Tek ketek tek ketek tek ketek ketek ketek
'Lagi-lagi suara itu! Ingin ku buang mainan berbentuk dua onde-onde yang saling digantung pake tali dengan bunyi yang merusak panca indera ku itu. Bisa-bisanya orang seumurannya menyukai hal absurd begitu!!
"Shanuuuuuum maiiin yuuuuuk" Teriak pemuda itu terdengar tanpa dosa sudah mengganggu hari minggu indahku!
"Minggat sana! Shanum lagi ke Dubai jualan karpet terbang bareng Aladin!!!"
Bukannya pergi laki-laki itu malah duduk menunggu di depan kostku! Sumpah ya, entah kesalahan dan dosa apa yang aku lakukan di kehidupan yang lalu sampai dipertemukan dengan orang gaje super nyebelin kayak Abyan itu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Disuruh pulang!
Apa pekerjaan kang lato sih? Ada yang tanya gitu? Sini tak bisikin tipis-tipis, dia tuh tipe orang yang nggak kelihatan kerja tapi duitnya ngumpul sendiri ke dia.
Dia masih muda tapi punya usaha di bidang jasa menyejahterakan perut. Ngerti? Kata lainnya, dia punya usaha kuliner. Nggak harus dia sendiri yang turun tangan, lha iya dia bosnya. Sampai sini paham lah ya apa pekerjaan kang lato itu?
"Kenapa lihatin aku gitu banget? Bulu idungku udah memanjang keluar hah?" Aku asal aja ngejeplak.
"Kamu nggak ngebosenin. Makin dilihat makin bikin aku jatuh cinta sama kamu." Ucapnya.
"Oowh." Aku tentu tak mau terlihat norak di depannya dengan jingkrak-jingkrak abis dia ngomong tadi, mempertahankan image diri sebagai cewek anti baperan itu wajib dijunjung tinggi demi harga diri, catet!
"Kok cuma Oowh.. Hmm oiya Num, aku mau tanya.. kapan kamu siap nikah? Ibuku nanyain mulu, kapan aku nikah.. Jadi aku tanya ke kamu, kamu kapan siap tak nikahin?" Weladalah.. Ini orang enteng banget ngomong ginian.
Kayak lagi nanya harga cabe sekilo berapa ya Num? Aku menatapnya tak percaya. Harusnya dia lebih sensitif nanya hal ini ke cewek kan? Apalagi aku belum jadi ceweknya, bisa-bisanya dia kayak gitu!
"Kamu nanya ke siapa? Aku? Aku siapa mu ya? Temen? Sahabat? Sodara? Atau pacar? By, antara kita ini nggak ada apa-apa ya. Jadi plis jangan melewati batasan mu. Oke?!" Ucapku ketus. Aku melihat dia tak merubah cara pandangnya ke aku. Masih sama. Masih hangat dan memenangkan.
"Momen ini disponsori oleh.. pipa air rajungan! Rajungan... menghibah sampaiiii jauuh!" Dieska lewat sambil ngomong unfaedah yang bikin orang gemes pengen nyeburin dia ke kandang gorila.
Abyan tertawa mendengar ledekan Dieska. Apa itu lucu?
"Yudis udah pergi ya Dies?" Aku tahu itu hanya basa-basi yang tertunda, karena Abyan dari tadi hanya fokus ngobrol sama aku aja.
Dari tadi kami nggak hanya berdua. Ada Dieska yang jadi setan di antara kami. Dia sukses jadi setan yang baik dengan tidak berkomentar apapun melihat interaksi antara aku dan Abyan. Ya jelas, wong dia disibukkan dengan ponselnya yang selalu bergetar karena diberondong pesan dari Yudisnya.
"Oowh baru ingat ada aku di sini By?" Dieska tersenyum sedikit menyindir.
Berlanjut dengan obrolan gaje mereka, aku memilih tak banyak bicara. Bukan tak ingin gabung dengan ikut gaje bareng.. Tapi, ada something yang mengganjal hati mungilku.
Pesan singkat dari ibuku yang menyuruhku pulang minggu ini, tak ayal menciptakan tanda tanya besar. Ada apa gerangan? Nggak biasanya ibu kayak gini.
Aku mencoba menghubungi nomer wanita pembawa surga ku di telapak kakinya itu, tersambung hanya tak dijawab. Huuft.. Aku makin kepikiran. Oke, ibuku tercinta yang jauh di sana ternyata juga bisa bikin aku dag dig dug senam jantung! Orang lagi jatuh cinta mah kalah sama sensasinya anak rantau yang dapat kabar setengah-setengah dari kampung halamannya kayak gini.
"Ada apa Num?" Abyan peka juga ternyata dengan diam ku.
"Ibu nyuruh aku pulang minggu ini. Aku tanya ada apa nggak di bales, aku telpon juga nggak diangkat." Ucapku jujur.
"Wowowooo.. Tanda tanda ini Num!" Dieska berkata sekeras toa mushola.
"Berisik Juminten! Pelan napa ngomongnya. Buset dah...! Biasa ngemil meriam ya kamu? Ngomongnya blang bleng bikin kuping cemengkring." Terang aja aku ngamuk, dia teriak tepat di samping telingaku. Gimana nggak si tensi makin naik coba punya teman kek gini amat.
"Hahaha.. Mangap lah Num, aku terlalu bersemangat ini!" Masih dengan power of ngegasnya.
"Itu mamakmu minta kamu buru-buru pulang pasti mau jodohin kamu deh! Yakin aku, yakin ku udah ke tingkat provinsi ini!" Ini apa lagi, ya salam...
Mendengar kalimat ngaco Dieska, Abyan yang tadinya cuma liatin aku sama Dieska ngomong jadi terbatuk-batuk.
Aku melihat ke arahnya. Menaikan dagu sebagai kode, aku lagi tanya ke dia.. 'Ono opo?'
"Kalau kamu pulang minggu ini, aku ikut boleh? Aku anterin kamu." Ucapnya yakin. Dia sampai memegang tangan kananku guna meyakinkan ku dengan keseriusan ucapannya.
Mataku membola, Dieska ikut terkaget-kaget melihat ke arah kang lato. Hatiku lagi nggak karuan karena kabar setengah-setengah dari ibu ku, sekarang ditambah lagi dengan kemumetan karena sikap Abyan.