seorang gadis yang berniat kabur dari rencana perjodohan yang dilakukan oleh ibu dan ayah tirinya, berniat ingin meninggalkan negaranya, namun saat di bandara ia berpapasan dengan seorang laki-laki yang begitu tampan, pendiam dan berwibawa, berjalan dengan wajah dinginnya keluar dari bandara,
"jangan kan di dunia, ke akhirat pun akan aku kejar " ucap seorang gadis yang begitu terpesona pada pandangan pertama.
Assalamualaikum.wr.wb
Yuh, author datang lagi, kali ini bertema di desa aja ya, .... cari udara segar.
selamat menikmati, jangan lupa tinggalkan jejak.
terimakasih...
wassalamualaikum,wr.wb.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Marina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
keseimbangan antara dunia dan akhirat
Jarak antara pusat kota dan Pesantren kini membentang luas, tetapi frekuensi hati Zora dan Yusuf justru terasa semakin dekat, terikat oleh benang merah kerinduan yang sama-sama mereka yakini sebagai dosa.
Di kamar mewahnya, Zora baru saja menyelesaikan setoran hafalannya untuk malam itu. Ia mematikan lampu besar, menyisakan lampu tidur kecil di samping mushafnya.
Begitu keheningan datang, bayangan Yusuf muncul. Bukan Yusuf yang tampan, melainkan Yusuf yang tegar saat menolongnya di kolam air panas terbuka, Yusuf yang bijak saat menegurnya, dan Yusuf yang penuh wibawa saat berdakwah.
Zora menekan dadanya yang terasa sesak. Ia tahu merindukan pria yang dikabarkan akan menikah dengan wanita lain, pria yang bukan mahram-nya, adalah sebuah dosa. Merindukan kehadiran yang tidak halal adalah kelemahan imannya.
Ia berbalik menghadap dinding, memejamkan mata, dan memaksa dirinya mengulang ayat-ayat yang baru ia hafal. Namun, bait-bait suci itu justru bercampur dengan wajah Yusuf. Rindu itu lebih kuat dari disiplinnya.
"Ya Allah... Aku mencintai-Mu, tapi mengapa rindu ini begitu menyakitkan? Cabutlah rasa ini jika ia haram bagiku. Aku ingin melupakan, tapi mengapa Engkau biarkan bayangnya selalu ada?" gumamnya dalam hati.
Di saat yang sama, di kamarnya yang sederhana di samping Pesantren, Yusuf baru selesai menunaikan salat malam. Ia duduk di atas sajadah, berzikir, mencari ketenangan.
Yusuf merasa dirinya adalah Ustadz yang paling munafik. Ia baru saja mengajarkan santrinya tentang menjaga hati dari maksiat, tetapi hatinya sendiri penuh dengan kerinduan terhadap wanita yang telah pergi tanpa ikatan, wanita yang ia yakini telah salah paham.
Yusuf tahu, merindukan Zora saat ia masih terikat janji dengan Ayudia walaupun sudah dialihkan kepada Ridwan dan tanpa adanya ikatan yang sah dengan Zora, adalah dosa yang harus segera ia taubat-kan. Ia merasa telah mengkhianati gelarnya sebagai Ustadz.
Harapan yang Tersembunyi, Ia mendongak ke langit-langit kamar, mencari petunjuk. Ia merindukan Zora bukan karena kecantikan duniawinya, tetapi karena keberanian dan tekad hijrah-nya.
Ustadz Yusuf doa dalam hati "Ya Rahman, ya Rahim... Hamba memohon ampun atas rindu yang tidak halal ini. Hamba tahu itu dosa. Jika memang Engkau takdirkan Zora untuk menjadi pendamping hamba, hamba mohon percepatlah jalan yang halal itu. Jika tidak, hamba mohon, bersihkan hati hamba sepenuhnya, sebelum rindu ini menghancurkan istiqamah hamba."
Kedua insan itu, dipisahkan oleh jarak, disatukan oleh rasa sakit. Mereka sama-sama berjuang melawan dosa rindu, sebuah perasaan manusiawi yang paling jujur, tetapi paling terlarang dalam aturan suci yang sedang mereka coba tegakkan dalam hidup mereka...
***
Waktu terus bergulir, dan Zora menunjukkan kemajuan yang luar biasa. Kamar mewahnya telah menjadi zawiyah atau tempat pertapaan kecilnya, tempat ia bergumul dengan ayat-ayat suci ditemani ibu Suci.
Berkat kecerdasan alaminya dan fokus yang penuh rasa ikhlas, Zora telah menyelesaikan hafalan beberapa juz Al-Qur'an. Lantunannya semakin fasih dan indah. Ia menemukan kedamaian yang sesungguhnya dalam irama hafalan.
Namun, setiap kali jeda datang, bayangan Yusuf kembali menyergap. Meskipun ia telah ikhlas menerima takdir dan bertekad melanjutkan hijrahnya, Zora menyadari ia tidak sedikit pun bisa menghilangkan pikiran Yusuf dari benaknya. Ia hanya mampu menenggelamkan pikiran itu sementara, lalu kembali muncul saat ia lengah.
Zora berucap dalam hati "Jika aku tidak bisa memilikimu, biarlah aku memilikinya . Biarlah aku menjadi wanita yang pantas untukmu, meskipun takdir berkata kita takkan pernah bersanding."
Sesekali, Zora keluar dari dunianya yang sunyi. Papa Zora, yang sangat bangga dengan perubahan putrinya, memanggil Zora untuk membantu pekerjaan di kantor bila ada kebutuhan mendesak.
" sayang...nanti ke kantor ya, papa sedang ada masalah yang belum terpecahkan, mungkin Zora bisa mencari solusi" ucap papa Surya setelah selesai sarapan, dan sudah memakai pakaian formal.
"insyaallah pah...nanti Zora akan bersiap-siap menyusul papa ke kantor" balas Zora lembut.
"terimakasih nak, kalau begitu, papa berangkat dulu... assalamualaikum?" ucapnya.
"waalaikumsalam " jawabnya, lalu mama Farida mengantar suaminya sampai ke depan, sedangkan Zora, akan bersiap untuk pergi ke kantor.
**"
Zora kembali mengenakan pakaian yang lebih formal,tentu saja dengan model yang tetap syar’i dan tertutup, ia memasuki ruang meeting. Di sana, ia menganalisis laporan, memberikan saran strategis yang cerdas, dan menunjukkan bahwa kecerdasannya tidak tumpul meskipun ia sibuk menghafal Al-Qur'an.
Di kantor, Zora adalah wanita karier yang tajam, di rumah, ia adalah hafizah yang penuh ketenangan. Keseimbangan ini membuktikan bahwa hijrahnya tidak menjadikannya menutup diri dari dunia, melainkan menjadikannya lebih kompeten dan bertanggung jawab.
Kunjungan Zora ke kantor Papa Zora selalu menjadi peristiwa besar. Bukan hanya karena ia adalah putri pemilik perusahaan, tetapi kini, kehadirannya menciptakan kehebohan yang berbeda.
Zora melangkah di lorong kaca kantor, mengenakan blazer elegan dipadukan dengan rok panjang dan hijab yang menutupi dada. Penampilannya modis namun sepenuhnya syar'i.
Di ruang pantry, sekelompok karyawan senior, termasuk beberapa direktur muda, menatap Zora dengan kekaguman yang nyata.
Karyawan A "Lihat Zora sekarang. Dia terlihat sepuluh kali lebih berwibawa. Dulu dia cantik liar, sekarang dia cantik tenang."
Karyawan B "Kecerdasannya tidak hilang. Baru tadi dia memecahkan masalah sistem yang membuat tim kita pusing seminggu. Hebat. Dia membuktikan, hijrah tidak membuat otak tumpul."
Direktur C"Papa Zora pasti bangga sekali. Dulu kita takut dia merusak citra perusahaan. Sekarang, dia adalah citra kesuksesan yang berhijab."
Tidak semua reaksi positif. Beberapa karyawan wanita, terutama yang selama ini berusaha keras meniru gaya hidup Zora yang mewah, kini dipenuhi rasa iri yang mendalam.
Karyawan D ia Berbisik sinis kepada temannya "Enak ya jadi dia. Bisa kaya raya, lalu tiba-tiba jadi salihah. Itu namanya paket lengkap. Kita mau hijrah, disangka cari sensasi. Dia hijrah, langsung disanjung."
Karyawan E , "Mungkin dia bosan saja. Gaya hidupnya dulu terlalu ekstrem. Sekarang dia mencari ketenangan, tapi tetap saja dia tidak perlu pusing memikirkan cicilan." ucapnya terkekeh
Di sudut lain, beberapa karyawan senior yang sinis menganggap perubahan ini hanyalah fase sementara, sebuah reaksi berlebihan terhadap masalah pribadi. Mereka mencibir dalam hati.
Karyawan F "Ah, paling-paling patah hati. Aku dengar dia ditolak seorang ustadz. Ini hanya reaksi biasa untuk menunjukkan dia sudah move on."
Karyawan G "Tunggu saja. Sebentar lagi dia pasti bosan. Mana mungkin gadis liar seperti Zora tahan lama-lama mengurung diri. Ini hanya perubahan sesaat. Nanti kalau sudah dapat jodoh baru, dia akan kembali perlahan-lahan."
Zora, yang kini sangat fokus pada hal-hal penting, berjalan melewatinya semua tanpa terpengaruh. Ia tahu semua pandangan itu ada, tetapi baginya, pandangan manusia tidak lagi penting. Fokusnya hanyalah pada ridho Tuhan dan ketenangan hati yang ia temukan dalam Al-Qur'an.
eh Thor semoga itu Zorra bisa mengatasi fitnahan dan bisa membongkar dan membalikkan fakta kasihan yang lg berhijrah di fitnah....
lanjut trimakasih Thor 👍 semangat 💪 salam