Hari harusnya menjadi hari bahagia tiba-tiba berubah menjadi hari duka. Pernikahan yang sudah berada di depan mata harus terkubur untuk selama-lamanya.
Tepat di hari pernikahannya Yudha mengalami sebuah kecelakaan dan tidak bisa terselamatkan. Namun, sebelum Yudha menghembuskan nafas terakhirnya dia berpesan kepada Huda, sang adik untuk menggantikan dirinya menikahi calon istrinya.
Huda yang terkenal playboy tidak bisa berbuat apa-apa. Dengan berat hati dia pun menyanggupi permintaan terakhir sang kakak. Mampukah Huda menjadi pengganti kakaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teh ijo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikahi Calon Ipar ~ 11
Sesampainya di rumah, Huda langsung mencari keberadaan Husna. Saat ini melihat wajah Husna yang teduh membuat hatinya tenang. Apalagi jika melihat senyum dari bibir wanita itu, rasanya seperti sedang mendapatkan senyuman dari seorang bidadari.l dari khayangan.
Sepertinya berlian di rumahnya tidak akan pernah bisa mengalahkan indahnya berlian di luar sana. Huda baru menyadari jika selain sabar, ternyata Husna juga sangat cantik. Pantas saja kakaknya sangat mencintai Husna.
"Assalamualaikum." Huda mengucapkan salam, tetapi tak ada jawaban dari Husna.
Huda merasa heran saat tak mendapati Husna di kamarnya. Dia tidak tahu kegiatan apa saja yang dilakukan Husna selama ditinggalnya kuliah.
"Mbak! Mbak Husna, aku pulang," teriak Huda yang mencoba untuk mencari keberadaan Husna.
Huda mendengus kesal saat tak menemukan Husna. Saat ingin menelepon, dia baru teringat jika dia tidak menyimpan nomor istrinya sendiri. Huda sudah kalut dan berpikir jika Husna diculik.
"Aduh ... gawat kalau sampai anak orang hilang. Bisa-bisa bukan hanya Ibu saja yang akan menggantungku, tetapi Abi dan Umi pasti juga akan langsung mencincangku. Mereka akan menyalahkan mengapa aku tidak bisa menjaga putri mereka dengan baik," gerutu Huda yang sudah siap keluar rumah untuk mencari Husna.
Namun, saat hendak menutup pagar, mata Huda menangkap sosok yang dia kenali sedang berjalan dengan menenteng sebuah plastik besar di tangannya. Terlihat juga ada dua orang yang sedang bersama dengannya.
"Nah itu dia," kata Huda lalu berjalanan menghampiri Husna.
Husna terkejut saat melihat Huda telah berada di depannya. "Huda," gumam Husna.
"Kamu darimana? Ngapain panas-panas jalan?" tanya Huda yang langsung menyambar plastik yang ada di tangan Husna. "Ayo pulang!" ujarnya lagi.
"Aku dari pasar, Hud," balas Husna.
Husna hanya tersenyum kepada dua orang yang bersamanya kemudian meminta maaf jika dirinya harus pulang bersama dengan Huda.
"Maaf ya, aku pulang duluan," kata Husna tidak enak. Pasalnya kedua orang itu hanya menemani Aira saja saat Aira bertanya letak pasar.
"Iya gak papa."
Setelah kepergian Husna dua orang itu masih tidak percaya dengan suami Husna yang masih bening.
"Pengen juga dapat yang muda dan perhatian seperti suaminya Husna."
"Emangnya kamu cantik seperti Husna? Ngaca dulu sebelum bermimpi, kali aja ada tahi mata."
Keduanya pun akhirnya juga ikut berlalu saat Husna sudah masuk ke dalam rumahnya.
Meskipun Husna sudah mengatakan jika pasar tidak terlalu jauh, tetapi Huda tetap tidak menerima pembelaan dari Husna.
"Aku kan udah bilang kalau membutuhkan sesuatu, panggil aku!"
Husna hanya membuang napas beratnya. Dia tak peduli apakah Huda menerima atau tidak. Sebagai seorang istri Husna tidak ingin bergantung terus kepada suaminya. Terlebih hanya untuk berbelanja sayuran.
"Dosa lho, Mbak pergi tanpa seizin dari suami." lanjut Huda lagi.
"Kan aku perginya ke pasar, Hud. Lagian biasanya jam segini kamu juga belum pulang," jawab Husna sambil memasukkan sayuran ke dalam kulkas.
"Belum tua udah pikun! Tadi pagi kan aku udah bilang kalau aku pulang cepat, Mbak. Dan aku nyuruh kamu untuk siap-siap kerena kita mau nonton." Huda mencebikkan bibirnya yang merasa diacuhkan oleh Husna.
"Mbak! Denger aku ngomong gak sih?!"
Husna yang sudah selesai menata sayurannya segera menatap ke arah udah yang memasang wajah kesalnya.
"Iya aku dengar. Tapi aku lupa jika hari ini kamu pulang cepat. Maaf ya."
Huda berdecih lalu meninggalkan Husna ke kamar. Percuma saja dia buru-buru jika akhirnya saat sampai di rumah istrinya belum siap.
"Gini amet punya istri lebih tua, dikit-dikit lupa," gerutu Huda yang langsung menjatuhkan tubuhnya ditempat tidur.
***
Hampir satu jam Huda menunggu Husna mempersiapkan diri. Ternyata menunggu itu sangat membosankan. Huda hanya bisa mengelus dadanya saat Husna tak kunjung keluar dari kamar. "Tidur apa ganti baju sih?" gerutu Huda.
Saat langkahnya ingin membuka pintu kamar, ternyata pintu telah dibuka lebih dahulu oleh Husna. Pertama kali yang dirasakan Huda adalah semerbak aroma parfum menusuk ke hidungnya, bahkan jantungnya juga langsung ikut menyambutnya.
Mata Huda terpana akan sosok yang ada di depan matanya. Hampir saja Huda tak bisa mengenali Husna dengan balutan gamis warna nude.
"Astaghfirullahaladzim," gumam Huda.
"Kenapa Hud? Ada yang salah?" tanya Husna sambil meneliti dirinya sendiri.
"Gak ada, Mbak. Aku pikir bidadari yang nyasar. Lagian kamu kok cantik banget sih? Gak takut banyak mata yang ngelirik nanti. Kita mau nonton lho, Mbak. Pasti nanti banyak laki-laki yang liatin kamu," ujar Huda yang masih terpesona dengan tampilan Husna.
Husna mengernyit. Padahal dia hanya ingin mengimbangi Huda saja. Dia tidak mau Huda merasa malu jika dirinya terlihat lebih tua.
"Jadi aku harus ganti lagi?"
Huda menggeleng. "Gak usah! Kelamaan! Dah ah, ayo berangkat!"
***
Hampir lima belas menit Huda menempuh perjalanan untuk menuju ke Bioskop yang ada di sebuah Mall. Saat baru turun, Huda malah merasa gugup saat ingin menggandeng tangan Husna. Tetapi Huda harus melakukan agar bisa menunjukkan jika Husna sudah ada yang punya.
"Kamu kenapa, Hud?" tanya Husna heran saat Huda terus menatapnya.
"Gak ada, Mbak. Ayo masuk!"
Huda berusaha memberanikan diri untuk menggenggam tangan Husna. Untuk kali pertama tangan Husna a di gandeng oleh Huda. Husna a yang awalnya terkejut akhirnya mengulum senyum di bibir.
"Gak boleh jelalatan matanya!" bisik Huda posesif.
"Iya iya." Senyum itu kembali memerkah kembali.
Sepanjang jalan mata Huda tetap was kepada orang-orang yang memperhatikan dirinya, lebih tepatnya memperhatikan Husna.
Huda semakin positif dan menarik pinggang agar lebih merapat ke tubuhnya.
"Kamu seneng kan, Mbak banyak cowok yang cuci mata? Ah, ngapain juga aku bawa kamu kesini sih tadi," gerutu Huda.
"Kamu kenapa sih, Hud. Mereka juga punya mata. Bukankah kamu juga pernah mengalami?"
"Ya kan lain, Mbak. Aku gak liatin istri orang.".
"Tapi sama aja, Hud. Sama-sama cuci mata."
Huda memilih mengalah karena memang benar apa yang diucapkan oleh Husna a. Sebelum menikah Huda memang sering cuci mata saat melihat wanita cantik, meskipun dia sudah memiliki kekasih saat itu.
Saat Huda sedang ingin mengantri, tiba-tiba sosok wanita di depannya membuatnya jantungan. Wanita yang baru saja dia abaikan beberapa jam yang lalu. Siapa yang menyangka jika dia akan mendapatkan hadiah istimewa dari Keisha.
PLAKK!
Satu tamparan mendarat di pipi Huda.
"Ternyata benar kan dugaan aku. Kamu udah punya yang baru sehingga kamu menghindar dariku? Kamu jahat Hud!" bentak Keisha yang tak sengaja bertemu dengan Huda.
Husna hanya bisa melihat wajah kecewa dari wanita yang baru saja menampar Huda. Maira yakin jika wanita itu adalah kekasihnya Huda.
"Siapa dia?!" bentak Keisha dengan menunjuk kearah Aira. "Jangan bilang dia adalah pacar baru kamu. Huda, jawab aku!"
.
.
...*BERSAMBUNG*...
segala sesuatu memang harus dibiasakan kok
kak author beneran nih ditamatin,,,,,,,
astagfiruloh
torrr ini beneran tamat