Pernikahan jarak jauh yang semula harmonis berubah seketika saat Alena membaca pesan yang tak sengaja dibaca saat suaminya sedang mandi.
Bunyi pesan penuh kerinduan dari wanita bernama Clara ,membuat pernikahan mereka retak seketika saat Bagaskara mengakui bahwa Ia telah menikah dan punya anak laki-laki diluar kota.
Dan yang lebih menyakitkan lagi untuk Alena adalah pengakuan suaminya yang tidak bisa hidup seorang diri diluar kota sana,padahal Alena bukan tidak mau mengikuti suaminya,tapi ada Ibu mertua yang Alena harus rawat karena sakit.
Sejak saat itu,Alena mati rasa dengan suaminya.Bagaimana akhirnya Alena menjalani pernikahannya?Apakah Ia akan memutuskan untuk bercerai?
Ikutin kisahnya disini ya
Selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wiwit Kurniasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagas semakin Tak terkendali
Sampai sore hari menjelang malam,kondisi Ibunya Bagas belum stabil,bahkan kini telah menggunakan berbagai macam alat pada tubuhnya.
Bi siti yang kelelahan karena menunggu seorang diri,membuat Ia berani untuk menghubungi Alena karena terus menghubungi Bagas tapi tak mendapat jawaban apapun,bahkan ponselnya mati.
Alena yang sedang berkemas,mendapati ponselnya berdering dan nama Bi siti terpampang pada layar ponselnya.
Alena bergegas menjawab telponnya karena takut ada hal penting yang terjadi pada mantan Ibu mertuanya.
"Halo Bi....,Ada apa Bi?bagaimana kondisi Ibu?apa ada kemajuan",tanya Alena kawatir.
"Ibu kondisinya belum stabil Bu,sepertinya semakin bertambah parah,soalnya Dokter terus melakukan pemeriksaan ini itu yang entah Bibi sendiri tidak tau apa artinya".
Bi Siti yang kelelahan membuat suaranya berubah dan Alena dapat mengenali perubahan itu.
"Bi Siti sakit ya?pulang aja Bi istirahat dirumah,biar Alena menghubungi Pak Bagas lagi biar ngirim istrinya kesitu,tunggu sebentar ya Bi",ucap Alena mengakhiri telponnya.
Alena menghubungi Bagas,namun ponselnya mati,Ia menahan kekesalannya kepada mantan suaminya yang benar-benar abai pada Ibu kandungnya sendiri.
"Dia kemana sih?",gumam Alena terus mencoba menghubungi Bagas lagi dan lagi,namun hasilnya tetap sama,yaitu ponsel Bagas tidak bisa dihubungi.
Karena kenyataannya,disebrang sana Bagas dan Clara sedang ribut atas hilangnya uang dan perhiasan milik Clara.
"Mas,tadi kan kamu yang terakhir keluar dari rumah ini,kamu lupa menguncinya apa gimana!!sekarang semua uang dan perhiasanku hilang Mas,hiks hiks hiks".
Clara menangis dengan kencangnya,Uang yang Ia dapatkan dari Alvin dan beberapa dari Bagas yang Ia simpan sedikit demi sedikit kini semuanya telah habis tak bersisa.
Bagas yang kesal mendengar tangisan Clara justru membentaknya dengan keras.
"Bisa diam nggak sih!!udahlah nanti beli lagi kalau aku ada uang,lebih baik sekarang kamu berkemas dan pergi menemui ibuku yang sedang dirawat,karena Ibuku kondisinya sedang kritis,anakmu bawa sekalian kesana karena aku nggak bisa menjaganya".
Clara yang diperlakukan begitu kasar oleh Bagas balik memarahi Bagas dengan sama kencangnya.
"Apa Mas?mengurus Ibumu?nggak sudi aku Mas,itu Ibumu bukan Ibuku,jadi aku nggak akan menuruti keinginanmu itu,lebih baik aku kerja disini untuk kehidupan aku dan anakku,kalau Mas Bagas mau kesana yaudah sana,lagian salah Mas sendiri kenapa ceraiin Alena saat Mas masih butuh uang dan tenaganya".
Bagas semakin emosi,tapi Ia tidak bisa berbuat banyak saat ponsel milik Clara berbunyi.
"Halo Clara!cepat kesini Ayahmu sekarat,Ibu mau bawa Ayahmu keRumah Sakit tapi Ibu nggak punya uang,cepat kamu kesini ya,awas kalau enggak!",ucap Ibunya Laura.
Clara segera mengambil tas kecil dan menggendong anaknya untuk dititipkan kepada tetangganya.
"Heh Clara!mau kemana kamu?kamu harus menjaga Ibuku,Clara!!",teriak Bagas yang diabaikan oleh Clara yang berjalan dengan begitu cepat keluar rumahnya.
"Aku mau kerumah Ibu Mas,Ayah sakit",jawab Alena sambil mengenakan helm milik tetangganya yang berniat mengantarkannya untuk kerumah orang yang selama ini Ia pikir adalah orang tua kandungnya,namun nyatanya hanyalah Ayahnya yang terhubung darah dengannya,sedangkan dan yang Ia kira Ibu kandungnya nyatanya sekarang Alena sendiri tidak tau harus memanggilnya apa.
Bagas yang sedang kesal dan diabaikan begitu saja membuat Ia membuka ponselnya yang ternyata mati.
"Ah sial,pakai mati segala lagi",kesal Bagas yang berlalu pergi mencari apapun lagi dirumah itu yang bisa Ia jual,karena Bagas butuh pelampiasan kesenangan ditengah kehidupan rumah tangganya diambang kehancuran.
Setelah menunggu 30 menit,ponsel Bagas kembali menyala dan nama Alena tertera pada panggilan tak terjawab berkali-kali,Bagas yang merasa senang karena mungkin Alena yang akan mengurus Ibunya,langsung menelpon kembali Alena.
"Halo Alena...,kamu pasti akan bilang bahwa kamu sedang didalam pesawat untuk kembali kekota kan?terimakasih ya Alena,aku tau pasti kamu nggak akan tega melihat Bi Siti sendirian menemani Ibuku,iya kan?",tanya Bagas dengan senyum terukir jelas.
"Apa sih,orang aku mau bilang kalau Ibumu semakin kritis dan Bi Siti juga sakit,jadi lebih baik kamu pulang dengan istri sirimu itu,dan jangan lagi berharap bahwa aku akan pulang kesana,karena sekarang kerjaanku lebih penting daripada apapun,karena aku harus bisa membuktikan bahwa aku bisa tanpa kamu Bagas".jawab Alena yang kemudian memutus sambungan telponnya.
Akhirnya Bagas mau nggak mau menghubungi Bi Siti untuk menanyakan kebenaran yang Alena ucapkan,Setelah tau bahwa kondisi Ibunya semakin memburuk,membuat Bagas menghubungi Atasan ditempat kerjanya untuk mengajukan cuti.
Cuti yang akhirnya diberikan untuk Bagas membuat Bagas segera memesan tiket pesawat saat itu juga lewat ponselnya,namun siapa sangka,sebuah pesan masuk pada ponsel Bagas dari Laura yang juga sedang kesal dirumahnya.
"Mas Bagas....,jemput aku dong....,males banget nggak sih,Ibu sama Kak Clara lagi bawa Ayah keRumah Sakit,terus aku ditinggal sendirian dirumah,pacarku juga lagi sibuk,kita pergi kemana yuk Mas,cari kesenangan gitu",ucap Laura dengan suara manjanya.
Bagas yang mendengar itu langsung mengajak Laura untuk ikut bersamanya kekota.
"Laura,kebetulan aku mau pulang kekota,apa kamu mau ikut?bilang aja kamu menginap dirumah temanmu jika Ibumu tanya,kalau kamu mau aku pesankan tiket pesawatnya sekarang juga,nanti disana kita bisa bersenang-senang tanpa harus takut ketahuan,karena tidak akan ada yang mengenali kita disana,kalau perlu kita menyewa hotel juga",ajak Bagas dengan bahagia.
Laura yang mendapat ajakan dari Bagas untuk kekota tentu saja dia mau dan sangat senang mendengarnya.
"Yaudah Mas aku mau,jemput kesini ya Mas,aku mau nyiapin pakaian terbaik untuk malam panas kita disana",jawab Laura yang membuat Bagas kembali senang dan bersemangat.
Bagas memesan tiket pesawat dan hotel,Ia merasa semang karena uang milik Clara masih cukup banyak ada dalam rekeningnya.
Bagas pikirannya telah banyak membayangkan hal-hal indah yang akan Ia lakukan dengan Laura,tanpa peduli Clara yang mengirim pesan meminta uang untuk berobat Ayahnya.
"Dia kemana sih!Aku butuh uang banget Mas,ayo angkat telponku atau balas pesanku Mas",ucap Clara mondar mandir didepan ruang unit gawat darurat tempat Ayahnya sedang dilakukan pemeriksaan oleh Dokter.
Karena tak kunjung ada jawaban dari Bagas,membuat Clara menghubungi Alvin untuk meminta bantuan.Clara merasa senang karena Alvin langsung menjawab telponnya.
"Sayang....,tolong aku,Ayahku sedang diUGD,apa aku bisa minjam uangmu terlebih dahulu?aku butuh uang banyak karena Ayah akan dioperasi,aku janji akan mengembalikannya sama kamu nanti,tolong aku sayang....",mohon Clara dengan nada yang panik,tapi apa yang Ia ucapkan terdengar oleh Ibunya yang datang menanyakan uang untuk membayar Adminitrasi Ayahnya.
"Ternyata kamu selama ini seperti ini?persis Ibumu dong,sudah menikah masih saja jadi jalang diluaran sana",ucap Ibu Laura sinis kepada Clara.
Clara terdiam,namun hatinya ingin menjerit dengan kenyataan bahwa apa yang Ia lakukan sekarang adalah seperti Ibunya yang menjadi duri dalam rumah tangga orang.