NovelToon NovelToon
Retaknya Sebuah Kaca

Retaknya Sebuah Kaca

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Seiring Waktu / Angst / Penyesalan Suami
Popularitas:1M
Nilai: 4.6
Nama Author: Arrafa Aris

Pernikahan yang didasari sebuah syarat, keterpaksaan dan tanpa cinta, membuat Azzura Zahra menjadi pelampiasan kekejaman sang suami yang tak berperasaan. Bahkan dengan teganya sering membawa sang kekasih ke rumah mereka hanya untuk menyakiti perasaannya.

Bukan cuma sakit fisik tapi juga psikis hingga Azzura berada di titik yang membuatnya benar-benar lelah dan menyerah lalu memilih menjauh dari kehidupan Close. Di saat Azzura sudah menjauh dan tidak berada di sisi Close, barulah Close menyadari betapa berartinya dan pentingnya Azzura dalam kehidupannya.

Karena merasakan penyesalan yang begitu mendalam, akhirnya Close mencari keberadaan Azzura dan ingin menebus semua kesalahannya pada Azzura.

"Apa kamu pernah melihat retaknya sebuah kaca lalu pecah? Kaca itu memang masih bisa di satukan lagi. Tapi tetap saja sudah tidak sempurna bahkan masih terlihat goresan retaknya. Seperti itu lah diriku sekarang. Aku sudah memaafkan, tapi tetap saja goresan luka itu tetap membekas." Azzura.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arrafa Aris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11. RSK

Sepeninggal dokter Aida dan suster Tiara, Azzura duduk di samping bu Isma. Sedangkan Nanda di kursi samping bed pasien.

"Azzura, Nanda, kenapa wajah kalian murung begini?" tanya bu Isma seraya menggenggam kedua jemari gadis itu.

Baik Azzura maupun Nanda keduanya bergeming. Air mata Azzura tiba-tiba mengalir lalu memeluk sang ibu.

"Sayang kamu kenapa?" Bu Isma mengusap punggung Azzura.

"Nggak apa-apa Bu," bisik Azzura. Sedih karena mengingat kelakuan suaminya yang semena-mena. "Semoga cepat sembuh, Bu. Sudah lama kita nggak jalan-jalan ke puncak. Begitu ibu sembuh kita akan ke sana." Azzura menyeka air mata disertai senyum tipis.

"Tante, andai tante tahu apa yang terjadi pada Azzura, aku yakin tante pasti akan meminta Azzura meninggalkan pria brengsek itu," gumam Nanda dalam hati. Benci mengingat sosok Close.

"Nanda, aku titip ibu sebentar. Aku ingin membeli sesuatu," pinta Azzura dan dijawab dengan anggukan oleh Nanda.

Azzura segera meninggalkan kamar rawat. Ia memilih ke taman rumah sakit. Kini gadis berhijab itu, duduk di salah satu bangku taman di bawah pohon rindang.

Ia menghela nafas memandangi pengunjung rumah sakit yang sedang membesuk keluarga mereka. Azzura termenung sekaligus memikirkan nasibnya ke depan.

Bayangan akan perlakuan kasar Close di hadapan Laura, membuat harga dirinya jatuh. Jijik saat mengingat suami juga kekasih pria itu. Sungguh miris yang ia rasakan.

Tak bisa lagi membendung air mata, akhirnya kristal bening itu mengalir deras. Azzura terisak sembari mengusap dada yang terasa begitu sesak..

Tanpa ia sadari dari kejauhan Yoga terus memandangi kemudian memutuskan menghampirinya.

Di sela-sela tangisan Azzura, Yoga menyodorkan tisu sembari menyapa, "Azzura."

Azzura mendongak menatap siapa gerangan yang menegurnya. "Yoga," ucapnya lirih sembari meraih tisu dari pria itu. Mengusap air matan yang masih saja menetes.

Yoga mendaratkan bokong tepat di samping Azzura. Menatap lekat wajah cantik wanita berhijab itu.

"Sedang apa kamu di sini? Apa yang membuatmu bersedih sampai menangis seperti ini?" tanya Yoga.

"Aku baru saja membesuk ibuku," jawab Azzura masih sesenggukan.

"Jadi, sebelum akad ...." Ucapan Yoga terputus karena Azzura langsung menyela.

"Ya, aku menyempatkan waktu untuk mengantar ibu sampai di depan ruang operasi."

"Operasi apa?" tanya Yoga, penasaran.

"Kanker payudara," jawab Azzura. "Yoga, sejujurnya aku takut kehilangan ibuku, apalagi kankernya itu sudah stadium 4. Aku nggak tahu berapa lama lagi ibuku akan bertahan. Hanya dia satu-satunya yang aku miliki saat ini."

"Apa pak Close tahu jika ibumu sedang sakit?" selidik Yoga dengan kening berkerut tipis.

Azzura mengangguk pelan dengan pandangan tertunduk karena berbohong. Ia tak ingin Yoga tahu jika Close belum pernah bertemu dengan ibunya.

Yoga bergeming sembari melirik Azzura. Keduanya kini terdiam. Sejenak merasakan hembusan angin sepoi-sepoi yang menerpa.

Terasa damai nan menenangkan walau sesaat. Azzura memejamkan mata sembari mengatur nafas untuk menetralkan perasaannya.

Yoga menatap gadis itu dalam diam. Mengagumi sekaligus merasakan hatinya ada yang sulit diartikan.

"Ngomong ngomong sedang apa kamu di sini? Apa kamu juga akan membesuk keluargamu yang sedang sakit?" tanya Azzura.

"Nggak, kakak ku dokter spesialis bedah di rumah sakit ini," jelas Yoga dengan seulas senyum. "Zu, apa boleh aku menjenguk ibumu?"

"Ya, tentu saja boleh," sahut Azzura. "Ayo, kamar rawat ibu ada di bangsal 3." Azzura beranjak dari bangku sekaligus mengajak Yoga ke ruangan itu.

Beberapa menit kemudian, keduanya pun masuk ke dalam kamar rawat bu Isma.

"Azzura, apa ini suamimu, Nak?" tanya bu Isma dengan dengan seulas senyum.

"Ah Bu ...." Belum sempat Azzura menjawab, bu Isma meminta Yoga mendekat.

Tak pelak membuat Azzura juga Nanda saling berpandangan.

"Bu, dia buk ...." Ucapan Azzura terpotong takala bu Isma memprotes sang putri.

"Azzura, kamu ini kenapa sih, Nak? Apa kamu nggak senang suamimu datang membesuk ibu?"

"Bukan begitu, Bu." Azzura mengusap tengkuk seraya melirik Yoga.

Mendapati gestur tak enak Azzura, Yoga malah curiga jika Close belum pernah menemui sang mertua pasca menikah.

Azzura menatap Yoga lalu beralih ke Nanda kemudian memberi kode.

"Zu." Yoga mengedipkan kedua matanya. Mengisyaratkan jika tak masalah ia dianggap suami dari gadis berhijab itu.

Yoga akhirnya mendekat bu Isma. Menarik kursi yang ada di dekat bed pasien lalu mendudukinya.

Yoga menggenggam jemari bu Isma seraya menatapnya lekat. "Ibu, apa ada yang ingin Ibu sampaikan padaku?" tanya Yoga.

"Terima kasih Nak, sudah mau menerima putri ibu apa adanya." Bu Isma meraih tangan Azzura lalu meletakkan di atas punggung tangan Yoga.

"Ibu." Sepasang mata Azzura kini berkaca-kaca sekaligus merasa bersalah pada yoga.

Yoga kembali mengedipkan kedua matanya memberi kode supaya Azzura tetap bersikap santai.

"Nak, mulai detik ini dan seterusnya, ibu titip Azzura padamu. Sayangi, cintai, serta bimbinglah putriku. Ajari juga maafkan dia jika Azzura berbuat salah padamu. Jangan sekali-kali berlaku kasar apalagi main tangan padanya. Sebaiknya kembalikan dia pada ibu daripada kamu melakukan KDRT."

Bu Isma menjeda sejenak kalimatnya seraya menatap Azzura dan yoga bergantian. Sedangkan Nanda yang berdiri di belakang malah menangis sekaligus memilih keluar dari kamar itu.

Bagaimana tidak, Nanda tak sanggup mendengar kalimat selanjutnya. Apalagi mengingat Azzura yang diperlakukan kasar oleh Close.

Sementara di dalam kamar, bu Isma kembali melanjutkan kalimatnya.

"Nak, sejak kecil Azzura kami didik dengan baik. Sedikit pun ibu juga almarhum ayahnya nggak pernah menyakiti apalagi membentaknya. Jadi, ibu mohon perlakukanlah Azzura dengan penuh kasih sayang," pesan bu Isma dengan lirih.

"Ibu." Azzura menangis.

"Ibu, aku berjanji akan menjaga titipan ibu ini. Aku juga berjanji akan melindungi, menyayangi serta mencintainya," ucap Yoga lalu melirik Azzura yang sedang menangis.

"Nak, ibu nggak tahu harus berapa lama lagi ibu bisa bertahan. Setidaknya jika terjadi sesuatu pada ibu, ibu sudah bisa pergi dengan tenang karena ada kamu yang akan menjaga Azzua." Bu Isma menepuk pundak Yoga.

Air mata Azzura semakin mengalir deras mrmbasahi pipi. Kalimat terakhir sang ibu membuat dadanya sesak.

Tak jauh berbeda dengan Yoga, ia pun merasakan sesak di dada sekaligus tak bisa menahan air mata mendengar ucapan bu Isma barusan.

Hening sejenak ...

Yang terdengar hanyalah suara lirih tangisan Azzura. Sebelum akhirnya bu Isma menegur sang putri semata wayang.

"Azzura, jangan menangis, Nak. Semuanya akan baik-baik saja," bujuk bu Isma.

Beberapa detik kemudian, Yoga meminta izin untuk berbicara dengan Azzura di luar kamar.

Sesaat setelah berada di luar kamar rawat. Keduanya duduk di kursi tunggu sedangkan Nanda entah ke mana.

"Zu, maaf jika aku sudah lancang sehingga ibumu mengira jika aku adalah suamimu. Aku tidak bermaksud ..." Ucapan yoga terputus.

"Nggak apa-apa Yoga. Sebenarnya aku sedikit khawatir tadi. Tapi, ya sudahlah. Maafkan ibuku ya," sela Azzura merasa bersalah.

"Nggak apa-apa dan nggak masalah bagiku, santai saja," timpal Yoga. "Oh ya, kalau begitu aku ke ruang kerja kakak ku dulu ya. Jika ibumu bertanya, katakan saja aku ada urusan mendadak."

"Baiklah, terima kasih, ya," ucap Azzura.

Yoga tersenyum disertai anggukan kepala. Pria itu lalu mengangkat kedua jempolnya.

...🌿----------------🌿...

Jangan lupa masukkan sebagai favorit ya 🙏. Like, vote dan komen. Bantu like dan vote setidaknya readers terkasih telah membantu ikut mempromosikan karya author. Terima kasih ... 🙏☺️😘

1
Tuti irfan
Luar biasa
Thewie
laki2 anjing gayanya menyesal,khilaf..keparat kau close. tutup ajalah kau kayak namamu
Juniati Juniati
😭😭😭😭
Thewie
kok ada bawang merahnya Thor 😭😭😭😭
ay Susie
piye tow kiiiihhhhh
Surati
bagus
Epifania R
biarkan saja dia sekalian masuk RSJ
Epifania R
semoga azzura bahagia
Epifania R
jangan mau zu
Epifania R
rasaakan
Epifania R
lanjut
Epifania R
siapa yang datang
Epifania R
makin penasaran
Epifania R
massa mau saingan sama anak sendiri
Epifania R
mau kemana zurra
Epifania R
😭😭😭😭😭
Epifania R
😭😭😭
Epifania R
maaf tiada guna
Epifania R
😭😭
Epifania R
taunya cuman menebak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!