Rin” ujar Sonny kelabakan.
“Kalau begitu cepat jelaskan!” Cetus Arin meminta penjelasan.
“T-tadi malam kamu tertidur saat kita sedang menonton di ruang keluarga, jadi aku membawamu ke kamar ini. Tapi saat aku hendak pulang kamu mencekal tanganku dan berkata agar aku jangan pergi, kamu juga menyuruhku untuk menemanimu disini” jelas Sonny membeberkan apa yang terjadi tadi malam.
Arin langsung melongo mendengar penuturan Sonny.
“Apa?!! A-aku meminta mas Sonny menemaniku?? I-itu tidak mungkin” elak Arin tak percaya.
“Tapi aku juga tidak berbohong, kamu bahkan mencekal pergelangan tanganku hingga memerah” Sonny menunjukkan bekas cekalan yang memerah itu pada Arin.
Arin seketika terbelalak! Bernarkah itu karena ulahnya??
“T-tapi aku tidak sengaja, aku pasti sedang mengigau. Lihatlah tangan mas sekarang, itu pasti sakit kan? Kenapa mas Sonny tidak pergi saja?” Cecar Arin.
“Kenapa kamu marah? Bukankah tidak masalah jika kita berdua tidur bersama? Kita sudah menjadi suami istri, Rin”
Deg!
Arin tersadar! Benar, sudah tidak jadi masalah jika mereka berada di dalam satu kamar atau tidur bersama. Sah-sah saja bukan? Arin lupa, ia terbiasa bangun tanpa ada siapapun di sisinya.
Arin seketika jadi tidak enak hati, Arin secara tak langsung menunjukkan jika pernikahannya dengan Sonny bukanlah hal yang harus diingat. Pria itu pasti berpikir buruk tentangnya.
“Maaf…. “ lirih Arin.
Sonny diam tak menjawab, kenapa Arin masih lupa jika mereka sudah menikah? Tak sepenting itulah pernikahan ini??
“K-kita…. T-tidak melakukan apapun kan?” Cicit Arin tanpa memandang wajah suaminya, Sonny pun demikian, ia membuang muka ke sembarang arah.
“Tenang saja, aku tak melakukan apapun padamu. Aku tidak seburuk itu” ucap Sonny bernada dingin, ia bangkit dari ranjang milik Arin.
Arin dibuat gelagapan, ia merasa Sonny marah padanya. Apa pertanyaan yang ia ajukan begitu menyakiti hati pria tersebut?? Sungguh, Arin tidak menyadarinya.
Ia lantas ikut bangkit dari ranjang.
“Aku akan pulang” ujar Sonny sembari melangkahkan kedua kakinya.
"Mas Sonny!"
Arin mendekat ke arah Sonny dengan perasaan gelisah.
"Aku minta maaf... Mas Sonny pasti tersinggung. A-aku benar-benar tidak bermaksud menuduh mas Sonny" Sesal Arin, sorot matanya memang menandakan jika wanita itu sungguh merasa bersalah.
Sonny berusaha tetap tenang, menghela nafas panjang untuk meredakan rasa kesal di lubuk hatinya.
"Aku tau Rin pernikahan ini memang bukan kemauan kita berdua, tetapi meski begitu bukankah kita sudah sepakat untuk mencoba hubungan ini?? Lantas kenapa kamu selalu menutup dirimu dariku?!" Tutur Sonny menggebu.
Arin kini menyadari letak kesalahannya yang lain, ia makin merasa bersalah.
"Aku minta maaf, mas"
"Sudahlah, aku tidak ingin membahas masalah ini lagi. Aku harus pulang untuk berangkat kerja" Imbuhnya berlalu dari hadapan Arin.
Sedangkan Arin mematung dengan sejuta perasaan campur aduk.
Ia hanya terkejut karena Sonny ada disini, otaknya langsung berpikir yang tidak tidak ketika mendapati jika dirinya tidur bersama seorang pria, terlebih Arin lupa jika ia sudah menikah!
Arin berjalan ke arah jendela di kamarnya, membuka tirai itu dan memandang lelaki yang baru saja keluar dari kediamannya.
"Mas Sonny.... Maaf.... " Lirih Arin dari kejauhan.
Sedangkan Sonny berjalan dengan perasaan marah dan kecewa, baru saja tadi malam mereka mengakrabkan diri tetapi pagi ini malah sudah terjadi keributan.
Bahkan ini pertengkaran mereka yang pertama, sebelumnya Sonny maupun arin tak pernah terlibat cekcok.
Apakah ini yang dinamakan lika-liku sebuah rumah tangga? Pasti ada saja godaannya.
Sesampainya di rumah Sonny langsung masuk ke dalam kamar, ia melangkah ke kamar mandi guna membersihkan tubuhnya sekaligus menyegarkan isi pikirannya.
Sampai kapan mereka akan seperti ini terus? Kapan Arin bisa menganggap ia sebagai suami sungguhan? Kapan pernikahan ini akan dianggap nyata oleh perempuan itu??
Mungkinkah Sonny terlalu memaksakan diri? Huffttt..... Seharusnya ia lebih bersabar lagi, pernikahan mereka baru berjalan beberapa hari wajar jika Arin masih sering lupa.
Arin bukanlah dirinya yang senang dengan status mereka. Ya, ia memang harus sadar diri!