Damar, seorang pemimpin di sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang Fasion dan Mode. Dia tidak bisa tidur dengan tenang ketika melihat nama seorang wanita yang ditugaskan sebagai perwakilan dari perusahaan luar negeri.
Thasya Wilona Adimerta, nama yang sama persis dengan mantan istrinya yang telah dia ceraikan dua tahun silam. Mereka harus berpisah dengan alasan yang tidak bisa Damar terima.
Tapi, setelah Damar tahu apa yang terjadi beberapa tahun lalu sebelum perceraian mereka, dia bertekat untuk memperbaiki hubungan mereka kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Butterfly93_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29. Mode On Serious
Saat Thasya berjalan menuju ruang kerja Damar, Sari melihatnya dan langsung berdiri memberi salam.
"Selamat sore Ibu Thasya, ada yang bisa saya bantu?" sapa Sari sambil tersenyum ramah.
"Ah, iya. Saya tadi diminta Pak CEO untuk mengantarkan ini. Pak Damar nya ada?" balas Thasya menunjukkan paper bag di tangannya.
"Maaf Ibu Thasya, baru saja Pak Damar keluar. Kata nya ada sesuatu yang mai diurus" kata Sari memberitahukan.
Padahal perasaan Thasya dia tidak terlalu lama kok menyusul setelah Damar meninggalkan store nya tadi. Apa dia sengaja lagi bikin Thasya kesal?
"Jadi, Pak Damar nya sekarang lagi nggak ada di tempat ya?" tanya Thasya dengan hati lesu.
"Iya, benar bu."
"Kalau begitu, bolehkah saya minta tolong kamu berikan paper bag ini setelah Pak Damar datang nanti?"
"Saya juga ada urusan penting yang harus aku hadiri saat ini. Tidak bisakah saya minta tolong?"
Thasya sangat berharap Sari bisa membantunya. Tidak mungkin dia membiarkan Nathan menunggunya terlalu lama.
"Maaf, saya tidak yakin dengan hal itu bu Thasya. Pak CEO sebentar lagi akan balik juga, tidak bisakah ibu sendiri yang memberikannya?"
"Apa...?"
"Pak Damar tidak akan suka nanti jika saya yang akan memberikannya. Jika Ibu Thasya yang diminta sendiri memberikannya, berati masih ada hal penting lainnya yang mungkin Pak Damar diskusikan dengan Ibu Thasya."
Thasya pun teringat jika Damar mengatakan mereka akan mendiskusikan perihal penjualan store nya.
Akhirnya Thasya pun memutuskan untuk memberikan sendiri apa yang dia bawa tadi. Sari pun meminta dia untuk menunggu di ruang kerja Damar saja. Agar bisa menunggu dengan nyaman.
"Katanya tadi akan segera balik, tapi dia masih dimana?" batin Thasya sambil menguap. Dia sudah lumayan lama menunggu, tetapi belum ada tanda-tanda Damar akan muncul.
"Aku tidak boleh terlambat pergi menjumpai kak Nathan. Tapi sampai kapan aku menunggu di sini"
Hingga tanpa sadar, Thasya tertidur pulas karena rasa kantuk yang menyerangnya. Dan pada sat dia membuka mata, Thasya kaget karena dia tidak tahu sudah berapa lama dia tidur.
Dengan tergesa-gesa, Thasya duduk dari rebahan nya dan melihat jas seseorang menutupi tubuhnya. Damar yang sedang sibuk dengan pekerjaannya pun melihat mantan istrinya itu bangun.
"Sudah bangun?" tanya Damar sambil melirik Thasya yang sudah kembali duduk di sofa di depan meja kerja nya.
Thasya kaget dan menoleh ke sumber suara. "Ka-kapan kamu datang?"
Thasya menurunkan jas Damar yang menyelimuti badannya dan bantal leher yang dia pakai. Sepertinya saat Damar tadi melihat Thasya yang tidur dan memakaikan nya.
Dengan santainya Damar menjawab, "Sepertinya sudah dari satu jam yang lalu" jawab Damar sambil melihat jam.
" Berhubung kamu sudah bangun, mari kita bicarakan masalah penjualan store kalian" lanjut Damar lagi sambil merapikan berkas yang baru saja dia baca.
"Sekarang...? Kalau masih mau membahas masalah penjualan store kami itu, kenapa saat datang tadi nggak bangunin aku?!" ujar Thasya kesal karena masih diminta untuk membahas masalah pekerjaan, sementara dia sudah kepikiran bagaimana dengan Nathan.
"Aku tidak punya hobi membangunkan orang yang tertidur kelelahan." Saat mengatakannya, Damar menatap Thasya seolah dia mengatakan "Iya Benar. Aku sengaja tidak membangunkan mu karena aku tahu habis ini kau mau pergi menemui siapa."
"Apa...?" batin Thasya membalas tatapan Damar. Karena dia juga tidak percaya apa yang barusan Damar bilang.
Karena seingat nya saat mereka masih bersama dulu. Damar selalu mengganggu nya kalau lagi pengen mau, walaupun Thasya sudah bilang dia lagi capek.
"Besok saja kita lanjut, ya? Ini sudah malam." Thasya mencoba membujuk Damar, kali aja berhasil.
"Ini sama saja aku sedang rapat sama penanggungjawab. Kamu pikir bujukan seperti itu akan berhasil untuk dengan rapat bisnis" balas Damar lalu berpindah dari kursi kerja menyusul Thasya duduk si sofa di samping mantan istrinya itu.
Ah, maaf. Kalau begitu ari kita mulai." Akhirnya Thasya mengalah. Dia tidak mau memperpanjang hal itu lagi dengan laki-laki batu di samping nya itu.
Padahal dia berharap Damar mau melepaskannya untuk saat itu. Ternyata harapannya itu pupus sudah.
"Thasya, kamu harus memisahkan masalah pribadi dan pekerjaan. Tidak boleh bersikap begini." Thasya mengingatkan dirinya sendiri.
"Jadi, bagian mana yang ingin kamu bahas?" tanya Thasya untuk mempercepat urusannya selesai dengar Damar.
"Saya lihat laporan mingguan penjualan dati store Beauty Fashion yang masuk ke aku sepertinya lebih rendah dibandingkan dengan store-store lainnya. Sebenarnya bagaimana strategi penjualan produk yang kalian terapkan?"
Dengan muka serius Damar melihat kembali berkas yang ada di tangan nya.
"Satu bulan terakhir ini kami memang menjual semua produk kami dengan treat yang sama. Tapi, mulai minggu ini kami sudah mengubah strategi penjualan kami."
"Yaitu dengan cara memilih satu produk menjadi produk unggulan kami. Kami harap setelah dengan cara itu penjualan kami semakin meningkat" kata Thasya menjelaskan.
"Hanya satu produk? Memangnya dengan mengandalkan satu produk itu bisa mendobrak peningkatan angka penjualan kalian?"
"Saya yakin bisa. Karena satu bulan terakhir ini kami juga membuat survei kecil-kecilan. Melihat perekonomian sekarang, para costumer mengurangi pengeluaran mereka untuk membeli kebutuhan sekunder. Seperti pakaian, perhiasan dan kebutuhan yang tidak urgen lainnya."
"Nah, satu produk yang akan kami jadikan best item akan di produksi secara terbatas dengan model atau style yang berbeda-beda. Itu bisa membuat kesan langka dan menimbulkan keinginan costumer untuk ingin memiliki."
"Oh, begitu ya."
"Iya, walaupun sekarang masih masih mulai sih" ujar Thasya.
"Kalau aku perhatiin lagi, memang kalau dilihat dari jumlah per produk yang terjual Beauty Fashion yang lebih banyak jenis barangnya yang terjual dibandingkan dengan store baru lainnya yang hanya satu jenis barang saja."
"Jadi, maksud ku kamu sudah melakukan tanggungjawab mu dengan baik."
Mendengar pujian langsung dari Damar, Thasya tidak bisa menyembunyikan rasa leganya. Tapi ada satu hal yang mengganjal perasaannya dan selalu membuat dia bertanya-tanya.
Ada apa dengan mantan suaminya itu? Kenapa setelah pertemuan kedua kali mereka saat itu banyak perubahan yang Thasya rasakan yang jauh berbeda dari sebelum mereka bercerai. Ada apa?
"Tentu saja. Kalau bukan untuk memenuhi syarat kontrak sebelumya, mungkin hasil sekarang tidak seperti ini. Tapi aku akui cukup sulit di masa sekarang ini bersaing dengan store-store lain yang sangat menjamur."
Thasya sedikit curhat engan situasi yang dia hadapi. Dan banyak brand-brand lain uang buka dan tidak membuat dia harus semakin kerja keras untuk bisa meningkatkan nilai dan kualitas store nya.
kalau tidak, mungkin tidak sampai satu bulan, store mereka itu akan colaps. Karena tidak bisa mempertahan kan dan mengikuti perkembangan dan kemajuan zaman.
"Jika strategi baru yang sedang store kalian jalankan ini berhasil, situasinya juga akan berubah. Dan tanggungjawab mu juga akan semakin besar. Dan kamu harus mempertahankan atau meningkatkan kerja keras mu yang sekarang ini."
*baiknya jika ada cerita yg sebelumnya, dan yg terjadi saat itu, diberikan tanda/notif "flash back" atau jeda spasi paragraf gtu..
Jadi biar gak bingung bacanya kecampur-campur mencerna mana yg kisah yg lalu.. dan mana kisah yg terjadi saat itu juga 🙏🙏🙏