Adira Kirania sangat bahagia menggantikan Lestari Putri untuk menjadi pengantin untuk Arya Seno Nugroho. Tari menghilang sehari sebelum pernikahan mereka di gelar. Tidak ingin menanggung malu, kedua orang tua Arya meminta Dira putri sahabatnya menggantikan tari. Dira yang sudah lama menaruh hati kepada Arya langsung menyetujui permintaan orang tua Arya.
Sedangkan Arya terpaksa menerima pernikahan tersebut karena tidak ingin keluarganya menanggung malu akibat batalnya pernikahannya.
Pernikahan mereka berjalan lancar, walau Arya awalnya selalu dingin dan kasar kepada Dira. Tetapi berjalannya waktu Arya belajar menerima Dira sebagai istrinya, hingga badai itu datang. Tari kembali hadir dan berusaha merebut Arya kembali.
Hingga suatu hari Arya menyadari kalau hatinya sudah di penuhi oleh Dira, tetapi seolah tuhan ingin menghukumnya. Arya merasakan penyesalan saat mengetahui kebenaran tentang istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rubi Sandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Arya
Davina terkejut melihat menantunya tertidur di dalam ruangan sang anak, Davina juga mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan putranya, tapi tidak menemukan keberadaan Arya. Davina sengaja mengulur waktu untuk pulang agar Dira dan Arya bisa lebih lama bersama, ternyata semua rencananya tidak berjalan dengan mulus. Davina menghela napasnya, kemudian membangunkan Dira yang tertidur di sofa.
"Dira bangun nak, ayo kita pulang."
Dira yang terusik mulai terbangun dan menyapa mama mertuanya.
"Mama sudah lama disini? Maaf ya ma, Dira ketiduran." Ucap Dira tidak enak hati.
"Mama baru masuk kok sayang, sepertinya kamu lelah sekali nak. Arya kemana kok gak kelihatan?" Akhirnya Davina bertanya dimana keberadaan putranya itu.
"Kak Arya ada meeting di luar ma, Kak Arya nyuruh Dira nunggu mama disini tadi." ucap Dira.
"Oh, ya sudah kita pulang yuk." Ajak Davina.
Sepulang dari kantor Arya sengaja tidak pulang ke rumah karena malas bertemu dengan Dira, laki-laki itu menjalankan mobilnya ke apartemen miliknya.
Sesampai di apartemen Arya beristirahat di kamarnya sembari berpikir bagaimana caranya bisa membawa Dira untuk tinggal di sini agar kedua orang tuanya tidak terlalu mencampuri urusan mereka. Dengan demikian Arya akan bisa berbuat sesuka hati kepada Dira.
"Aku harus bisa mendapatkan izin mama dan papa untuk membawa gadis manja itu tinggal disini. Jika kami tinggal di apartemen ini, maka aku akan lebih mudah membuat hidupnya seperti di neraka. Aku yakin gadis manja seperti dirinya di sisksa sedikit pasti akan menyerah dan memilih berpisah." Ucap Arya yang sudah tidak sabar menjalankan rencananya.
Arya kini sedang berada dalam perjalanan pulang ke rumahnya, ia memutuskan akan menjalankan rencananya segera dengan berpura-pura akan belajar mencintai Dira agar kedua orangtuanya mau memenuhi keinginannya untuk tinggal sendiri.
Sesampai di rumah ternyata Dira sudah siap menyambutnya di pintu utama.
"Kak sini tasnya, biar Dira yang bawakan." Ucap Dira setelah mencium tangan suaminya.
Kedua berjalan menuju kamar, sesampai di kamar Arya membuka bajunya dan bersiap untuk mandi. Lagi-lagi Dira sudah menyiapkan air hangat untuk dirinya. Tak hanya itu, Dira juga sudah menyiapkan pakaian ganti untuk suaminya.
Arya hanya tersenyum sinis melihat tingkah Dira yang seolah-olah menjadi istri sungguhan.
"Nyalinya boleh juga, tapi kita lihat saja sampai mana gadis manja itu akan mampu bertahan." Ucap Arya.
Ceklek
Terlihat Dira memasuki kamar dengan membawa segelas teh untuk suaminya.
"Diminum dulu kak, mau makan sekarang atau nanti kak?" Lagi-lagi gadis itu bertanya.
"Saya sudah makan, lebih baik kamu duduk karena saya ingin bicara denganmu." Perintah Arya sembari meminum teh buatan istrinya.
Sepasang suami istri itu kini sudah duduk di sofa, Dira yang sedari tadi penasaran. Menunggu suaminya berbicara tapi tak kunjung bersuara membuat gadis itu gemas dan memberanikan diri untuk bertanya.
"Kakak bilang mau bicara, tapi kok dari tadi diam terus?"
"Gak sabaran bagat jadi orang." Jawab Arya.
"Apa yang kamu harapkan dalam pernikahan ini?" Akhirnya Arya bertanya untuk memulai rencananya.
"Dira berharap kak Arya bisa menerima Dira sebagai istri, kakak juga bisa mencintai dan menyayangi Dira seperti Dira mencintai kakak. Dira berharap pernikahan kita akan awet sampai maut yang memisahkan kita. Dira juga berharap bisa hidup bahagia dengan kakak." Gadis itu akhirnya mengungkapkan perasaan dan keinginannya.
Arya hanya terdiam setelah mendengar apa yang istrinya inginkan, sekarang laki-laki itu sudah tahu untuk menjerat sang istri agar mau mengikuti keinginannya untuk tinggal terpisah dari orang tuanya.
"Jika kamu ingin semua itu terwujud maka teruslah berusaha agar aku bisa jatuh cinta dengan kamu. Kamu juga perlu tahu kalau aku tidak suka gadis manja yang selalu tergantung dengan orang lain. Jika ingin pernikahan ini awet maka belajarlah menjadi wanita mandiri dan istri yang bisa memenuhi semua kebutuhan suamimu." Tutur Arya.
"Iya kak" Jawab Dira bahagia.
"Satu lagi, aku ingin kita tinggal terpisah dari orang tuaku. Aku hanya ingin memulai kehidupan rumah tangga kita tanpa campur tangan orang tua. Aku hanya ingin kita mandiri." Arya mulai menjalankan aksinya.
"Dira akan mengikuti kemana saja kak Arya akan membawa Dira. karena sekarang kak Arya adalah imam Dira. Kakak melakukan semua ini juga demi kebaikan dan keutuhan rumah tangga kita." Jawab Dira dengan begitu polos.
Gadis itu tidak tahu bahwa ini adalah awal dari penderitan dan rasa sakit yang akan di lewati nanti. Dalam hati Arya bersorak gembira karena Dira sangat patuh dengannya sehingga memudahkan semua rencananya.
"Baik kalau begitu, ayo kita temui dan bicarakan ini dengan papa dan mama." Ajak Arya.
Arya bahkan sengaja mengandeng tangan Dira seolah ia sudah mulai membuka diri dengan istrinya, sedangkan Dira seperti terbang ke awan tak menyangka tangannya di gandeng laki-laki yang sangat ia cintai.
"Kalian mau bicara apa?" Tanya Hendra yang sedang bersantai di ruang keluarga bersama istri tercintanya.
Keduanya sempat kaget dengan kedatangan anak dan menantu mereka, apalagi Hendra dan Davina melihat Arya yang menggandeng tangan Dira.
"Aku dan Dira sudah memutuskan untuk tinggal di apartemen, agar bisa mandiri dan bisa mengenal lebih dekat agar hubungan kamu lebih baik pa." Jawab Arya dengan tenang.
"Arya kamu apaan sih mau pindah segala, apa rumah kita kurang besar hingga kamu tidak mau tinggal disini. Mama sudah bahagia karena akhirnya Dira bisa menemani mama di rumah. Tapi kamu mau bawa dia pergi." Ucap Davina kesal.
"Bukannya kami tidak ingin tinggal disini ma, tapi kamu butuh ruang untuk berdua. Agar bisa lebih dekat, kami butuh saling mengenal. Lagi pula apartemen Arya tidak jauh dari sini, mama bisa berkunjung ke sana atau Dira yang datang berkunjung ke sini. Iyakan Dir?" Ucap Arya.
"Iya ma, apa yang di katakan kak Arya itu benar. Biar bagaimanapun pernikahan kami terlalu mendadak, jadi kami ingin lebih mengenal satu sama lain dulu, kami juga ingin mandiri ma." Tambah Dira membuat kedua orang tua Arya yakin dan percaya.
"Ya sudah kalau itu sudah menjadi keputusan kalian, papa dan mama hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk kalian. Jika kalian mengalami kesulitan jangan sungkan meminta bantuan kami. Berumah tangga itu banyak tantangannya, jadi kalian harus bisa menahan emosi, jangan egois dan selalu melibatkan pasangan dalam mengambil sebuah keputusan. Papa peringkatkan kamu nak, jangan pernah kamu sakiti hati ataupun fisik istri kamu. Mungkin awalnya kamu tidak mencintai istrimu, tapi belajarlah untuk mencintai istrimu. Tuhan tahu mana yang terbaik untukmu nak." Hendra masih menasehati putranya.