Raisa tidak menyangka jika neraka yang sekarang ia tempati jauh lebih menyeramkan dari neraka sebelumnya.
Ia tahu jika pernikahannya hanyalah sebuah untung rugi. Tapi dia tidak menyangka jika harga dirinya akan terkuras habis dihadapan suaminya.
Bagaimana kehidupan Raisa setelah menikah dengan pria yang sangat berkuasa di negeri ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sheisca_4, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Pernikahan yang di impikan semua kaum Hawa adalah di cintai oleh pasangannya dan mencintai pasangannya. Intinya pernikahan yang sempurna adalah pernikah kedua mempelai yang saling mencintai.
Raisa berdiri di samping suaminya. Iya suami, kini Raisa sudah sah menjadi istri tuan Arga. Raisa pikir pernikahan ini akan di adakan dengan sangat rahasia seperti yang dikatakan oleh ayah. Namun apa ini?! Kenapa pernikahannya digelar dengan sangat megah nan mewah. Kenapa banyak sekali tamu yang datang bahkan bapak presiden juga?! Wah seberapa penting kah suaminya ini bahka orang nomor satu ikut menghadiri pesta pernikahannya ini. Bahkan ditayangkan dalam televisi nasional.
Hari ini Raisa terlihat cantik dengan balutan gaun pernikahan yang pas pada tubuhnya. Sederhana tapi mewah kesan gaun yang dikenakan oleh Raisa. Wajahnya juga penuh dengan senyuman. Palsu tentunya. Haruskan Raisan ikut testing film saja? Sepertinya dia pandai dalam berakting. Di sampingnya Arga dengan balutan stelan jas sungguh terlihat sangat tampan dan gagah. Semua wanita di negeri ini nampak iri pada Raisa. Berharap dirinya lah yang menjadi mempelai wanita. Tak sedikit juga yang terang-terangan memasang wajah julidnya. Seperti wanita di pojokan sana, yang Raisa tahu itu salah satu putri kolega tuan muda. Saat bersalaman tadi orang tuanya memperkenalkan putrinya pada tuan Arga. Dan sempat menyesal karena tuan muda menolak pertemuannya dengan sang putri.
Namun beliau juga tetap menyelamati pernikahan kami. Dia hanya punya satu nyawa yang harus tetap berjuang untuk menafkahi sang putri dan istri tercintanya. Takut salah dalam berkata dan membuat tuan muda tak suka lalu mengacaukan semuanya. Ih ngeri sekali. Merinding membayangakannya.
Apa? Kau pikir aku senang? Jika bisa menolak aku juga akan menolaknya kali. Mana bisa aku hidup dengan laki-laki aneh ini. Asal kau tahu ya, laki-laki yang kalian puja-puja ini adalah laki-laki gila.
Begitulah batin Raisa menggerutu di balik senyuman manis yang dia tebar.
"Tegakkanlah kepalamu, kau tidak perlu menundukkan kepala kepada mereka." Arga berbisik di telinga Raisa, saat melihat Raisa beberapa kali menundukkan kepala saat bersalaman denga para tamu.
"Kau hanya perlu menundukkan kepala padaku."
"Ba-baik."
Bisa kah aku mempercepat waktu hari ini. Aku ingin menghilang saja hari ini.
Harusnya aku kabur saja sebelum pernikahan ini terjadi. Mungkin sekarang aku tidak akan berurusan dengan pria gila yang berpengaruh ini.
Lihat. Ayah yang sudah menjualnya terlihat sangat bahagia telah menyelamatakan perusahaan dan kehormatannya bertambah, ibu tirinya terlihat sangat senang telah membuang anak yang bukan darah dagingnya. Dan Jane terlihat sangat kesak karena bukan dirinya yang di pilih oleh Tuan Arga.
Apasi Jane ini juga bukan kemauanku. Jadi berhentilah melototiku, aku takut bola matamu keluar.
Sementara yang lain terlihat menikmati pesta. Ada seorang laki-laki yang terpuruk kecewa. Dia adalah Dirga. Ah adikku yang manis, hanya dia yang mengerti perasaanku. Mungkin kedepannya aku tidak akan bisa bermain sepuasnya dengan Dirga.
Dirga merasa sedih karena telah gagal melingdungi kakaknya dari kerakusan ayah. Dia berjalan dengan lesu menuju keluar gedung, mengabaikan para wanita yang ingin mendekatinya
"Kak Ica."
Betapa terkejutnya dia melihat mempelai wanita yang merupan kakaknya berada duduk di sebuah taman.
Lampu-lampu taman menyala menerangi taman. Tapi tak jauh dari bangku yang diduduki Raisa ada dua orang laki-laki yang sedang berdiri.
"Mereka petugas penjaga? Apa kak Ica sedang di awasi? Kak Ica!"
Gadis itu terkejut. Dia buru buru menyeka matanya dengan sapu tangan yang di pegangnya. Mencari asal suara yang memanggil namanya tadi. Dengan sigap dua orang yang sedang berjaga tadi berlari mendekat.
"Tidak apa-apa pak. Dia adik saya." Raisa terkejut ketika salah satu pria itu memegang tangan Dirga.
Setelah mendengar penjelasan dari nona muda penjaga itu melepaskan tangannya, lalu beranjak pergi ke tempat asal mereka berdiri tadi.
"Kenapa kaka di sini?" Dirga duduk di samping Raisa. Menggenggam tangan Raisa erat.
"Tuan Arga menyuruhku mencari udar segar, karena melihatku kelelah, lihat." Raisa menunjuk dengan ekir matanya. "Mereka mengikutiku sesuai perintah Tuan Arga."
"Maafkan aku kak." Ucap Dirga tiba-tiba minta maaf.
"Kenapa?"
"Karena aku tidak bisa menjaga kakak, karena aku payah, karena tidak berdaya. Maafkan aku kak, kalau saja mereka tidak serakah dan memilih bangkrut, lalu memulainya dari awal lagi, kakak tidak perlu berada di temypat seperti ini."
"Dirga, kak Ica baik-baik saja di sini. Suami kaka orang baik kok. Lihat bahkan Tuan Arga mengirim pengawal untuk menjagaku."
"Mereka tidak menjagamu, mereka sedang mengawasimu kak Ica. Mana ada orang baik meminta anak gadis sebagai alat pembayaran hutang. Dia sama orang tua kita sama saja, sama sama jahat."
"Jaga bicaramu. Jangan memaki." Ucap Raisa menutup mulut Dirga dengan tangannya.
Dirga melepaskan tangan Raisa, "kenapa? Apa aku dia bunuh karena telah memakinya?" Tantang Dirga.
"Dirga jangan bicara seperti itu. Aku tidak mengajarimu memaki orang seperti itu."
Dirga menunduk penuh penyesalan, "tapi orang itu pantas di maki kakak." Cicitnya.
"Percayalah padaku Dirga, aku akan baik-baik saja, kakak pasti bisa melewati semuanya."
"Bagaimana bisa aku percaya kak, aku tahu dia orang yang seperti apa. Aku tahu pengaruh dia dalam negeri ini."
Raisa menyentuh tangan adiknya,
Aku tahu kau sangat menyayangiku Dirga, tapi maaf aku lebih menyayangimu. Aku tidak mau kau juga kena imbas dari malapetaka ini. Aku mohon kau harus menjaga sikap dan kata-katamu mulai saat ini. Ini semua demi kebaikanmu.
"Maaf nona muda, tuan muda memanggil anda untuk masuk kembali ke aula." Salah satu penjaga mendekat.
Raisa menoleh, dia melepaskan tangannya.
"Oh baiklah, aku rasa aku sudah merasa segar. Ayo masuk kembali." Raisa beranjak menarik tangan Dirga untuk masuk ke dalam. "Ayo masuk lagi. Tersenyumlah adikku dan mari kita nikmati pestanya." Meski dia sendiri tahu cara menikmati pestanya seperti apa di saat kesedihan yang menggunung