Rahim Yang Tak Rusak

"Hahhh ...! Menarik? Apa bos sadar dengan ucapannya?istri orang kok dikatakan menarik. Sepertinya bosku ini sedang kurang sehat."batin Randy kaget bukan main.

****

Malam harinya, Rika baru pulang dari butiknya. Iya mendapati Reta dan ibu mertuanya sedang duduk di ruang tengah sembari menonton acara televisi.

Rika hanya meliriknya, Segera iya melangkahkan kakinya untuk naik menyusuri tangga.

"Hehhh ...! Udah malam begini kok baru pulang, istri macan apa sih dia?"sindir ibu mertua.

Reta terkekeh mendengarnya. Ibu mertuanya akan tinggal di rumah besar ini untuk membantunya membuli Rika habis-habisan.

Rika hanya terus melangkah kakinya meski sebenarnya telinganya mendengar perkataan tak mengenakkan itu.

Anggap saja angin lewat

Jam makan malam pun tiba. Bi Maya naik ke lantai dua untuk memanggil majikannya turun dan makan.

Segera Rika berjalan menuju meja makan karena iya memang sedang lapar sekarang ini.

Di meja makan sudah ada Reta dan ibu mas Dion, ibu mertua Rika dan Reta.

Rika segera meraih kursi lalu duduk.

"Kenapa harus di panggil sih, Bi? Dia kan bisa turun sendiri kalau mau makan."nyinyir sang mertua.

Wanita yang tampak kelaparan itu, lagi-lagi tak menghiraukan perkataan menembus batin dan menyayat hati tersebut. Rika langsung meraih nasi dan lauk pauk ke piringnya. Langsung saja iya menyantapnya.

"Mba, Mas Dion mana?"tanya Reta memulai pembicaraan.

"Kenapa tanya saya? Oh yah, aku cuma mau ngasi tau, mas Dion itu suka pulang kalau dia mau saja. Paham kamu." Kata Rika lalu melanjut suapan nasinya.

"Hey ...!! Jaga ucapanmu!"tegur ibu mertua

"Dion juga gak pulang karena dia bosan liat kamu,"tambahnya.

"Oh iya. Waktu itu kan, dia selalu ke rumahku, makanya gak pulang ke sini."lanjut Reta tersenyum membongkar aibnya.

Reta dan Dion sudah menjalani hubungan terlarangnya selama dua tahun. Selama itu Rika tak tahu. Andaikan Azka sahabat Rika itu tak membantu membongkar kedoknya, mungkin menikah pun Rika pasti tak tahu. Rika percaya seratus persen kepada suaminya hingga di duakan seperti ini.

"Nah tuh pintar, sekarang kamu di posisiku. jadi, kalau mas Dion gak pulang, itu artinya dia lagi di rumah selingkuhan barunya. Dia juga udah bosan liat kamu.

Makanya dia gak pulang. Ngerti kan maksudku."cerca Rika.

Reta geram mendengar penuturan Rika. Mulutnya seakan ditutup mati hingga tak mampu melawan lagi.

Suasana makan malam pun hening seketika. Ketiganya makan malam dengan ketegangan yang mendalam.

Rika selesai dengan makan malamnya. Tanpa beraktivitas lagi, iya segera kembali ke kamarnya.

"Reta, perkataan Rika barusan itu gak usah di dengerin. Dia itu syirik sama kamu, yang sebentar lagi akan mengandung. Memangnya dia yang gak bisa punya anak."kata Ibunya Dion menenangkan menantu barunya.

Reta masih terlihat kesel dengan apa yang diucapkan Rika barusan. Memang benar sih Dion dulu sering telat pulang karena mampir dulu ke rumah Reta.

Tapi sekarang, Reta kan sudah jadi istrinya, apakah Dion juga akan tetap telat pulang? Karena singgah ke selingkuhan lainnya. Hal itulah yang sekarang ini membuat wanita yang baru di nikahi Dion itu gelisah.

****

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Dion suami dari Rika dan Reta baru saja tiba di rumah. Tampak lampu sebagian rumah besar itu sudah mati. Hal itu menunjukkan bahwa penghuninya sudah istirahat dengan tenang.

Dion perlahan memasuki ruang tengah ruamhnya. Baru saja iya melangkahkan kakinya untuk menaiki anak tangga menuju kamar Rika, Reta langsung menyalakan saklar lampu. Lampu pun menyala secara keseluruhan.

"Baru pulang?" Tanya Reta seketika. Kedua tangannya dilipat hingga menjulang dibawah dadanya. Kondisi sekarang ini seperti istri yang sedang mengintrogasi suami.

Dion jadi gugup dibuatnya.

"Iya, eeemm ... Akuu lembur tadi di kantor."

"Waktu kita selingkuh dulu, alasan ini juga yang kamu pakai untuk ngebohongi mba Rika?"ketus Reta.

Dari raut wajah, iya nampak kesel karena suaminya pulang larut begini.

"Maksud kamu apa sih?" Tanya Dion tak paham. Iya memang lembur malam ini karena perusahaannya yang terancam bangkrut.

"Diioonn ...!!"sela mamanya. Ibu mertua Reta itu tiba-tiba muncul dan menghampiri keduanya yang akan berdebat panas.

"Kamu baru pulang?"tanyanya.

"Iya mah, Dion baru aja sampai." Jawabnya.

"Yasudah, sana mandi. Habis itu, kamu langsung istirahat,"pinta mamanya.

Mendengar itu, Dion kembali ingin melangkahkan kakinya menyusuri anak tangga menuju kamar Rika.

"Eh ...!! Kamu mau ke mana?" Henti wanita yang menjabat sebagai ibunya.

"Istirahat kan, mah?"ucapnya dengan nada tanya.

"Masa pengantin baru tidurnya pisah. Pokoknya gini, malam ini, kamu tidur di kamar Reta,"perintah ibunya.

"Loh ...!! kan, tadi malam udah!"bantah Dion. Iya telah melaksanakan malam pengantin yang indah dengan Reta tadi malam. Kini giliran Rika yang mendapat jatah darinya. Punya istri dua harus adil kan.

"Dion, kamu itu harus sering-sering ngabisin waktu sama Reta istri muda kamu. Lagian, ngapain juga kamu tidur bareng Rika? Mau dilakuin seberapa banyak pun, dia juga gak bakalan ngasi kamu anak."cela ibunya.

Dion pun menurut. Segera iya melangkah masuk kedalam kamar tidur Reta yang letaknya di bawah. Malam ini, iya harus kembali berkeringat di atas kasur yang empuk dan selimut yang tebal. Pus sampai tuntas.

****

Pagi harinya, Rika terbangun dari tidurnya. Lagi-lagi, iya tak mendapati suaminya berbaring di sampingnya seperti biasa. Sudahlah, iya harus terbiasa mulai dari sekarang.

Rika langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan segera berdandan cantik. Setelah itu, iya turun untuk sarapan pagi. Meskipun iya kini menjadi istri tua, namun penampilan harus tetap di jaga kan.

Rika kini duduk di kursi makan sembari menikmati teh hangat buatan Bi Maya. Secarik koran menempel di tangannya. Matanya kini fokus membaca berita tentang perusahaan suaminya yang kini sedang terombang-ambing di lautan antara bangkrut dan bangkitnya perusahaan itu.

"Pagi Rik."sapa Dion sembari mencium pucuk kepala Rika.

"Yah, pagi."ucapnya tanpa memperdulikan kehadiran suaminya. Matanya tetap fokus memandang berita itu

"Liat apa sih, Rik?"

" Kok serius gitu?"tanyanya penasaran.

Rika kembali membuka cela di kedua bibirnya. Iya mengeluarkan jawabannya tanpa melirik ke arah suaminya.

"Perusahaan ayahku, yang sebentar lagi akan bangkrut di tanganmu." ketusnya sembari menutup koran itu.

Dion mengerutkan keningnya. Rika baru saja menyalahkan dirinya yang tak becus mengurus perusahaan.

"Rika!!" Cakapnya dengan nada sedikit tinggi.

"Maksud kamu apa sih? Kamu nyalahkan aku dengan kondisi perusahaan yang terancam bangkrut?"

"Ini semua kan karena kamu, yang datang mengacau di acara pesta itu,"tampik Dion iya tak terima di salahkan.

Rika dengan tenang kembali menyeruput tehnya. Kali ini iya tak meneteskan air mata. Mungkin kedua matanya pun sudah lelah jika harus menangis lagi.

"Mama dan papaku meminta kita ke rumahnya. Aku akan ke sana sendiri jika kau tak bisa." Ucapnya pindah topik.

"Tidak! emm ... Maksud ku, aku pasti akan kesana, tapi bukan sekarang"kata Dion dengan cepat mengubah nada bicara.

Iya tak mau Rika pergi sendiri ke rumah orang tuanya.

"Jika sampai Rika ke sana sendiri, kedua tua Bangka itu pasti akan membocorkan rencanaku,"gumamnya

"Terserahmu saja."pungkas Rika lalu meninggalkan meja makan.

Dion menatap nanar kepergian Rika. Semenjak kehadiran Reta sebagai istri barunya di rumah ini, Rika sepertinya mulai menjaga jarak dengannya. Poligami memang dapat menyakiti istri lainnya.

.............. happy reading.........

..............vote and like .............