Menjadi anak broken home bukanlah cita2 seorang gadis bernama Arlita Mahesa membuatnya menjadi pribadi yang tertutup tidak mempercayai yang namanya cinta,baginya cinta hanyalah kata-kata klise
Hingga seseorang telah membuatnya berubah dia adalah seseorang yang bernama Pramudya Gilang Perdana"Aku akan buktikan bahwa cinta itu indah" ucapnya
"Tunjukan aku hanya ingin bukti bukan ucapan" ucapku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Airina Nu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11.karma
Setelah kejadian hari itu Lita meminta cuti 2 hari.Aku hanya ingin menenangkan pikiran ku yang mulai sedikit kacau setelah kedatangan Laki-laki itu.
Di rumah aku bersikap biasa saja,aku tidak ingin melihat Ibuku sakit lagi,apalagi sakit paru-paru yang Ibu derita masih belum sembuh.jadi lebih baik aku tidak memberitahunya kalau aku sudah bertemu dengan mantan suaminya itu.
Selama cuti 2 hari yang aku lakukan hanya sekolah dan di bersantai rumah saja.Bingung sih mau ngapain tapi lagi-lagi tidak ada pilihan.
Hari menjelang sore saat aku duduk di sofa menonton tv ditemani dengan sedikit cemilan, tiba-tiba Mutia menghampiriku dan ikut duduk disebelah ku.
"Kak."ucapnya membuka obrolan.
Aku menoleh
" Ada apa?
"Em...".ucapnya gugup.
" Kamu kenapa si,ada yang ingin Kamu bicarakan sama kakak?
"Iya." jawabnya ragu.
"Ya udah kamu bicara,kakak dengerin".
Mutia menarik napasnya pelan-pelan lalu dihembuskan.
Setelah tenang barulah dia bicara karena dia tidak mau menyinggung hati kakaknya lagi dengan kata-kata yang sangat sensitif.
"Kak,Mutia minta maaf kemarin udah buat kakak marah.
Sebenarnya kemarin itu Mutia hanya keceplosan tapi Mutia benar-benar tidak sengaja,
sumpah Mutia tidak bohong." ucapnya sambil mengangkat 2 jarinya membentuk huruf v.
Aku melihat kearahnya dan memeluknya.
"Kakak tidakmarah,mungkin kemarin hati kakak saja yang lagi sedikit sensitif jadi apa-apa salah".
Mutia mengeratkan pelukannya.
"Mutia sayang banget sama kakak".
"Hem...hem,Faiz juga ingin dipeluk nih,"kata Faiz merajuk.
"Sini," kata Lita sambil melebarkan kedua tangannya.
Faiz langsung memeluk keduanya.
"Faiz sayang sama kakak".
Aku mendengarnya sangat terharu lalu tersenyum.
"Sama kakak juga sayang banget sama kalian semua,kalian bertiga adalah semangat untuk hidup kakak".
" Makasih Kak,Kakak selalu ada buat kita".
"Sama-sama,Adikku sayang". kataku sambil mengacak-acak kedua rambut adikku.
" Kakak rambutku jangan diacak-acak nanti berantakan nih".Faiz merajuk.
"Oh iya-iya jadi kelihatan jelek".ledekku.
Faiz cemberut,Aku dan Mutia tertawa.
2 hari pun berlalu.
Hari ini Aku mulai masuk kerja setelah pulang sekolah.
Ojek yang ku naikin sudah sampai di depan restoran.
Setelah membayar ongkosnya Aku melangkah untuk masuk kedalam restoran.Tapi tiba-tiba langkahku terhenti saat seseorang memanggilku.
" Arlita putriku."
Panggilan itu Aku ingat itu adalah panggilan kesayangan yang Ayahku berikan hanya untukku.
Aku berbalik dan melihat sosok Laki-laki yang tidak asing sedang berdiri sambil tersenyum.
Aku hanya diam."Mau apa Dia kesini".batinku berbicara.
"Bolehkah Ayah bicara sebentar?
Sebenarnya Aku merasa malas untuk menanggapinya.Lalu Aku melihat jam yang melingkar di tanganku masih ada waktu sebelum jam kerjaku dimulai.
"10 menit".
"Terima kasih,bagaimana kalau kita duduk di kursi itu".ucapnya sambil menunjuk kursi kosong yang berada diluar Restoran.
Aku mengangguk lalu mengikutinya.Kami pun duduk saling berhadapan.
" Maaf".ucapnya membuka obrolan.
Pandanganku hanya tertuju pada meja yang ada di tengah-tengah kami.
"Ayah minta maaf sama kamu,
Ayah akui Ayah salah karena meninggalkan kamu waktu itu".
"Ayah benar-benar minta maaf karena sudah membuat hidup kalian menderita,"sesalnya tanpa terasa air mata nya jatuh.
Aku berdiri.
" Waktu Anda sudah habis,Saya harus bekerja".
Kata-kata formal yang diucapkan anaknya membuat dadanya sesak,apa sesakit ini yang di alami oleh putrinya,sakit tapi tidak berdarah.
Aku mulai melangkah .
"Sebentar Nak,5 menit Ayah janji hanya 5 menit".
Langkahku terhenti.
" Ayah hanya ingin memberikan ini".ucapnya sambil menyerahkan sebuah amplop berwarna coklat.
Aku melihatnya."Apa ini?
"Ini uang untuk biaya sekolah kamu,Faiz dan Mutia.Maaf Ayah baru bisa memberikannya sekarang".
Aku tertawa sinis.
"Sejak kapan Anda peduli kepada kami?kenapa baru sekarang?Dimana Anda disaat kami hidup luntang lantung di Kota Jakarta yang sangat asing di mana Anda?
Laki-laki itu hanya tertunduk malu dan sedih jadi satu.
"Apakah Anda tahu yang kami alami setelah Anda meninggalkan kami disebuah kontrakan sempit tanpa sepeser uang,Anda tidak tahukan betapa hidup kami sangat menderita ,
sangat menderita sekali dan Anda tahu semua itu karena Anda."
" Silahkan ambil Uang Anda,
Karena kami tidak butuh uang dari Anda.Selama saya masih hidup,saya akan berjuang untuk adik dan Ibuku jadi Anda tidak usah repot-repot lagi."
"Saya mohon jangan pernah datang untuk menemui saya, Faiz ataupun Mutia karena saya tidak akan pernah memaafkan Anda,permisi." ucapku sambil melangkah pergi meninggalkan laki-laki itu tanpa terasa air mataku jatuh.
Laki-laki itu hanya terduduk lemas di kursi,dipegangnya amplop itu.Hatinya sakit atas penolakan putrinya.
Mungkinkah ini adalah karma dari semua perbuatan yang dia lakukan dimasa lalu.
bersambung