Lima tahun lalu, malam hujan hampir merenggut nyawa Kapten Shaka Wirantara.
Seorang wanita misterius berhelm hitam menyelamatkannya, lalu menghilang tanpa jejak. Sejak malam itu, Shaka tak pernah berhenti mencari sosok tanpa nama yang ia sebut penjaga takdirnya.
Sebulan kemudian, Shaka dijodohkan dengan Amara, wanita yang ternyata adalah penyelamatnya malam itu. Namun Amara menyembunyikan identitasnya, tak ingin Shaka menikah karena rasa balas budi.
Lima tahun pernikahan mereka berjalan dingin dan penuh jarak.
Ketika cinta mulai tumbuh perlahan, kehadiran Karina, gadis adopsi keluarga wirantara, yang mirip dengan sosok penyelamat di masa lalu, kembali mengguncang perasaan Shaka.
Dan Amara pun sadar, cinta yang dipertahankannya mungkin tak pernah benar-benar ada.
“Mas Kapten,” ucap Amara pelan.
“Ayo kita bercerai.”
Akankah, Shaka dan Amara bercerai? atau Shaka memilih Amara untuk mempertahankan pernikahannya, di mana cinta mungkin mulai tumbuh.
Yuk, simak kisah ini di sini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Dia...
Kerumunan mulai terbentuk di tengah mall.
Orang-orang menatap, sebagian berbisik, sebagian menonton tanpa berani ikut campur.
Shaka berdiri tegak di depan bocah kecil itu bocah yang tadi hendak ditampar, bocah yang kini memandangnya dengan campuran kagum dan bingung.
Namun tawa nyaring memecah ketegangan.
“Hah! Jadi ini ya, Shaka Wirantara yang katanya hebat itu?”
Ibu bocah perempuan yang tadi menyerang Azril melipat tangan di dada, memandang Shaka dari ujung kepala sampai kaki dengan senyum sinis.
“Pemilik Wirantara Air yang bangkrut? Yang sampai sekarang masih gagal mengembalikan kejayaan perusahaannya?”
Beberapa orang di sekitar mulai saling pandang, bisikan-bisikan mulai terdengar.
Nama itu masih cukup terkenal. Shaka tetap diam, rahangnya mengeras, tapi matanya tetap tertuju pada bocah di depannya memastikan anak itu baik-baik saja. Wanita itu kembali menertawakan.
“Ah, dibanding suami ku, kamu bukan apa-apa. Suamiku sekarang kerja di perusahaan terbesar di bawah keluarga Marvionne. Gajinya aja mungkin bisa beli saham sisa-sisa perusahaan kamu.”
Nama itu membuat kening Shaka langsung berkerut. Nama yang selama enam tahun ini menghantui setiap langkahnya. Tapi ia tetap tak menggubris, memilih berjongkok menatap bocah di depannya.
“Kau baik-baik saja?”
Belum sempat Azril menjawab, seorang pria tinggi datang tergesa suami dari wanita itu. Wajahnya memerah menahan emosi melihat istrinya dikelilingi orang.
“Apa-apaan ini?! Kau berani bikin keributan dengan istri dan anakku?”
Dia mendorong Shaka dengan keras hingga hampir kehilangan keseimbangan. Namun salah satu pengawal Azril segera menahan, menjaga agar Shaka tak tersentuh lebih jauh, tapi ia juga memberi kode halus kepada Shaka seolah memohon agar tidak melibatkan diri lebih dalam.
Shaka menghela napas berat, suaranya tenang tapi tegas,
“Anak ini sudah minta maaf. Kamu tidak seharusnya merundung anak kecil hanya karena kesalahan kecil.”
Pria itu tertawa mengejek.
“Kau pikir siapa dirimu bisa mengatur aku?”
“Kapten gagal yang hampir bikin negara ini rugi besar karena kesalahan jalur terbang?”
Ucapan itu menyulut riuh di sekitar, beberapa orang mulai merekam. Shaka hanya diam, kedua tangannya mengepal di sisi tubuh, menahan diri agar tak membalas, tak ingin mempermalukan diri di depan anak kecil yang tadi ia lindungi. Namun suasana makin panas. Teriakan-teriakan kecil terdengar di antara kerumunan,
“Itu kan Shaka Wirantara…”
“Katanya dulu jatuh karena keputusan dia sendiri…”
“Kasihan, sekarang malah dimaki di depan umum…”
Dan di tengah semua kegaduhan itu, sebuah suara lembut namun jelas terdengar dari kejauhan,
“Azril!”
Satu panggilan, tegas dan cukup hangat. Shaka membeku, begitu pula bocah kecil itu yang segera menoleh mencari sumber suara.
Kerumunan secara refleks memberi jalan.
Dari arah butik di seberang, seorang wanita muncul dengan langkah mantap.
Tangan kanannya masih memegang tas belanja, wajahnya tegas namun memancarkan ketenangan yang khas. Rambut hitam panjangnya jatuh di bahu, gaun sederhana tapi elegan membingkai siluetnya.
Begitu mata Shaka menangkap sosok itu napasnya tercekat. Dia berdiri hanya beberapa meter darinya. Enam tahun berlalu,
da kini, di tengah kerumunan yang berisik,
dunia Shaka terasa berhenti berputar.
Langkah Amara terhenti ketika pandangan mereka bertaut. Untuk sesaat, dunia seakan membeku, kerumunan, suara musik dari toko, bahkan panggilan nama Azril dari pengeras suara mall, semuanya hilang di latar.
Shaka tidak bergerak, matanya menatap lurus, nyaris tak percaya dengan kenyataan yang berdiri di hadapannya. Enam tahun ia mencari, dan kini wanita itu berdiri tak jauh darinya, tampak tenang seolah tak pernah meninggalkan luka apa pun.
Azril berlari kecil ke arah Amara.
“Mama!”
bagaimana rasanya Shaka, bertemu dengan anak sendiri dan Amara ?
silahkan bangkit, bangun kejayaan lagi. jadi pria peka & bertanggung jawab. pantaskan dirimu dlu, baru kejar Amara.
ingat, buang si licik dr hidupmu !!
jangan sampai si ulet bulu itu masih berkeliaran dan menganggu Shaka
Semakin menyesal Shaka setelah tahu kenyataan yang sebenarnya
Sudah Amara tinggalkan Shaka
Pemyesalan yang terlambat Shaka
Kenapa kamu termakan omongan Karina.
Tunggu penyesalanmu Shaka