Ye Chen, sang "Kaisar Pedang Langit", pernah berdiri di puncak dunia kultivasi. Pedangnya ditakuti oleh Iblis dan Dewa di Sembilan Langit. Namun, di saat ia mencoba menembus ranah terakhir menuju keabadian, ia dikhianati dan dibunuh oleh saudara angkat serta kekasihnya sendiri demi merebut Kitab Pedang Samsara.
Namun, takdir belum berakhir baginya.
Ye Chen tersentak bangun dan mendapati dirinya kembali ke masa lalu. Ia kembali ke tubuhnya saat masih berusia 16 tahun—masa di mana ia dikenal sebagai murid sampah yang tidak berguna di Sekte Pedang Patah.
Sekte Pedang Patah hanyalah sekte kelas tiga yang sedang di ambang kehancuran. Pusaka mereka hilang, teknik mereka tidak lengkap, dan murid-muridnya sering menjadi bulan-bulanan sekte lain.
Tapi kali ini, ada yang berbeda. Di dalam tubuh pemuda 16 tahun itu, bersemayam jiwa seorang Kaisar yang telah hidup ribuan tahun.
Dengan ingatan tentang teknik kultivasi tingkat Dewa yang hilang, lokasi harta karun yang belum ditemukan...........
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rikistory33, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Darah Diatas Pasir
Gurun Pasir Kematian.
Matahari membakar tepat di atas kepala, menciptakan fatamorgana yang menari-nari di cakrawala. Namun, panasnya matahari tidak sebanding dengan dinginnya aura pembunuh yang mengepung Ye Chen.
Dua belas pembunuh bayaran dari Sekte Iblis Darah muncul dari balik pasir. Mereka mengenakan jubah warna gurun yang menyamarkan keberadaan mereka dengan sempurna. Di tangan mereka tergenggam Sabit Kait beracun.
"Serahkan kepalamu, Ye Chen!" teriak pemimpin mereka.
Mereka menerjang serentak. Formasi mereka terkoordinasi dengan baik, menutup semua jalur pelarian depan, belakang, kiri, kanan, dan bahkan dari atas (dua orang melompat tinggi).
Ye Chen tidak bergerak dari posisinya. Tangan kanannya memegang gagang Pedang Iblis Langit yang masih tersarung di punggungnya.
"Kalian mengganggu pemandangan."
ZING!
Ye Chen berputar di tempat. Pedangnya tercabut hanya setengah inci, lalu dimasukkan kembali.
"Sutra Pedang Nirwana, Gelombang Pasir Hitam."
Bukan bilah angin yang keluar, melainkan gelombang Qi yang menghentak tanah. Pasir di sekitar kaki Ye Chen meledak ke atas, membentuk dinding pasir yang tajam dan padat.
BUM!
Para pembunuh yang menerjang itu menabrak dinding pasir yang diperkuat Qi.
"Ugh!"
Mereka terhuyung mundur. Pasir-pasir itu bertindak seperti ribuan jarum kecil yang menembus pertahanan kulit mereka.
Di momen mereka kehilangan keseimbangan itulah,
Ye Chen bergerak.
Dia mencabut pedangnya sepenuhnya.
"Mati."
Ye Chen melesat seperti kilat hitam.
Cras! Cras! Cras!
Tiga kepala melayang dalam satu detik.
Pemimpin pembunuh itu kaget. "Formasi Pasir Hisap! Kubur dia!"
Sisa pembunuh itu menghentakkan kaki mereka. Pasir di bawah Ye Chen tiba-tiba menjadi cair dan berputar, mencoba menyedotnya ke dalam tanah.
Namun, Ye Chen justru tersenyum.
"Bermain tanah denganku?"
Ye Chen menusukkan pedangnya ke dalam pusaran pasir itu.
"Atribut,Devour."
Pedang Iblis Langit menyala hitam. Pusaran pasir yang dikendalikan oleh Qi musuh itu... tiba-tiba berhenti berputar. Energinya disedot habis oleh pedang Ye Chen.
Tanah kembali memadat, menjepit kaki para pembunuh yang bersembunyi di bawah tanah.
"Apa?! Kakiku terjepit!"
"Sekarang giliranku membantai."
Ye Chen mengayunkan pedangnya mendatar. Sebuah gelombang energi hitam berbentuk bulan sabit melesat memotong permukaan pasir.
SLAASH!
Jeritan tertahan terdengar. Bagian tubuh atas para pembunuh yang terjepit itu terpotong rapi dari pinggang ke atas. Darah membasahi pasir kuning menjadi merah pekat.
Dalam waktu kurang dari dua menit, pertarungan itu berakhir.
Ye Chen mengibaskan darah dari pedangnya, lalu memungut kantong penyimpanan pemimpin mereka.
"Sangat Miskin," komentar Ye Chen setelah melihat isinya. "Hanya beberapa Batu Roh dan racun murahan."
Dia melihat ke arah kudanya yang lari tadi. Kuda itu sudah hilang, mungkin dimakan monster pasir atau lari terlalu jauh.
"Bagus. Sekarang aku harus jalan kaki."
Dua Jam Kemudian.
Ye Chen berjalan sendirian di tengah gurun. Dia tidak terbang menggunakan pedangnya karena di gurun ini terdapat Badai Magnetik di udara yang bisa mengacaukan aliran Qi jika terbang terlalu tinggi. Hemat energi adalah kunci bertahan hidup.
Tiba-tiba, telinganya menangkap suara dentingan logam dan teriakan manusia dari balik bukit pasir di depan.
"Lindungi Nona Muda!"
"Tahan mereka! Jangan biarkan Bandit Kalajengking mendekat!"
Ye Chen memanjat bukit pasir dan mengintip ke bawah.
Di lembah pasir di bawah sana, sebuah karavan dagang yang cukup besar sedang dikepung. Ada sekitar lima kereta barang yang ditarik oleh Unta Batu, dan sekitar tiga puluh pengawal bayaran yang sedang bertarung mati-matian.
Musuh mereka adalah sekelompok bandit yang menunggangi Kalajengking Pasir Raksasa. Jumlah mereka sekitar lima puluh orang, dan mereka sangat ganas.
"Serahkan barangnya dan wanitanya! Dan kami akan membiarkan sisanya hidup!" teriak pemimpin bandit, seorang pria botak dengan satu mata tertutup.
Di tengah formasi karavan, terdapat sebuah kereta mewah berwarna biru. Seorang gadis muda berpakaian pelayan sedang menangis ketakutan, sementara seorang wanita muda lain dengan cadar tipis berdiri dengan tenang memegang pedang, meski tangannya sedikit gemetar.
Ye Chen mengamati situasi.
"Karavan Keluarga Yun..." Ye Chen melihat bendera biru dengan lambang awan putih di kereta itu. "Salah satu dari Tiga Keluarga Pedagang Besar di perbatasan Benua Tengah."
Ye Chen tidak berniat menjadi pahlawan. Tapi dia butuh tumpangan, peta, dan informasi. Menyeberangi gurun sendirian itu membosankan dan sangat lambat.
"Baiklah. Anggap saja ini tiket bis."
Ye Chen meluncur turun dari bukit pasir.
Di bawah, pertahanan karavan mulai jebol. Seekor kalajengking raksasa berhasil menerobos barisan pengawal dan menerjang ke arah kereta wanita muda itu.
"Nona Yun! Awas!" teriak kepala pengawal karavan, tapi dia terlalu jauh untuk menolong.
Wanita muda itu mengangkat pedangnya dengan putus asa. Dia hanya berada di Kondensasi Qi Tingkat 9, sementara kalajengking itu setara Pembentukan Pondasi Awal.
Capit raksasa kalajengking itu turun untuk meremukkan kereta.
CLANG!
Suara benturan logam yang nyaring terdengar.
Wanita muda itu membuka matanya yang terpejam. Dia tidak merasakan sakit.
Di depannya, berdiri seorang pemuda berjubah hitam dengan pedang hitam besar di punggungnya. Pemuda itu menahan capit kalajengking raksasa itu hanya dengan menggunakan tangan kosong?
Tidak, dia menahannya dengan sarung pedangnya yang dia pegang dengan santai.
"Maaf mengganggu," kata pemuda itu (Ye Chen) tanpa menoleh ke belakang.
"Apakah karavan ini menuju ke Kota Batu Putih?"
Wanita itu bengong. Di situasi hidup mati begini, dia bertanya arah?
"E-Eh? I-Iya..." jawab wanita itu terbata-bata.
"Bagus. Bolehkah aku menumpang?"
Sebelum wanita itu menjawab, kalajengking itu meraung marah karena serangannya ditahan. Ia mencoba menusuk Ye Chen dengan ekor beracunnya.
"Hewan berisik."
Ye Chen menarik pedangnya sedikit, hanya satu inci lalu membiarkan aura Pedang Iblis Langit bocor keluar.
Dzing!
Kalajengking itu tiba-tiba membeku. Insting binatangnya menjerit ketakutan murni. Ia merasakan kehadiran predator puncak.
Ye Chen menghentakkan sarung pedangnya ke kepala kalajengking itu.
BRAK!
Kepala kalajengking itu pecah seketika. Tubuh raksasanya ambruk ke tanah, mati.
Hening.
Seluruh medan pertempuran terhenti sejenak. Para bandit dan pengawal sama-sama menatap pemuda misterius yang baru saja membunuh monster tunggangan itu dengan satu pukulan santai.
Pemimpin bandit di kejauhan menyipitkan matanya. "Siapa kau?! Jangan ikut campur urusan Kelompok Kalajengking Hitam!"
Ye Chen menoleh ke arah pemimpin bandit itu.
"Aku hanya seorang penumpang yang tidak suka perjalananku tertunda."
Ye Chen menghilang dari tempatnya.
Angin berhembus.
Detik berikutnya, Ye Chen sudah berdiri di atas kalajengking milik pemimpin bandit itu, tepat di belakang si Bos Botak.
Pedang Ye Chen (masih di dalam sarung) menempel di leher si Bos.
"Pergi, atau mati?" bisik Ye Chen.
Keringat dingin mengucur deras di kepala botak si Bos. Dia adalah ahli Pembentukan Pondasi Tahap Menengah, tapi dia bahkan tidak melihat kapan pemuda ini bergerak.
"Ka-Kami pergi! Kami pergi!" teriak Bos Botak panik. "Mundur! Semua mundur!"
Para bandit itu, yang melihat pemimpin mereka ditodong, segera memutar balik tunggangan mereka dan lari tunggang langgang meninggalkan barang rampasan.
Ye Chen menendang pantat si Bos Botak hingga jatuh dari kalajengkingnya, lalu melompat turun kembali ke tanah.
"Selamat jalan," kata Ye Chen sambil melambaikan tangan.
Para bandit itu menghilang di balik bukit pasir dalam hitungan detik.
Ye Chen berbalik menghadap wanita muda dari Keluarga Yun tadi. Dia menepuk debu di bajunya.
"Nah, Nona," Ye Chen tersenyum tipis. "Kurasa itu cukup untuk membayar biaya tumpangan?"
Wanita muda itu, Yun Fei, menatap Ye Chen dengan campuran rasa kagum dan waspada. Dia menyadari pemuda ini bukan orang sembarangan.
Kepala pengawal karavan berlari mendekat, pedangnya masih terhunus waspada. "Nona Muda, hati-hati! Kita tidak tahu asal-usulnya!"
Yun Fei mengangkat tangan, menghentikan pengawalnya. Dia melangkah maju dan membungkuk hormat dengan anggun.
"Terima kasih atas bantuan Tuan Pendekar. Nama saya Yun Fei dari Keluarga Yun. Tuan telah menyelamatkan nyawa kami."
"Namaku Ye Chen," jawab Ye Chen singkat. "Aku hanya butuh tumpangan ke kota terdekat di seberang gurun."
"Hanya itu?" Yun Fei terkejut. Biasanya ahli sekuat ini meminta bayaran ribuan Batu Roh.
"Tentu saja! Tuan Ye boleh menggunakan kereta pribadiku. Kami akan menjamu Tuan dengan layanan terbaik."
Ye Chen mengangguk. "Terima kasih."
Dia berjalan menuju kereta tanpa basa-basi, meninggalkan para pengawal yang masih berbisik-bisik kagum.
Di dalam hati, Ye Chen tersenyum.
Langkah pertama masuk ke Benua Tengah yaitu Amankan identitas dan transportasi.
Namun, Ye Chen juga merasakan tatapan tajam dari salah satu pengawal karavan, seorang pria tua yang duduk diam di kereta paling belakang.
Auranya tersembunyi, tapi Ye Chen bisa mencium bau... Sekte Iblis yang samar darinya.
"Sepertinya perjalanan ini tidak akan membosankan," batin Ye Chen.