NovelToon NovelToon
Debar Indah Untukmu Tuan Penolongku

Debar Indah Untukmu Tuan Penolongku

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:230
Nilai: 5
Nama Author: ewie_srt

zahratunnisa, gadis berparas ayu yang sedang menempuh pendidikan di Dubai sebuah musibah menimpanya, hingga akhirnya terdampar di amerika.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ewie_srt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

lima belas

"gadis murahan, cihhh...., dasar gadis munafik"

Zahra gemetaran dengan tangan terikat dan mulut yang di bekap, air matanya tak henti berderai. Di belakang putri amira yang berdiri menatap sinis ke arahnya, berdiri puluhan pria bertubuh gempal menatapnya tanpa rasa iba.

"aku pikir kamu gadis yang bisa dipercaya zahra, ternyata kamu hanya gadis murahan yang dibalut jilbab syar'i" putri amira merendahkan tubuhnya agar sejajar dengan zahra yang terduduk ketakutan, tangannya mengibas jilbab lebar zahra sinis

"padahal aku berharap, kita bisa jadi sahabat. Ternyata kamu sama saja dengan perempuan di luaran sana yang tak mampu mengalihkan pandangan dari suami aku"

Putri amira berbalik membelakangi zahra, wanita cantik itu bertolak pinggang,

"jangan sentuh wanita itu, kalian hanya perlu memberinya pelajaran" ujar wanita itu dengan bahasa arab

Putri amira,melangkah menjauhi tempat dimana zahra sudah menangis pilu ketakutan. Matanya mengikuti kemana istri kedua ommar itu melangkah, zahra ingin teriak rasanya, namun bekapan dimulutnya terasa sangat rapat.

Kepala zahra tertengadah, ketika salah satu dari pria gempal dan besar itu mendongakkan dagunya kasar, senyum sinis di wajah pria itu membuat zahra ketakutan setengah mati.

Terdengar tawa dari beberapa pria yang berjalan ke arahnya, zahra mencari keberadaan putri amira. Rasa takut menghantuinya, air matanya tak henti mengalir.

"hmmmmphhhhh..." zahra berusaha berteriak meminta tolong ketika pria besar di hadapannya ingin menarik jilbabnya paksa, kepalanya menggeleng keras dengan air mata yang semakin menganak sungai.

"tunggu..." teriakan amira yang terlihat panik, entah darimana wanita itu, tapi wajahnya terlihat gelisah.

"aku mendengar suara mobil di luar, takutnya ommar mengetahui tempat ini, aku nggak bisa ambil resiko dia mengetahui perbuatanku.."

Mata amira menatap sinis, tanpa rasa iba memandangi zahra yang ketakutan, wanita itu masih juga berbicara dengan bahasa arab dengan pria-pria gempal tadi.

"aku harus pergi!, jangan bunuh gadis itu.." dagunya menunjuk zahra,

"serahkan saja pada temanmu, jual dia"

Putri amira melangkah tergopoh setengah berlari, diiringi beberapa pria yang mungkin saja pengawalnya, meninggalkan zahra yang sudah ketakutan setengah mati, tatapan gadis itu terlihat putus asa.

Seorang pria mengikat mata zahra dengan kain hitam, gadis itu meronta-ronta melawan. Namun sama sekali tak berguna, rontaan tubuhnya yang mungil sama sekali tak berarti apapun. Apalagi kaki dan tangannya juga terikat, zahra pun menghentikan tangisannya yang terasa tak berguna.

Ia merasa tubuhnya di bopong, zahra membaca doa panjang pendek, walau suara tangisannya tak lagi terdengar, air mata zahra masih tak mau berhenti mengalir.

'ya Allah, selamatkan aku dari orang-orang zalim, lindungilah hamba-Mu ini yah tuhanku' tak henti-hentinya zahra memanjatkan doa, lantunan doa, dan zikir tak kering dari bibirnya yang terbekap erat itu.

Mata zahra yang ditutup kain hitam, mulutnya yang dibekap serta kedua kaki dan tangannya yang diikat, tak menghalangi gadis itu berpikir kritis. Satu yang ia sesali, mengapa ia tak memberi tahu pada adiba, dan mengapa pula ponselnya tak terbawa.

Tangan zahra meraba lantai tempat ia duduk, terasa dingin, dan tidak rata.

Sejak ia di lemparkan ke dalam tadi, zahra tahu ia tak sendirian. Ada suara erangan pelan terdengar di telinganya, lamat-lamat masuk ke telinga zahra. Otaknya sedang mencermati sekeliling dengan teliti, tadi setelah tubuhnya di lemparkan, zahra merasakan mendarat di atas lantai yang tak rata, tubuhnya yang kesakitan, serta suara seperti pintu besi yang ditutup, ia menduga, saat ini mungkin dirinya berada di dalam satu kontainer besar, dugaannya semakin kuat karena ruangan tempat zahra berada mendadak hening dan panas.

Zahra mendorong kain yang menutupi matanya dengan kedua tangan, dan beruntungnya reeva ikatan itu hanya di pergelangan tangannya saja. Ia mengerjab-erjabkan matanya perih, ruangannya sangat gelap, dengan bau yang lumayan menyengat.

Cukup lama zahra duduk terdiam, ia ingin menyesuaikan pandangannya di dalam ruangan gelap itu, butuh waktu sedikit lama, matanya mulai beradaptasi.

Zahra beringsut, mengesot menuju ke dinding. Benar dugaannya ia memang berada di dalam sebuah kontainer. Zahra melihat beberapa bayangan duduk bersandar di dinding itu, seperti dugaannya ternyata ia tak sendirian.

Mata besarnya menatap nanar, rasanya sudah hampir 5 jam ia meninggalkan asrama, semoga adiba berpikir untuk mencarinya,

"hhhhhhhhh..." desahnya berat, ia teringat sampai besok adiba tidak akan pulang ke asrama, bukankah di kedutaannya sedang ada acara.

Air matanya kembali jatuh, zahra putus asa.

'apakah aku akan mati?, mati tanpa siapapun yang tahu?, ibu...maafin rara.."

Suara isakan zahra mulai terdengar pilu, rasa sesal merasukinya saat ini. Seandainya saja ia tak tergoda tawaran ommar, tidak. Seandainya saja ia tak pernah bertemu pria itu, mungkin ia akan baik-baik saja saat ini.

Sayup-sayup di kejauhan zahra mendengar suara azan berkumandang, ternyata sudah maghrib, karena tadi ia bertemu dengan amira setelah salat zuhur. Dan saat ia di sekap, zahra juga mendengar azan ashar di sana.

Zahra kelelahan dengan tubuh yang mulai melemah, rasa haus mulai terasa di tenggorokannya, tiba-tiba pintu kontainer itu terbuka, sorot cahaya senter membuatnya menutup mata kesakitan.

Terdengar percakapan di ambang pintu, menggunakan bahasa inggris. Zahra memusatkan pendengarannya.

"kalian harus memberi makan dan minum mereka, jangan sampai ada yang mati, aku sudah bayar mahal. Keberangkatan nanti tengah malam, setelah di kapal, baru mereka tanggung jawabku. Sekarang mereka masih tanggung jawab kalian"

Suara pria yang terdengar sangat fasih berbahasa inggris terdengar memerintah, zahra tak bisa melihatnya, karena cahaya dari luar membuat matanya tak mampu mengamati,

Zahra menoleh ke arah suara yang tadi mengerang pelan, pada saat ia pertama kali masuk.

Mata indahnya terbelalak tak percaya, benar ternyata zahra tak sendirian, ada beberapa wanita muda dan anak laki-laki tanggung di sudut kontainer sedang meringkuk ketakutan dan mungkin juga kelaparan.

Zahra menghitung ada sekitar 10 orang termasuk dirinya, debar jantungnya berdetak kencang.

'ya Tuhan, apakah kami akan di bunuh atau dijual hidup-hidup?, ataukah organ kami akan di ambil di tengah lautan nanti, sementara tubuh kami akan di buang untuk makanan hiu?'

Zahra bergidik ngeri, ia pernah mendengar tentang human traficking, wajah cantiknya memias.

'ya Allah ya Tuhanku, lindungi aku ya tuhanku..' zahra kembali melantunkan doanya.

"baik..baik.., kami akan kasih makan dan minum, dan tolong berangkat secepatnya" terdengar suara yang berbeda dari suara yang tadi, sebab pria yang barusan bicara itu terdengar terbata-bata berbicara dengan bahasa inggris yang lumayan belepotan.

Zahra hampir menjerit, ketika bekapan di mulutnya di buka kasar oleh seorang pria berwajah arab, tiba-tiba seorang pria lain duduk mencangkung di hadapan zahra, memegang dagunya. Zahra berusaha mengelak, tapi cengkeraman yang terasa menyakiti kulitnya itu menahannya.

"ini barang premium, jangan sampai cacat sedikitpun, aku akan kaya hanya dengan yang satu ini"

Senyum menjijikkan pria itu hampir membuat zahra muntah, ternyata pria yang mencangkung di hadapannya ini adalah pria yang fasih berbahasa inggris tadi. Menurut zahra pria kurus dengan rambut gondrong dan tubuhnya yang penuh tato itu, adalah orang asia. Mungkin cina atau korea, tatapan pria itu terlihat kesenangan.

"tolong cepat suapin yang satu ini, ingat aku mau yang satu ini jangan cacat sedikitpun" perintah pria kurus itu masih mencengkeram dagu zahra keras.

Zahra ingin berteriak, ataupun minta tolong. Tapi entah mengapa ia yakin tak akan berguna.

"help me..!" bisik zahra akhirnya, ia mencoba mana tahu pria itu mau menolongnya, barangkali pria di hadapannya ini masih memiliki hati nurani.

Pria kurus gondrong itu menyeringai menyeramkan, giginya yang hitam terlihat menjijikkan.

"ternyata kamu bisa berbahasa inggris yah, heuuumm, sabar yah cantik! Aku akan menolongmu keluar dari kontainer ini 20 hari ke depan"

Bersambung..

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!