NovelToon NovelToon
Terjebak Permainan Tuan Galak

Terjebak Permainan Tuan Galak

Status: tamat
Genre:Tamat / Keluarga / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:261k
Nilai: 5
Nama Author: Kopii Hitam

Saran author, sebelum membaca novel ini sebaiknya baca dulu "Gadis Bayaran Tuan Duren" ya kak. Biar ceritanya nyambung.

Novel ini menceritakan tentang kehidupan putra dari Arhan Airlangga dan Aina Cecilia yaitu King Aksa Airlangga dan keempat adiknya.

Sejak tamat SMP, Aksa melanjutkan studinya di Korea karena satu kesalahan yang sudah dia lakukan. Di sana dia tinggal bersama Opa dan Oma nya. Sambil menyelesaikan kuliahnya, Aksa sempat membantu Airlangga mengurusi perusahaan mereka yang ada di sana.

Tak disangka sebelum dia kembali, sesuatu terjadi pada adiknya hingga menyebabkan sebuah perselisihan yang akhirnya membuat mereka berdua terjebak diantara perasaan yang seharusnya tidak ada.

Bagaimanakah kelanjutan ceritanya?

Jangan lupa dukungannya ya kak!
Semoga cerita ini berkenan di hati kakak semua.
Lope lope taroroh untuk kalian semua 😍😍

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kopii Hitam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TPTG BAB 11.

Aksa meninggalkan novotel seperempat jam sebelum Inara pulang dari rumah sakit. Baru saja Aksa memarkirkan motornya di depan gerbang, batang hidung Inara sudah muncul di hadapannya.

"Sore Ra, sudah pulang?" sapa Aksa dengan senyumnya yang menawan.

"Kau lagi, kau lagi." Inara mendengus kesal. "Kau ini sebenarnya siapa sih? Apa yang kau inginkan dariku? Kenapa membuntuti aku terus?" cerca Inara dengan beberapa pertanyaan.

Air muka Inara mendadak keruh, dia mulai kesal melihat pria itu lagi dan lagi. Kenapa dunia ini begitu sempit?

"Astaga," Aksa menepuk keningnya. "Sorry Ra, aku lupa memperkenalkan diriku padamu. Kenalkan, namaku Ak-" Aksa menghentikan ucapannya. "Akbar..." lanjut Aksa sambil mengulurkan tangannya.

Inara memukul tangan Aksa. "Aku tidak peduli. Yang aku tanyakan, kenapa kau selalu saja membuntutiku? Apa kau tidak punya pekerjaan lain selain mengganggu orang?" Inara menajamkan tatapannya.

"Jangan galak-galak gitu Ra! Ingat, kebencian adalah awal dari sebuah perasaan!" seloroh Aksa sambil menahan tawanya.

"Kalau benci ya benci saja, jangan kegeeran! Aku tidak akan pernah memiliki perasaan padamu, kau pikir aku tidak tau bagaimana kelakuanmu. Kau itu pria bajingan, belum kenal saja sudah berani menciumku. Bagaimana kalau sudah kenal? Dasar pria mesum!"

Setelah mengatakan itu, Inara langsung berlalu meninggalkan Aksa yang masih bertengger di atas motor. Aksa melebarkan senyumannya, dia mulai gemas dengan penolakan adiknya itu.

"Kau benar-benar menguji kesabaranku Inara. Semakin kau menjauh, aku malah semakin tertantang untuk mendekatimu. Lihat saja apa yang bisa ku lakukan padamu!"

Aksa menyalakan motor dan segera menyusul Inara yang sudah menjauh darinya. Seperti tadi pagi, Aksa mengikuti Inara dari samping sambil memutar gas motornya dengan pelan.

"Temani aku makan dulu yuk!" ajak Aksa.

"Malas," ketus Inara sambil mempercepat langkahnya.

"Jangan keras kepala, aku janji tidak akan macam-macam padamu! Aku hanya ingin menceritakan apa yang terjadi malam itu, kau tidak ingin mengetahuinya?" terang Aksa.

"Tidak usah, semua sudah terjadi. Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, anggap saja kita tidak pernah melakukan itu!" jawab Inara.

Aksa mengerutkan keningnya. "Mana mungkin aku menganggap itu tidak pernah terjadi, kau sudah menciumku."

Inara menghentikan langkahnya dan menatap Aksa dengan intens. "Maaf, aku benar-benar minta maaf atas kesalahanku. Malam itu aku tidak sadar, aku dibawah pengaruh obat. Tolong mengertilah!"

"Apa itu artinya ciuman itu tidak berarti apa-apa bagimu?" Aksa membalas tatapan Inara, matanya terlihat sayu.

"Tentu saja tidak, diantara kau dan aku tidak ada hubungan apa-apa. Kita hanya kebetulan bertemu disaat yang salah. Jika waktu itu aku tidak diculik, aku tidak akan mungkin menciummu." jelas Inara.

Mendengar itu, air muka Aksa mendadak gelap. Dia pikir akan ada bekas di hati Inara setelah kejadian itu tapi ternyata dia salah, Inara tak merasakan apa-apa setelah kejadian itu.

Aksa mengusap wajahnya dengan kasar, hembusan nafasnya terdengar berat. "Apa kau sudah biasa seperti ini? Setelah memberi harapan, lalu menghempaskan perasaan orang sesuka hatimu."

"Kau salah, aku bukan wanita seperti itu. Kejadian itu murni di bawah kesadaranku, aku tidak mungkin mencium orang sembarangan."

Setelah mengatakan itu, Inara membuang pandangannya ke arah lain lalu melanjutkan langkahnya tanpa mempedulikan Aksa yang masih mematung di atas motor.

Kali ini Aksa terpaksa mengalah, dia membiarkan Inara lepas begitu saja dari pandangannya lalu memilih kembali ke novotel.

Terang berganti gelap, Aksa masih duduk di balkon kamar sambil menatap sepasang pegunungan yang menjulang tinggi di hadapannya. Lampu-lampu berkilauan menghiasi kedua gunung itu, terlihat indah dipandang mata.

Sayangnya pikiran Aksa tak seindah pemandangan itu, dia mulai galau memikirkan perasaannya sendiri. Entah apa yang terjadi dengannya? Sejak malam di kota Busan waktu itu, dia mulai merasakan ada yang salah dengan dirinya.

Perasaan yang dia miliki bukan lagi perasaan seorang kakak terhadap adiknya tapi sudah seperti perasaan seorang pria terhadap seorang wanita.

Aksa mengusap wajahnya dengan kasar lalu menghirup udara sebanyak-banyaknya. Dia benar-benar tidak mengerti dengan perasaannya sendiri. Apa dia salah menaruh perasaan ini kepada adiknya?

Dalam pemikiran yang tengah bercakak di benaknya, Aksa meraih ponsel yang ada di atas meja. Dia menghubungi nomor Inara yang tempo hari dia dapatkan dari Riska yang merupakan sahabat adiknya itu.

"Halo," Suara Inara terdengar jelas di telinga Aksa.

"Kau dimana?" Suara bariton Aksa membuat Inara tersentak kaget. Dari mana pria bajingan itu mendapatkan nomor teleponnya yang baru?

"Apa pentingnya bagimu? Ingat, aku sudah menuruti kemauanmu. Mulai detik ini tidak usah menghubungi aku lagi! Kau bukan kakakku, aku tidak punya kakak sepertimu. Kakakku sudah mati,"

Inara meninggikan suaranya, tak terasa air matanya mengalir begitu saja mengingat kejadian waktu itu. Tidak hanya menghinanya, Aksa bahkan sudah membuat harga dirinya hancur sehancur hancurnya.

Kakak seperti apa yang tega menghina adiknya sendiri? Kakak seperti apa yang tega memanfaatkan keterpurukan adiknya dan mengambil keuntungan dari itu? Inara benar-benar kehilangan muka dibuatnya.

"Kau dimana? Aku akan menjemputmu sekarang juga," Aksa berkata dengan penuh penekanan.

"Untuk apa menjemputku? Apa kau belum puas juga menghinaku? Kau bahkan sudah mengusirku, apa lagi yang kau inginkan dariku?" Inara terisak, hal itu terdengar jelas di telinga Aksa.

"Inara, cukup membuat drama seperti ini! Apa kau tidak punya otak? Bunda sangat mengkhawatirkan keadaanmu, begitu juga dengan Mama, Ayah dan juga Papa. Kau jangan kekanak-kanakan begini, ini-"

"Aku tau mereka semua mengkhawatirkanku, aku akan kembali setelah magang ku selesai dan aku akan membawa kedua orang tuaku pergi dari rumahmu. Kau tenang saja, aku tau siapa diriku dan dimana posisiku. Aku dan keluargaku tidak akan menyusahkan keluargamu lagi." potong Inara yang sama sekali tidak mau mengalah.

Sudah cukup dia menahan hati selama ini, dari kecil hingga saat ini Aksa selalu saja memperlihatkan kebencian pada dirinya. Inara tak habis pikir, entah kesalahan apa yang sudah dia perbuat di masa lalu.

"Tolong katakan pada semuanya bahwa aku baik-baik saja, aku akan kembali setelah waktunya tiba. Dan pada saat itu tiba, aku dan keluargaku tidak akan jadi benalu lagi di rumahmu."

Inara mematikan sambungan telepon itu secara sepihak, dia sudah muak berdebat dengan pria iblis yang tidak punya hati itu. Kebenciannya sudah menggunung hingga tak ada lagi kata maaf untuk Aksa.

Inara pikir setelah mereka dewasa semuanya akan berubah, tapi ternyata dia salah. Sampai kapan pun Aksa tidak akan pernah menganggapnya sebagai seorang adik karena memang begitulah kenyataannya.

Aksa mengeratkan rahangnya, tangannya mengepal erat menggenggam ponsel yang ada di tangannya. Sudah cukup dia mengalah selama beberapa hari ini dengan wujud orang lain, dia bahkan sudah berusaha melunak untuk meluluhkan hati Inara. Tapi ternyata hati gadis itu lebih keras dari batu.

Aksa menajamkan tatapannya, dia masuk ke dalam kamar dan mengenakan jaket kulit berwarna hitam lalu meninggalkan novotel dan menaiki sepeda motor menuju kosan Inara.

Sekitar pukul setengah delapan malam motor sport itu sudah terparkir di depan kosan Inara. Aksa meminta izin kepada ibu kos dan mengatakan bahwa dia adalah kakaknya Inara. Tentu saja pemilik kosan itu mengizinkannya masuk dan mengantarnya sampai pintu kamar yang ditempati gadis itu.

Bersambung...

1
Anita Choirun Nisa
keren thor
Adila Ahmad
bgus
Aurora
Luar biasa
Ruk Mini
happy.. happy... seneng..bgt
Kopii Hitam: setia maksudnya 😄
Kopii Hitam: halo kk, maacinaaa udah setiap baca novel receh aku. Maaf kalau ado kurang2 ya kk, maklum masih pemula 🙏
total 2 replies
Ruk Mini
bisac.bunting madal ye thorrr..😆😆😆kau adil thorr
Ruk Mini
happy..smua...
Ruk Mini
Alhamdulillah..slamat ya mamud
Ruk Mini
heran ye pd gede ambek ... hadeuhhhh
Ruk Mini
dih..ko gtu sehh
Ruk Mini
kesian kau sar. sabar y nenk
Ruk Mini
roman .roman ye inara hamidun ye thorrr
Ruk Mini
sabar.. sabar...
Ruk Mini
dih...pake drama..sih dh tau ade bom..bank..bank...cari penyakit aje
Ruk Mini
tamat kau ciwi 😖😖😖
Ruk Mini
tuntas ye bank...smoga awet.ampe loucing debay y
Ruk Mini
ga ada kapok-kapok y ye
Ruk Mini
ky bocah..lo pa ..pa .
Ruk Mini
krjam kau bank ak..ngerjain org tua
Ruk Mini
bank baron ..kau ga enak y sm Boss mu .. sabar.. sabar..
Ruk Mini
ulu...ulu .babank ar. bisa ae
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!