Tantangan Kepenulisan Noveltoon
Bagaimana rasanya dijodohkan dengan 5 laki-laki tampan? Tanyalah kepada Irene Abraham.
Cantik, pintar, dan kayaraya membuat kehidupan Irene serasa sempurna. Apapun yang inginkan selalu bisa didapatkan dengan mudah. Hidupnya sangat bebas sesuka-suka hatinya.
Sampai suatu ketika, sang kakek berencana untuk menjodohkannya dengan salah satu putra keluarga Narendra. Ada lima tuan muda yang bisa Irene pilih menjadi pendampingnya, Alan, Alex, Alfa, Arvy, dan Ares. Kelima tuan muda memiliki sifat dan karakter yang berbeda.
Irene yang belum siap menikah, memutuskan untuk menyamar sebagai wanita jelek dan kampungan. Tujuannya satu, agar tidak ada dari kelima tuan muda yang akan menyukainya.
Apakah tujuan Irene berhasil? Ataukah Irene akan jatuh cinta pada salah satu dari kelima tuan muda itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momoy Dandelion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11: Pertemuan 5 Tuan Muda
“Kak Alex, sumpah … kayaknya aku tidak sanggup kalau harus dekat-dekat dengan wanita itu,” keluh Arvy. Minggu ini tiba gilirannya untuk mengurusi Irene.
“Tinggal kamu yang belum pernah dapat giliran bersama Irene, Vy. Jangan mengelak lagi.” Alfa
datang dari arah dapur membawa segelas jus alpukat ikut bergabung dengan saudara-saudaranya yang lain di ruang tengah.
Arvy kesal dengan Alfa yang tak mau membelanya. Matanya melirik ke arah Ares, satu-satunya harapan terkhir. Sejak dulu nasibnya anak terkecil adalah ditindas kakak-kakaknya.
“Jangan minta tolong padaku, Kak. Aku tidak mau!” tolak Ares. Sebelum Arvy mengungkapkan
permintaannya, dia sudah bisa menebak apa yang ada di dalam otak kakaknya itu.
“Yakin? Katanya mau bertemu Ariel Tatum … aku kenal dia loh … kalau kamu mau nonton atau makan bareng dia, nanti bisa aku usahakan.” Arvy berusaha menyogok Ares dengan janji
mempertemukan adiknya dengan artis idolanya.
Mendengar nama Ariel Tatum disebut merupakan hal yang sangat sulit untuk ditolak oleh Ares. Akan tetapi, ia juga malas kalau harus berangkat dan pulang bersama Irene terus
selama satu minggu. Tidak dapat jatah giliran saja kadang-kadang dia harus berpapasan dengan wanita itu apalagi kalau harus berangkat dan pulang bersamanya setiap hari. Bisa jadi teman-temannya nanti akan ada yang memergoki dan tahu tentang hubungan mereka.
“Jangan mau, Res. Biarkan Arvy merasakan sendiri berdekatan dengan wanita yang selalu dia ejek.” Alfa tersenyum-senyum puas sembari menikmati minumannya. Arvy semakin kesal
dengan kakaknya yang satu itu.
“Kita harus berperan adil, Vy. Ini hanya akan berlangsung selama satu tahun saja,” sahut Alex.
Arvy merasa lemas dan tak bersemangat. “Setahun rasanya sangat lama. Sepertinya lebih baik aku mati saja daripada harus sering-sering melihat wajahnya.”
“Belum juga mencoba dekat dengan Irene sudah membuat kesimpulan. Dia orang yang baik,” puji
Alex. Selama bersama dengan Irene, Alex merasa Irene memiliki pemikiran yang dewasa. Dia juga bisa menjadi teman yang mengasyikkan, terbukti jika Erika juga menyukai wanita itu.
“Ares ….” Arvy kembali memelas kepada adiknya.
“Kali ini sepertinya aku tidak bisa, Kak.” Ares memilih menolak meskipun sangat ingin bertemu dengan Ariel Tatum.
“Ck! Payah! Kamu kan adikku, berani menolak kemauan kakakmu?”
“Eh, Kak Arvy mau mengancam? Aku adukan kepada kakek, loh!” Ares tak mau mengalah.
“Dasar tukang adu!” omel Arvy.
“Kenapa ribut-ribut?” Alan yang baru pulang kerja turut berkomentar. Kehadirannya langsung membuat suasana menjadi hening. “Kalian sedang meributkan apa?” tanyanya.
“Kak Arvy tidk mau dapat giliran dengan Irene, Kak. Dia mengancam aku kalau tidak mau
menggantikannya. Aku tidak mau!” Ares mengadu kepada kakak tertuanya.
Arvy langsung ciut. Ia takut dimarahi oleh Alan.
“Kemarin aku sudah menggantikan giliranmu, Arvy. Apa itu msih kurang? Bukankah jadwal syuting dan pemotretan minggu ini juga cukup longgar?”
“Iya, Kak. Maafkan aku.” Arvy tak berani membantah. Ares menjulurkan lidahnya mengejek kakaknya itu.
“Apa sedang banyak pekerjaan sampai pulang larut?” tanya Alex saat kakaknya baru duduk di
sebelahnya.
“Tidak, aku hanya baru makan malam dengan Sovia.”
“Oh, Kak Sovia sudah pulang?” sahut Alfa.
“Iya, dia sudah pulang. Katanya pemotretan kemarin di Bali ada juga hasil rancanganmu, Fa?”
Alfa mengangguk. “Aku hanya mendesain lima baju itupun asistenku yang mengurus karena aku ada pertemuan dengan salah satu brand pakaian yang ingin bekerjasama.”
“Apa Kak Sovia tahu kalau Kak Alan juga sedang dijodohkan dengan Irene?” tanya Arvy ingin tahu.
“Dia tahu. Mereka juga sudah pernah bertemu.” Alan bersikap biasa-biasa saja karena hal itu
menurutnya bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Berbeda dengan saudara-saudaranya yang lain, tampaknya mereka tercengang dengan apa yang Alan ceritakan.
“Apa Kak Sovia marah?” Ares ikut-ikutan bertanya.
“Kenapa, Res? Kamu juga sudah punya pacar?” tanya Alfa.
“Tidak … aku kan hanya bertanya saja. Memangnya tidak boleh? Siapa tahukan Kak Arvy ingin tahu kira-kira pacarnya nanti cemburu atau tidak kalau tahu Irene sedang dijodohkan
dengannya.” buru-buru Ares mengelak sebelum lebih jauh digoda kakak-kakaknya.
Arvy merasa dilempar batu oleh adiknya yang kurang ajar. Kalau saja sedang tidak ada
kakak-kakaknya, Ares pasti sudah habis olehnya. Arvy memang sedang punya pacar, tapi ia sembunyikan hubungannya agar tidk sampai bocor ke publik. Dia takut jika kabar kencannya bocor, akan mengganggu karir dirinya dan pacar rahasianya.
“Kalau Sovia tidak marah. Tidak tahu kalau pacarnya Arvy, aku juga belum pernah bertemu
dengannya,” jawab Alan.
“Pacarnya Adila Putri, Kak. Pemain film Wanita Malam yang sedang tayang di bioskop.” Celetuk
ares.
Arvy langsung bangkit dari duduknya dan membekap mulut adinya yang lemes. “Dasar lambe turah!” umpatnya kesal.
Ketiga saudara mereka yang lain tertawa melihat pertengkaran dua adik paling kecil dengan sifat yang tak beda jauh. Mereka sama-sama kekanak-kanakan.
“Kalian tidak perlu takut menjalin hubungan dengan orang yang kalian sukai meskipun memang kakek sedang berusaha menjodohkan salah satu dari kita dengan putri keluarga
Abraham itu.” Alan memberikan nasihat yang menenangkan bagi adik-adiknya. “Asalkan kakek tidak tahu, ya ….” Lanjut Alan.
“Bagaimana kalau kakek tahu?” tanya Alfa.
“Mungkin kamu akan diusir dan dimiskinkan, Fa.”
Mendengar hal seperti itu membuat alfa jadi merinding. Kakeknya memang memiliki kemampuan untuk membuat cucu-cucunya menderita.
“Menurutku kakek sudah sangat keterlaluan. Kita dipaksa tinggal bersama di sini untuk berkenalan
dengan wanita sejelek itu. kalau kakek menginginkan menantu, aku bisa membawakan yang jauh lebih cantik daripada dia.” Arvy paling jago menggerutu.
Sejak awal mendengarkan rencana perjodohan itu, ia juga yang paling pertama menolak. Namun, ancaman kakeknya yang akan membuat ia berhenti jadi artis, membuat Arvy akhirnya menurut.
“Memangnya kenapa kalian merasa sangat terbebani? Ini hanya perjodohan, belum tentu salah satu dari kita akan menikah dengan Irene. Kalian pikir Irene juga senang dipaksa-paksa menikah?” ujar Alex. “Ada hikmahnya juga kakek melakukan perjodohan ini. Kita bisa kembali berkumpul dn hidup bersama seperti dulu.
Kalau kakek tidak melakukan hal ini, aku yakin kita masih sibuk dengan urusan masing-masing di luar sana.” Ucapan Alex ada benarnya.
Mereka memang sudah sangat jarang bertemu ataupun menyapa sejak mulai bekerja. Mereka berlima menekuni bidang pekerjaan yang berbeda-beda, seakan mereka berlima juga tinggal di dunia yang berbeda. Padahal, mereka pernah tinggal di rahim yang sama, milik ibu
mereka yang telah lama meninggal.
“Aku memang senang bisa berkumpul seperti ini. Tapi, terkadang rasanya ingin kembali melakukan apa yang benar-benar ingin aku lakukan.” Arvy memiliki pemikirannya sendiri.
“Hanya ada satu cara untuk mengakhiri semua ini.”
Semua mata tertuju pada Alan. Mereka penasaran dengan cara yang akan mereka dengar.
“Salah satu dari kita harus bisa mengambil hati Irene dan mau dijodohkan dengannya.”
*****
hamish tgh sekarat pun sempat lagi bercium... nyampahhhh