Xaviera marcella, Remaja usia 17 tahun harus menerima nasib yang buruk. di mana dia tinggal di panti asuhan, selalu dibully dan dijauhi. ia tumbuh menjadi gadis yang pendiam. suatu hari, ia bermimpi bertemu dengan gadis cantik yang meminta pertolongan padanya. itu berlangsung sampai beberapa hari. di saat ia sedang mencari tahu, tiba-tiba kalung permata biru peninggalan ibunya menyala dan membawanya masuk ke sebuah dimensi dan ia pun terhempas di jaman peradaban. hari demi hari ia lalui, hingga ia bertemu dengan gadis yang ada di mimpinya. ternyata gadis tersebut merupakan seorang putri dari negeri duyung. ia pun dijadikan pengawal utama untuk melindungi putri duyung itu.
gimana kisah selanjutnya? akankah Xaviera mampu menjaga putri duyung itu? ikuti kisah selanjutnya hanya di sini🥰
NO PLAGIAT!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Fantasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fenomena kalung cahaya
Jaman demi jaman mulai berlalu, kini sudah memasuki era modern di mana semua peradaban, dan kecanggihan teknologi mulai merajalela. Di suatu kota, tengah mengalami hujan lebat disertai angin dan petir. Ada seorang wanita yang tengah hamil besar berjalan di tengah badai.
Terlihat, wanita itu sangat memprihatinkan. Ia pun terduduk ditepi jalan seraya menangisi nasibnya. Sementara ada seorang wanita yang sedang mengendarai mobilnya untuk pulang menuju ke rumahnya. Namun di pertengahan jalan, ia melihat ada sosok wanita hamil yang sedang terduduk ditepian di tengah badai hujan.
Hatinya terbesit untuk menolongnya, lalu ia memberhentikan kendaraannya tepat di samping wanita hamil itu terduduk. Ia pun keluar dengan membawa payung dengan segera menghampiri ibu hamil itu.
"Ya ampun ibu, ibu mau ke mana?! Ini lagi hujan badai. Ayo saya antar pulang ke rumah yuk,"
Wanita hamil itu menatap wajah yang menolongnya, dengan gemetar ia memegangi tangan wanita tersebut. "I-bbu.. tolong.. bb-bbawa ke rumah sakit." lirihnya.
Wanita penolong itupun menyadari jika wanita hamil itu sedang meminta bantuan untuk menuju ke rumah sakit, ia pun menerima dengan cepat permintaannya itu. "Baiklah bu, saya antarkan ke rumah sakit. Ayo naik ke mobil saya."
Perlahan ia membantu wanita hamil itu berdiri dan menuntunnya untuk masuk ke dalam mobil. Ia menaruhnya di kursi penumpang, tak lupa ia menaruh tas ibu tersebut ke dalam mobilnya. Segera ia memasuki mobilnya untuk membawa ibu tersebut ke rumah sakit.
Selama di perjalanan, ibu hamil itu terus menangis kesakitan. Tapi ia hanya menangis tidak sampai berkata-kata kasar bahkan mengeluh. Karena tidak tega, yang menolongnya menambah kecepatannya di tengah hujan badai. Dan ia menemukan rumah sakit terdekat, setelah itu segera ia memberhentikan mobilnya tepat di depan pintu masuk rumah sakit.
"Toloooong!! Ada yang mau melahirkaaann.. cepat kemari!!"
Lalu beberapa petugas medis dengan cepat mengevakuasi pasien ibu hamil itu ditidurkan ke brangkar. Lalu pasien itu mulai di bawa masuk ke area rumah sakit dan segera di tangani dokter. Wanita penolong itu memarkirkan mobilnya terlebih dahulu sebelum akhirnya ia pun ikut ke ruangan bersalin di mana wanita hamil yang ditolongnya sedang berjuang untuk menjadi seorang ibu.
"HAAAAAAAAA!!!!! SAKIIIIIIITTTTT!!"
Teriakan demi teriakan terdengar dari ruang bersalin itu, entah kenapa membuat wanita yang sudah menolong ibu hamil itu ikut cemas. Tak berselang lama, tangisan bayi mulai terdengar jelas. Wanita penolong itu segera mengulas senyum dan menghela nafas leganya karena persalinan sudah selesai.
Beberapa menit menunggu, pintu ruang bersalin pun terbuka lebar. Namun terlihat wajah dari dokter yang sudah menangani pasien di dalam, berwajah sendu cenderung sedih.
"Ibu, anda dipanggil pasien di dalam. Katanya ingin bilang sesuatu sama ibu."
Perasaan wanita itu mendadak tidak enak, namun ia tetap tenang dan memasuki ruangan tersebut. Terlihat di sana ibu yang ditolongnya sedang menimang bayi yang baru saja dilahirkan. Melihatnya masuk, ia langsung tersenyum hangat.
"Ibu.. terima kasih karena sudah menolong saya, kalau tidak ada ibu, mungkin anakku tidak akan selamat."
Wanita penolong itu memberikan senyum manisnya seraya memegangi tangannya yang masih terasa dingin. "Gapapa bu, sesama manusia harus saling membantu. Karena saya tidak mungkin membiarkan ibu hamil di luar sendirian dalam kondisi hujan lebat."
"Oh iya, nama ibu siapa? Aku Marcella,"
"Namaku Denaly.." ujar wanita penolong itu.
Marcella tiba-tiba saja terdiam memandangi putrinya yang sedang tertidur pulas digendongannya. Hatinya seakan sakit ketika melihat bayi tersebut yang lahir dalam kondisi seperti ini. Di tengah diamnya, ia menatap Denaly kembali dengan serius.
"ibu Den, saya boleh meminta tolong pada sekali lagi?"
Dengan cepat, Denaly mengangguk menyanggupi permintaan ibu muda itu. "Iya boleh, emangnya mau minta tolong apa?"
Marcella kembali terdiam sejenak, lalu kembali menatap mata Denaly kali ini dengan keseriusan, "Jagalah anakku, Ibu Den.. aku sudah tidak bisa hidup lebih lama lagi."
Denaly pun terkejut mendengar Marcella berkata demikian, "kenapa seperti itu bu? Anda harus tetap berada di samping anak ini. Kasihan kalau anda tinggal pergi.. memangnya ibu mau pergi ke mana?"
"Aku mengidap penyakit kronis bu, walau ini tidak menular tapi aku sudah tidak kuat menahannya. Ditambah aku melahirkan normal, tolong bu.. jaga anakku. Aku memberinya nama Xaviera agar dia menjadi wanita yang gigih dan kuat."
"Lalu bagaimana dengan keluargamu? Suamimu?"
"Mereka tidak peduli padaku bu, aku diceraikan suami dan diusir saat hujan badai tadi. Aku tidak tahu ingin meminta tolong pada siapa lagi selain anda." Nafas Marcella mulai tersengal-sengal sebab ia sudah tidak bisa menahan rasa sakit di tubuhnya. Ia pun memberikan bayinya perlahan agar digendong oleh Denaly. Dan wanita itu pun tidak menolak, malah dirinya pun menerima bayi tersebut dan menggendongnya.
"Dia lucu dan cantik.."
Saat masih dalam gendongan Denaly, Marcella mengeluarkan sebuah kalung permata yang akan ia wariskan pada putrinya. Ini adalah perhiasan dari turun temurun keluarga Marcella. Lalu ia mengalungkan kalung tersebut di sela leher bayi yang baru saja beberapa jam dilahirkan.
"Tolong jaga permata ini juga ya bu, ini adalah harta satu-satunya yang saya miliki dan saya wariskan untuk anak saya."
"Iya bu, saya akan menjaganya."
Kali ini Marcella bisa tenang untuk pergi selamanya, nafasnya sudah sangat tidak karuan bahkan membuat Denaly panik dan segera memanggil dokter. Namun saat melihatnya kembali, Marcella sudah tertidur. Denaly membulatkan matanya, ia menaruh Xaviera bayi ke dalam box terlebih dahulu, lalu ia mengecek nafas Marcella dan ternyata sudah tidak ada.
Tiba-tiba Xaviera bayi menangis dengan kencang dan dokter pun datang. Mereka pun terkejut karena pasien sudah tidak bernyawa. Denaly menceritakan hal sebenarnya, dan ia pun yang mengambil alih Xaviera sekarang.
***
Keesokan harinya,
Jenazah Marcella dimakamkan, Denaly pun ikut menyaksikan sembari menggendong bayi kecil itu. Entah kenapa hatinya sangat sedih padahal mereka baru saja bertemu. Melihat batu nisan bertuliskan Marcella, ia menyentuhnya untuk yang terakhir kali.
"Marcella, aku janji akan menjaga anakmu.. namamu akan kusematkan di belakang putrimu agar dia bisa mengenangmu sebagai ibunya."
Setelah berbincang singkat, ia pun pamit. Bayi kecil itu pun sekarang ikut dengannya. Iapun membawa anak itu ke sebuah tempat seperti panti asuhan, eits jangan hujat dulu.. dia ternyata pemilik panti asuhan tersebut. Ia sangat prihatin karena banyak anak-anak yang terlantar, jadi ia memutuskan untuk membuat panti asuhan agar bisa merawat anak-anak seperti Xaviera ini.
Anak-anak di sana sangat antusias karena mendapatkan keluarga baru. Lalu Denaly menyerahkan Xaviera kepada pengasuh di sana. "Jaga dia dulu ya, saya mau belikan barang-barang untuk bayi ini."
"Oh baik bu, nama bayi cantik ini siapa?"
Denaly pun terdiam sejenak lalu kembali mengeluarkan suara, "Xaviera Marcella.."
***
Terlihat Xaviera sudah bertumbuh kembang, dia yang berusia 8 tahun menjadi gadis yang ceria ketika bersama dengan anak-anak panti dan yang lainnya. Namun ia sering menangis dikarenakan banyak yang sering mengejeknya di sekolah karena hanya dirinya tinggal di panti asuhan yang artinya ia anak buangan.
Suatu hari, sepulang sekolah ia menangis berlari ke arah kamarnya. Denaly yang melihatnya menangis pun segera menghampirinya. Anak itu sering sekali pulang sekolah dalam keadaan menangis. Ia pun menghampiri Xaviera yang tengah menangis di meja belajarnya.
"Sayang, kamu kenapa nangis? Ada yang jahat sama kamu?" tanya Denaly dengan lembut.
Xaviera kecil menatap ibu panti asuhannya itu dengan sendu, "Ttadi.. aku diejek di sekolah bu.. katanya, aku tidak punya ibu karena aku anak panti asuhaaaann.. heuuuuu..."
Denaly pun dengan cepat memeluknya, "kata siapa kamu gak punya ibu, kamu punya kok.. malah kamu punya 2 orang ibu."
"Benarkah?"
"Iya, ibu pertama adalah ibu Denaly.. yang kedua adalah ibu Marcella yang sering ibu ceritakan sama kamu.."
"Tapi, aku ingin bertemu dengan ibu Marcella, aku kangen padanya bu.."
"Kamu masih memakai kalung pemberian ibu?"
Gadis kecil itu pun hanya mengangguk, lalu mencopot kalung yang sudah ada di lehernya dan sekarang ia memegangnya dengan telapak tangan kecilnya. "Kalau kamu kangen ibu Marcella, tinggal pegang kalung tersebut lalu bayangkan jika ada ibu sedang memelukmu. Sudah sayang, jangan menangis.. mau ibu belikaan eskrim?"
Perlahan anak itu sudah tidak menangis lagi, justru ia tersenyum kembali saat mendengar ibu Denaly yang akan memberikannya eskrim.
"Mau mau.. ibu aku mau eskrim,"
"Ya sudah, kamu ganti pakaian dulu ya.. ibu tunggu di luar."
Denaly pun meninggalkan kamar Xaviera untuk menyiapkan mobilnya, sementara gadis kecil itu segera ganti seragam sekolahnya menjadi baju biasa. Ia menaruh kalung permata itu meja belajarnya dan meninggalkannya begitu saja.
Saat Xaviera keluar, fenomena aneh pun terjadi. Kalung tersebut tiba-tiba menyala saat tidak ada orang di sekelilingnya.
***
Xaviera pun perlahan beranjak remaja dan sekarang berubah menjadi gadis yang cantik. Namun perubahan sikapnya sangat drastis, dulu ia ceria sekarang menjadi lebih pendiam dan pemurung. Ternyata bullyan yang ia dapat ternyata lebih banyak dibandingkan dulu waktu ia kecil saat di bangku sekolah dasar.
Sekarang ia berada di bangku sekolah menengah atas dan menduduki bangku kelas 2 SMA. Ia juga sering menyendiri dan mengobrol dengan kalung pemberian ibunya. Hanya kalung itu saja yang bisa menyembuhkan luka hatinya. Dan ia sering sekali dibully secara fisik dan membuatnya lebam-lebam, namun luka itu tidak ada ketika sudah pulang ke panti asuhan.
Ia tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Untuk mengatasi pembullyan, ia selalu belajar bela diri untuk melindungi dirinya sendiri. Kalung yang berada di lehernya harus dilepas agar tidak hilang terpental. Namun saat badannya tengah merasa sangat kesakitan karena latihan bela diri, tiba-tiba saja kalung yang ia pegang itu menyala terang. Ia pun terkejut melihat fenomena aneh yang berada di tangannya lalu ia melempar kalung tersebut.
"Apa yang terjadi?!"
Lalu kalung tersebut tidak kembali bersinar dan kembali pada mode biasa. Dengan perlahan ia mendekati kalungnya lagi, ia penasaran kenapa kalungnya ini bisa menyala. Namun setelah diperiksa tidak ada cahaya lagi. Ia pun kembali memakai kalung tersebut dan memutuskan untuk menyudahi latihannya.