Puspa Melita seorang gadis berusia 14 tahun yang harus kehilangan Ibunya dengan cara yang mengenaskan diakibatkan orang ketiga, kematian Ibunya membuat seorang gadis yang dulunya ramah, penuh senyum, dan juga ceria berubah 360° menjadi gadis yang pendiam dan penuh dengan dendam.
Puspa sudah menyusun rencana yang sangat matang untuk membalas dendam kepada orang yang sudah menghancurkan Ibunya.
" Kau hancurkan Ibuku, Ku hancurkan keluargamu. " Puspa melita dengan segala dendam kesumatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda SB, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Karena baru saja kembali dari luar kota jadi untuk hari ini Ferry tidak pergi ke kantornya setelah bertengkar dengan istrinya Ferry menghabiskan waktunya dengan tidur seharian. Setelah bangun dari tidurnya Ferry memutuskan untuk membersihkan diri setelah itu Ferry mengambil ponselnya dan duduk di balkon kamarnya untuk mengecek email yang masuk, namun saat sedang asik menatap layar ponselnya tanpa sengaja Ferry melihat ada seorang wanita wanita cantik yang sedang berdiri di balkon tetangga rumahnya.
" Siapa wanita itu? Bukannya rumah sebelah kosong? " Batin Ferry yang masih terus menatap Lita yang sesekali melihat ke arahnya.
" Ngapain kamu di situ Mas? " suara Vera mengejutkan Ferry.
" Ada apa sayang? " Ferry bertanya dengan suara yang lembut.
" Ngapain kamu di situ? " Vera mengulang pertanyaannya sembari mendudukkan dirinya di samping sang suaminya.
Vera menatap suaminya dengan penuh selidik dan Ferry yang mengetahui hal itu segera menjawab pertanyaan istrinya agar jangan sampai Vera mencurigainya lagi.
" Ini Mas lagi mengecek email yang masuk sayang. " Ferry menjawab sembari menunjukkan layar ponselnya.
" Memangnya harus banget ngecek di sini? Bilang aja kamu mau ngeliatin tetangga baru itu kan? " tuduh Vera sembari menunjuk ke arah Lita.
Ferry hanya bisa menghembuskan napasnya mencoba untuk bersabar menghadapi sikap istrinya yang sangat luar biasa.
" Astaga Vera kamu ini bicara apa sih? udah deh jangan mulai aku gak mau kita bertengkar lagi. " ujar Ferry yang mulai bangkit dari duduknya.
" Kamu mau kemana Mas? " tanya Vera yang ikut bangkit juga.
" Mau ke kamar mandi kenapa? Mau kamu curigai juga. " celetuk Ferry dengan ekspresi wajah yang kesal.
Setelah suaminya masuk ke dalam, Vera juga ikut masuk lalu mengunci pintu balkon dan menutup gordennya.
.
.
.
Keesokan harinya...
Pagi-pagi sekali Lita sudah bersiap-siap untuk lari pagi keliling komplek perumahan, pagi ini Lita menggunakan crop top pink lengan pendek yang di padukan dengan celana olahraga over size berwarna putih. Lita sengaja menggunakan crop top karena Lita merasa lebih nyaman dan juga terlihat lebih stylish saat sedang berolahraga.
Tidak lupa Lita memakai kaus kaki dan juga sepatu olahraga yang senada dengan warna celananya, ia juga menguncir rambut panjangnya secara asal dan menggunakan earphone untuk menemaninya lari pagi.bSelesai bersiap-siap Lita segera keluar dari dalam rumah untuk melakukan pemanasan terlebih dahulu dan siapa disangka saat Lita melakukan pemanasan Ferry keluar dari dalam rumahnya dengan menggunakan setelan olahraga juga.
" Selamat pagi Mas, suaminya Mbak Vera ya? " sapa Lita sekedar berbasa-basi.
Ferry yang baru akan melakukan pemanasan langsung menghentikan aktivitasnya lalu menatap Lita dari atas sampai ke bawah.
" Kenapa Mas kok gitu banget ngeliatin nya ada yang salah ya? " tanya Lita sembari melihat penampilannya sendiri apakah ada yang salah atau tidak.
Ferry baru tau jika tetangga barunya jauh lebih cantik ketika di lihat dari dekat.
" Oh tidak ada yang salah kok, kamu yang tadi malam di balkon ya? " tanya Ferry memastikan.
" Iya Mas. " jawab Lita seraya tersenyum manis.
" Oh kalau begitu salam kenal ya nama saya Ferry? " ucap Ferry memperkenalkan dirinya sendiri.
Melihat Lita tersenyum secara alami Ferry juga menyunggingkan senyumnya dan ia cukup terpesona dengan kecantikan Lita.
" Saya Lita Mas, oh Iya Mas Ferry lari paginya gak di temeni Mbak Vera? " ujar Lita bertanya sambil memastikan keadaan.
" Vera mana mau dia lari pagi. " jawab Ferry.
Karena rumah mereka tidak memiliki dinding pembatas pagar jadi mereka berdua dapat leluasa untuk berbicara tanpa penghalang.
" Oh pasti Mbak Vera lagi sibuk masak di dapur ya Mas makanya gak sempat lari pagi, waah Mbak Vera benar-benar istri idaman ya? " seru Lita yang mulai memancing Ferry.
" Masak apaan yang ada dia masih tidur di dalam kamar dan siang hari nanti baru bangun. " sahut Ferry yang mulai melakukan pemanasan lagi begitu juga dengan Lita.
" Oh maaf ya Mas saya gak tau. " ucap Lita sembari memasang wajah bersalah.
" Tidak apa-apa kamu sendiri lari paginya gak di temeni suami. " Ferry balik melontarkan pertanyaan ke Lita.
Walau pun ia sedang melakukan pemanasan tetapi sedari tadi tatapan matanya tidak lepas dari wajah cantik Lita.
" Hihihi boro-boro suami Mas pacar aja gak punya, kalau gitu saya duluan ya Mas? " Lita berpamitan dan ia mulai berlari meninggalkan rumahnya.
" Lita tunggu. " Ferry memanggil dan Lita pun langsung menghentikan langkah kakinya.
Lita berhenti di pinggir jalan tepat di depan rumahnya, saat Lita berhenti Ferry lantas mendekat ke arah Lita dan berdiri di sampingnya.
" Bagaimana kalau kita lari bareng aja dari pada sendiri-sendiri kan lebih baik berdua. " ujar Ferry memberi ide.
" Boleh juga Mas ayo. " jawab Lita yang menyetujui ide Ferry.
Mereka berdua mulai berlari dengan santai mengelilingi komplek bersama-sama untuk yang pertama kalinya.
" Kamu sering lari pagi begini Lita? " Ferry bertanya guna memecah keheningan di antara mereka berdua.
" Bukan sering lagi Mas bahkan setiap hari, Mas sendiri sering? " Lita balik bertanya.
" Kalau saya sih jarang paling seminggu tiga kali, karena kalau lari sendirian kurang semangat sementara Vera gak pernah mau di ajakin Lari pagi. " tutur Ferry menjawab.
Melihat ada peluang Lita mulai menawarkan diri agar bisa lebih dekat dengan Ferry.
" Oh kalau begitu bareng saya aja Mas biar saya pun ada temennya juga. " pancing Lita yang berlari sambil melihat ke arah Ferry sekilas.
Ferry tampak manggut-manggut setuju dengan ajakan Lita.
" Hmm boleh juga biar seru kalau berdua. " jawab Ferry
Lita langsung tersenyum karena jalannya satu langkah lebih maju setelah itu mereka lanjut lari pagi keliling komplek hingga dua putaran.
" Ternyata kamu kuat juga ya? Sampe dua putaran padahal komplek ini luas banget loh. " celetuk Ferry saat mereka jalan santai karena sudah lelah berlari.
" Ya namanya sudah terbiasa Mas olahraga begini kan itung-itung sekalian investasi tubuh sehat untuk masa depan. " jawab Lita dengan napas yang memburu.
" Bener juga apa kata kamu, pantesan badan kamu bagus banget. " Puji Ferry.
" Ah Mas Ferry bisa aja badan Mbak Vera juga bagus kok. " sahut Lita dengan pipi yang bersemu merah.
" Iya sih tapi tidak sepadat dan sebesar punya kamu. " celetuk Ferry yang mulai to the point.
Sebagai seorang laki-laki apa lagi ia seorang mantan Playboy sudah tentu Ferry pasti akan tertarik saat melihat bagaimana seksinya tubuh Lita tapi meskipun demikian ia masih sadar dengan statusnya sebagai seorang suami.
" Ah Mas Ferry ada-ada aja, oh iya setelah olahraga begini biasanya Mas Ferry sarapan apa? " Lita bertanya sembari tertawa kecil.
" Biasanya sih gak sarapan nanti sekalian makan siang saja. " jawab Ferry apa adanya.
" Loh kok gitu memangnya Mas Ferry GK laper apa? Kalau saya biasanya sih langsung bikin menu sarapan yang simpel. " seru Lita bercerita.
" Ya sebenarnya sih laper tapi mau gimana lagi Vera gak pernah masak kalau harus beli di luar gak sempet jadi sekalian makan siang saja. " jawab Ferry dengan jujur.
Lita langsung merubah ekspresi wajahnya menjadi sedih.
" Aduh kasian banget Mas Ferry mau saya buatin sarapan gak? Ya itung-itung bantu tetangga? " pancing Lita lagi agar bisa semakin dekat dengan Ferry.
" Memangnya kamu kalau pagi biasanya sarapan apa? " Ferry malah balik melontarkan pertanyaan untuk Lita.
" Biasanya sih Smoothies bowl, oatmeal, roti gandum pakai telur gitu-gitu aja sih paling topingnya aja yang ganti-ganti supaya gak bosen. " jawab Lita.
" Oh sehat banget ya menu sarapannya? " sahut Ferry.
" Iya namanya untuk investasi masa depan Mas jadi ya harus di berikan yang terbaik, jadi bagaimana tawaran saya tadi mau dibuatin sarapan tidak? " ujar Lita yang mengulang pertanyaannya.
Ferry nampak terdiam memikirkan tawaran Lita yang sebenarnya tidak ada salahnya juga.
" Hmm boleh deh kalau tidak keberatan, saya mau coba investasi juga seperti kamu. " jawab Ferry dan Lita pun tersenyum semakin lebar.